top of page
Search

Narasi Perjuangan - Vanya Felicia

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 14, 2022
  • 8 min read

Kata kebanyakan orang, nama adalah doa beserta segenggam harapan yang diberikan oleh orang tua untuk anaknya. Vanya berarti anugerah terindah yang diberikan oleh Tuhan dan Felicia berarti kebahagiaan. Jika disimpulkan, Vanya Felicia memiliki arti berbahagia atas anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan. Itulah doa yang disematkan orang tua pada saya saat saya lahir pada tanggal 1 Maret 2005 menjelang pergantian hari. Kebanyakan orang memanggil saya dengan sebutan Vanya. Saya berasal dari sebuah kota yang terkenal akan makanan tradisionalnya yang berbahan dasar ikan, yaitu pempek. Betul sekali, saya berasal dari Kota Palembang propinsi Sumatera Selatan. Pada kesempatan kali ini, saya ingin menceritakan perjuangan saya untuk menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Program Reguler 2022.


Sebelum memulai kisah yang cukup panjang ini, ada baiknya jika saya menceritakan sedikit latar belakang pendidikan saya terlebih dahulu. Perjalanan saya di dunia pendidikan dimulai dengan menempuh sekolah dasar di salah satu sekolah dasar swasta yang cukup terkenal di Palembang, Sekolah Dasar Xaverius 1. Pada awalnya, saya bukanlah seorang bintang kelas yang selalu mendapatkan ranking satu saat pembagian rapor. Saya hanyalah seorang pelajar biasa yang kebetulan lumayan rajin sehingga berkesempatan untuk “menyicipi” kursi lima besar. Namun, lambat laun saya berkembang menjadi siswa dengan prestasi yang baik, ranking yang selalu membuat orang tua saya dapat bernapas lega dan bangga setiap akhir semesternya. Hal ini terus berlanjut sampai saya menginjakkan kaki di sekolah menengah pertama. Saya memasuki Sekolah Menengah Pertama Xaverius 1 yang merupakan sekolah menengah pertama favorit di Palembang. Siklus yang sama pun terulang kembali. Walaupun memasuki sekolah favorit, tidak banyak hal yang dapat saya ceritakan karena pada saat itu fokus saya hanyalah terpusat pada nilai akademis saja. Masa-masa yang penuh dengan ketenangan itu pun selesai dengan kecepatan kilat. Pada awalnya, saya sempat kebingungan untuk memilih sekolah menengah atas mana yang terbaik untuk melanjutkan pendidikan saya. Ada beberapa sekolah favorit yang menjadi pilihan saya pada saat itu. Sekolah-sekolah tersebut tentunya memiliki kriteria dan keunggulannya masing-masing. Walaupun begitu, proses memilih sekolah tidak terlalu berjalan dengan mulus. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan pendapat antara saya dan orang tua saya. Setelah menerima masukan dari banyak pihak mengenai kelebihan dan kekurangan dari masing-masing sekolah, dengan penuh pertimbangan akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan saya di Sekolah Menengah Atas Xaverius 1. Saat itu, saya beranggapan bahwa masa sekolah menengah atas adalah pertanda dimulainya kehidupan suram seorang remaja yang mau tak mau harus mulai menentukan arah masa depannya. Pergulatan batin dimulai ketika teman-teman saya satu per satu mulai menemukan cita-cita mereka. Dari kecil hingga menginjak bangku sekolah menengah atas, tidak pernah sekali pun terlintas gambaran mengenai keinginan maupun cita-cita yang pasti.


Jika waktu kecil banyak orang yang dengan yakin mengatakan “Saya ingin menjadi dokter yang hebat dan membantu banyak orang!” atau “Cita-citaku menjadi seorang insinyur yang keren!” bahkan “Saya ingin menjadi seorang perancang busana ternama yang menghasilkan banyak mahakarya terkenal di dunia!”, maka tidak demikian dengan saya. Keinginan saya selalu berubah-ubah seiring dengan hal baru yang saya temukan, mulai dari pelukis, penyanyi, perancang busana, arsitek, penulis novel, sampai dengan fotografer Saya mulai bertanya-tanya kepada diri saya sendiri. Akan dibawa ke mana hidup saya ke depannya jika impian dan cita-cita saja tidak pasti? Tes minat bakat yang tersedia di berbagai platform online terasa tidak membantu sama sekali. Di tengah kebingungan tersebut, saya memutuskan untuk berubah menjadi lebih aktif dalam mengikuti berbagai perlombaan guna mengeksplor diri dan juga untuk “meraba-raba” minat saya.


Seiring berjalannya waktu, akhirnya pada Januari 2021, saya menemukan ketertarikan dan keyakinan untuk melanjutkan studi saya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mengapa Kedokteran? Alasannya cukup sederhana, saya memiliki ketertarikan untuk mempelajari tubuh manusia. Menurut saya, tubuh manusia dapat diibaratkan sebagai sebuah “mesin” kompleks yang dirancang sedemikian rupa secara sempurna oleh Tuhan. Dengan masuk Fakultas Kedokteran, saya dapat mengetahui dan mempelajari lebih jauh mengenai mekanisme tubuh manusia, bagaimana sebuah penyakit dapat merusak “keseimbangan” tubuh, bagaimana cara untuk mengobati penyakit tersebut, dan masih banyak lagi. Intinya, dengan masuk Fakultas Kedokteran saya dapat menuntaskan rasa keingintahuan saya. Di samping itu semua, saya juga ingin menjadi pribadi yang dapat berkontribusi kepada sesama yang membutuhkan pertolongan. Jika kita melihat persebaran dokter di Indonesia, masih banyak tempat-tempat yang belum terjangkau oleh dokter dan hal ini sangatlah mengkhawatirkan. Lalu, mengapa Universitas Indonesia? Universitas Indonesia adalah universitas terbaik di Indonesia dan hanya putra-putri terpilih sajalah yang dapat mengenyam pendidikan di sana. Selain itu, telah banyak prestasi yang diukir oleh para mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Oleh karena itu, saya yakin bahwa Universitas Indonesia merupakan tempat yang paling tepat untuk mewujudkan cita-cita yang diidam-idamkan. Saya dapat dengan yakin mengatakan bahwa inilah impian dan cita-cita pertama saya.


Di balik cita-cita yang besar dibutuhkan usaha yang besar pula untuk mewujudkannya. Satu tahun terakhir ini merupakan salah satu tahun terberat di dalam hidup saya. Mulai dari bimbel persiapan SBMPTN, mengumpulkan sertifikat untuk SNMPTN, menjaga nilai agar dapat masuk ke jajaran siswa yang eligible, sampai mempersiapkan tugas dan ujian sekolah yang tiada habisnya. Jadwal yang sangat padat dan melelahkan membuat saya selalu berpikir bahwa 24 jam dalam satu hari itu tidaklah cukup bagi seorang siswa kelas 12. Belajar, belajar, dan belajar. Hanya itulah aktivitas saya dalam satu tahun terakhir. Perjuangan terus berlanjut sampai saat pendaftaran SNMPTN tiba. Segala harapan saya gantungkan pada tanggal 29 Maret 2022, hari pengumuman SNMPTN. Besar harapan saya untuk dapat segera diterima di universitas (walaupun pada saat itu pilihan saya bukanlah FKUI) karena persiapan saya untuk SBMPTN belum sampai 50% dan saya sadar bahwa saya tidak akan sanggup jika harus mengikuti UTBK. Hari pengumuman pun tiba dan sungguh di luar dugaan, “layar merah” terpampang dengan jelas di depan wajah saya. Tulisan “ANDA DINYATAKAN TIDAK LULUS SELEKSI SNMPTN 2022” tetap terasa aneh walaupun sudah membacanya berulang kali. Keinginan untuk menyerah semakin sering datang setelah penolakan mentah-mentah saat itu. Kecewa? Tentu saja! Bagaimana mungkin saya tidak kecewa setelah melihat perjuangan keras saya selama ini berakhir sia-sia. Melihat beberapa teman seperjuangan saya sudah diterima di universitas impian mereka masing-masing membuat saya iri dan berandai-andai alangkah bahagianya jika saya berada di posisi mereka. Namun, saya sadar bahwa bersedih dan kecewa saja tidak akan memberikan solusi dan membuat saya tiba-tiba lulus. Sampai-sampai saat itu saya berusaha untuk mendoktrin diri untuk tidak menyerah karena jika menyerah, maka selamanya saya akan menyesal karena tidak dapat menggapai satu-satunya impian saya.


Tidak lama berlarut-larut dalam keterpurukan, sekali lagi saya bangkit dan berjuang untuk mempersiapkan SBMPTN dengan usaha paling maksimal yang dapat saya kerahkan. Buku latihan soal yang sebelumnya masih bersih polos perlahan-lahan terisi oleh coretan pensil dan pena merah. Tulisan di buku catatan dan buku cetak mulai tak terlihat karena tertutupi oleh sticky notes yang berisikan catatan-catatan penting dan berbagai kata kunci dari materi tersebut. Tidak lupa lembar catatan yang sebelumnya mulus mulai menjadi tidak berbentuk karena sering dibolak-balik. Tidak sampai di situ, jadwal keseharian yang sebelumnya sudah padat pun menjadi lebih gila lagi. Pergi ke tempat bimbel saat matahari terbit untuk mengikuti sesi tambahan membahas soal maupun materi yang belum dimengerti, dilanjutkan dengan sesi les membahas soal-soal tahun lalu, dan lanjut dengan sesi tambahan membahas persiapan tryout. Setelah pulang ke rumah saat kondisi larut malam, saya masih mengerjakan tryout di berbagai platform untuk mengukur dan mengasah kemampuan saya. Rasanya lelah, sangat lelah. Tetapi perjuangan yang melelahkan ini akan lebih melelahkan lagi jika saya tidak lulus melalui jalur SBMPTN.


Hari pertempuran pun datang, rasa dan perasaannya sungguh tidak dapat dideskripsikan melalui kata-kata. Antusias, senang, takut, panik, semua perasaan bercampur aduk menjadi satu. Terlebih lagi perasaan itu seakan-akan ingin meledak saat melihat soal-soal yang tertera pada layar monitor. Jika peraturan UTBK memperbolehkan pesertanya untuk menangis dan tertawa, maka sayalah yang akan menangis paling kencang dan tertawa terbahak-bahak di saat yang bersamaan. Mengapa demikian? Apakah melihat soal UTBK dapat membuat seseorang menjadi gila? Tidak juga, sebenarnya saya hanya ingin tertawa untuk mengasihani diri sendiri saja. Entah mengapa di satu sisi soal-soal UTBK terasa lebih mudah daripada latihan soal yang telah saya kerjakan sebelumnya dan di sisi lain saya tetap tidak dapat mengerjakannya. Di tengah kebingungan tersebut, rasa pesimis pun datang menggerogoti pikiran saya dan membuat saya tidak dapat mengerjakan UTBK dengan performa yang maksimal.


Keraguan atas performa saya sebelumnya itulah yang membuat saya memutuskan untuk mengisi sisa waktu sebelum pengumuman SBMPTN dengan mempersiapkan ujian mandiri, sebuah langkah preventif jika pada akhirnya saya mendapatkan kemungkinan terburuk. Waktu demi waktu berjalan begitu cepat dan hari pengumuman SBMPTN pun tiba. Walaupun rasa takut akan kegagalan terus menerus datang, saya berusaha untuk menguatkan diri dan percaya sepenuhnya bahwa rencana Tuhan pastilah lebih indah dari rencana yang saya rangkai. Dan seperti yang telah saya katakan sebelumnya, rencana Tuhan memanglah sangat indah. Ia memberikan kado terbaik kepada saya dan orang tua saya pada 23 Juni 2022. Kata-kata “Selamat! Anda dinyatakan lulus seleksi SBMPTN LTMPT 2022 di Universitas Indonesia” yang tertera pada laman LTMPT terus saya baca ulang untuk memastikan bahwa itu bukanlah mimpi belaka.


Keberhasilan saya menjadi sivitas akademika Universitas Indonesia bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal dari segalanya. Dengan menjadi bagian dari keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, diperlukan beberapa perubahan dan adaptasi agar dapat mengemban tanggung jawab seorang mahasiswa dengan baik. Di samping perubahan dan adaptasi, diperlukan pula masa transisi untuk membiasakan diri dari yang sebelumnya hanya seorang pelajar SMA biasa menjadi seorang mahasiswa di universitas terbaik bangsa. Di masa transisi inilah saya membuat komitmen untuk mempersiapkan diri dan mental serta mulai membiasakan diri dengan dunia perkuliahan.


Banyak sekali harapan yang saya simpan, baik untuk diri saya sendiri maupun teman-teman seperjuangan FKUI 2022. Saya sungguh berharap, dengan diwujudkannya impian saya untuk menjadi mahasiswa FKUI, saya dapat menjadi mahasiswa yang aktif, cerdas, kritis, dan berprestasi. Selain itu, besar pula harapan saya untuk dapat tumbuh dan berkembang serta berjuang bersama-sama dengan teman-teman FKUI 2022, mulai dari titik nol sampai garis finish nanti. Saya juga menaruh harapan besar pada teman-teman FKUI 2022 agar dapat menjadi angkatan yang kompak dan tangguh di dalam bidang akademis maupun non-akademis, sesuai dengan nama angkatan yang telah kami sepakati bersama sebelumnya, yaitu brilian.


Sebagai seorang mahasiswa baru, tentunya rencana yang saya siapkan saat ini belum terlalu matang dan terperinci. Yang jelas untuk rencana jangka pendek selama masa preklinik, saya berharap dapat mempelajari dan menguasai ilmu-ilmu kedokteran dengan baik dan memaksimalkan setiap proses pembelajaran yang ada. Kemudian jika diberikan kesempatan, saya juga ingin mengembangkan kemampuan saya baik di bidang akademis maupun non-akademis dengan cara mengikuti organisasi maupun kepanitiaan dan aktif berpartisipasi dalam berbagai ajang kompetisi kedokteran. Dan yang paling penting! Saya berharap dapat bertahan sampai akhir dengan IPK yang memuaskan, tidak perlu muluk-muluk sampai mendapatkan cumlaude karena saya yakin itu pasti amat sangat sulit (walaupun akan lebih baik jika begitu), cukup dengan IPK yang memuaskan.


Setelah lulus dengan tepat waktu dan melakukan pengabdian ke daerah selama beberapa saat, saya berencana untuk melanjutkan pendidikan dokter spesialis serta berharap dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat luas dengan ilmu yang saya dapatkan nanti. Saya berharap agar seluruh masyarakat Indonesia, terutama yang berada di daerah pelosok, dapat lebih mudah untuk mendapatkan informasi beserta fasilitas dan pelayanan kesehatan. Untuk memenuhi harapan tersebut, saya berencana membangun rumah sakit di daerah-daerah.


Terdapat sedikit pesan yang ingin saya sampaikan baik untuk teman-teman yang belum mendapatkan kesempatan untuk diterima tahun ini maupun adik-adik kelas yang memiliki keinginan untuk masuk ke FKUI. Untuk teman-teman, tetap semangat serta jangan putus asa dan sedih berkepanjangan. Tetaplah percaya bahwa Tuhan pasti akan menggantikan kegagalan saat ini dengan hal yang lebih indah pada waktunya nanti. Teman-teman juga dapat mempersiapkan diri dengan lebih matang lagi agar lebih siap dalam menghadapi SBMPTN maupun ujian mandiri yang akan datang. Dan untuk adik-adik, kalian juga dapat mempersiapkan diri mulai dari sekarang karena satu tahun adalah waktu yang sangat singkat. Jangan menunda-nunda dan menyesal di kemudian hari atas waktu yang terbuang sia-sia. Yang ingin saya katakan adalah impian yang besar selalu membutuhkan usaha yang besar pula untuk mewujudkannya. Memang terkadang terasa melelahkan karena usaha yang dikerahkan tak kunjung membuahkan hasil. Walaupun demikian, jangan menyerah dan tetaplah melangkah menuju cita-citamu. Percayakan saja semuanya kepada Tuhan dan yakinlah selalu bahwa tidak ada usaha dan perjuangan yang sia-sia. We may throw the dice but the Lord determines how they fall.


 
 
 

Recent Posts

See All

Comments


Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page