Narasi Perjuangan - Theresia Haro
- FKUI 2022
- Aug 14, 2022
- 8 min read
Updated: Aug 15, 2022
Litani
Halo semua! Perkenalkan, nama saya Theresia Haro. Saya biasa dipanggil There. Pendidikan terakhir saya sebelum masuk ke jenjang kuliah, yaitu SMA tepatnya di SMAN 13 Jakarta Utara. Saya merupakan mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) angkatan 2022 program reguler yang masuk melalui jalur mandiri Simak UI (Seleksi Masuk Universitas Indonesia).
Saya pribadi memandang FKUI sebagai fakultas kedokteran yang paling bagus di Indonesia karena FKUI merupakan fakultas kedokteran tertua di negeri ini yang tentunya memiliki banyak sejarah dan pengalaman, serta kontribusi kepada negara ini dalam bidang kesehatan. Selain itu, FKUI juga telah menghasilkan banyak lulusan dokter yang unggul dan berkarakter brilian.
Hal yang memotivasi saya untuk masuk FKUI cukuplah beragam. Mulai dari pengalaman hidup semasa kecil hingga SMA. Sewaktu saya masih kecil, bisa dikatakan bahwa saya tergolong sebagai anak yang kesehatannya kurang baik. Saya cukup sering sakit. Mulai dari sakit yang ringan, seperti demam, batuk dan pilek, hingga yang cukup berat untuk anak seusia saya, seperti kawasaki disease. Terkadang saya pun harus pergi ke dokter spesialis dan ke rumah sakit baik untuk berkonsultasi maupun menjalani rawat inap. Hal tersebut membuat saya cukup sering bertemu para dokter. Melihat dan mengamati apa yang dilakukan dokter-dokter tersebut membuat saya kagum. Khususnya dengan attitude para dokter yang ramah kepada anak kecil seperti saya waktu itu dan kepintaran mereka dalam mendiagnosa penyakit saya.
Sejak kecil saya sangat dekat dengan ibu dan kakek saya. Mereka berdua berkecimpung di bidang sains. Ibu saya adalah seorang dokter yang kebetulan juga lulus dari FKUI dan kakek saya adalah seorang guru fisika. Bertumbuh bersama mereka berdua yang mana sangat saya hormati, membuat saya menjadi terinspirasi. Mereka memiliki cukup banyak buku-buku sains, baik life science maupun physical science yang menarik perhatian saya. Saya sangat suka membaca buku-buku kepunyaan mereka walaupun sebagian besar dari isi buku tersebut belum mampu saya pahami. Namun, terkadang beberapa isi buku tersebut menjawab keingintahuan saya. Saya dan kakek saya sangat sering berdialog dan berdiskusi, khususnya mengenai bagaimana sesuatu bisa terjadi secara ilmiah. Beliau sangat menginspirasi saya. Meski kerap saya tidak mampu mencerna semua yang diajarkan oleh kakek dan ibu saya, namun saya selalu berusaha untuk mengingat, memahami dan berharap kelak menjadi seperti mereka.
Beranjak remaja, kesehatan saya membaik. Namun, kesehatan beberapa anggota keluarga saya menurun. Pada tahun kedua pandemi Covid-19, tepatnya ketika saya akan naik ke kelas 12, kakek saya yang sangat dekat dengan saya meninggal dunia karena stroke untuk ketiga kalinya. Saat-saat itu merupakan waktu yang cukup berat bagi saya pribadi karena salah satu motivator dan “mentor” saya sudah tidak ada lagi. Pada saat itu juga bimbingan belajar untuk persiapan masuk perguruan tinggi negeri (PTN) akan segera dimulai. Mungkin beberapa siswa, bahkan pada saat awal kelas 10, sudah memiliki pilihan ingin masuk PTN mana dan jurusan apa. Namun, hingga di awal kelas 12 pun saya sendiri masih sangat bingung dalam memilih jurusan apa maupun PTN mana yang akan saya pilih.
Setelah beberapa waktu saya habiskan lagi untuk berpikir tentang jurusan dan PTN apa yang akan saya tuju, ternyata kakek saya lagi-lagi memberikan saya inspirasi–mungkin untuk terakhir kalinya. Meninggalnya beliau, membuat saya berkeinginan untuk menjadi dokter supaya saya dapat menolong orang yang sakit, seperti beliau. Oleh karena itu, saya pun termotivasi untuk masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Keinginan saya masuk FKUI juga diperkuat dari beberapa perasaan dalam diri sendiri, seperti keinginan untuk menjadi berguna dan bermanfaat bagi sesama, keinginan untuk mengembangkan kemampuan diri, keinginan untuk menjadi versi terbaik dari diri saya, dan keinginan untuk membanggakan keluarga.
Mengingat sulitnya masuk FKUI, saya pun mengikuti bimbingan belajar secara online selama kurang lebih tujuh bulan. Dalam prosesnya saya kerap kali merasa kesulitan dalam mengerti materi maupun mengerjakan soal. Hasil kuis, try out, maupun tugas mandiri saya tidaklah mencukupi kriteria masuk FKUI. Melihat hal tersebut berlangsung dalam waktu yang cukup lama, saya pun tidak percaya diri lagi dan mulai ragu atas pilihan saya. Sewaktu mendapat kabar bahwa saya eligible untuk mendaftar SNMPTN (seleksi masuk perguruan tinggi negeri menggunakan nilai rapor), saya tidak mendaftar fakultas kedokteran UI, melainkan fakultas kedokteran universitas lain karena sudah pesimis dengan FKUI. Nilai rapor saya tidaklah tinggi, bahkan rata-ratanya pun tidak mencapai angka sembilan. Nilai biologi, kimia, fisika, dan matematika saya pun naik-turun.
Saya pun tetap melanjutkan bimbingan belajar sambil menunggu hasil SNMPTN. Tanggal 29 Maret 2022, saya mendapat kabar bahwa beberapa teman saya berhasil lolos SNMPTN. Hal itu membuat saya senang sekaligus sedikit cemas memikirkan hasil saya sendiri. Saya memutuskan untuk membuka hasilnya saat malam hari bersama ibu saya dan ternyata saya tidak lolos seleksi masuk kala itu.
Saya pun melanjutkan belajar SBMPTN karena waktu semakin menipis. Lagi-lagi nilai tryout, kuis, dan tugas mandiri saya masih cukup rendah. Saat itu saya merasa tertekan dan sangat cemas karena takut jika harus masuk swasta dan mengeluarkan biaya besar. Saya takut menjadi beban orang tua. Sampai pada poin saya hampir tidak memilih FKUI dalam pilihan SBMPTN, namun guru, teman, dan keluarga meyakinkan saya untuk tetap memilih FKUI. Kurang lebih dua bulan sebelum SBMPTN, saya mengikuti kelas offline. Saat offline, saya merasa lebih semangat karena materi lebih saya pahami, dapat belajar bersama teman-teman, dan juga dapat lebih mudah menanyakan hal yang belum dimengerti kepada guru.
Menjelang SBMPTN, saya berserah kepada Tuhan karena merasa masih belum menguasai banyak materi yang penting. Lokasi UTBK saya di Universitas Indonesia tepatnya di kampus Depok. Saya memilih UI Depok dengan alasan supaya kalaupun saya ditolak UI, paling tidak saya pernah berkunjung dan melaksanakan ujian di kampus itu. Seperti ekspektasi saya, ketika ujian berlangsung, saya merasa gagal dan tidak mampu mengerjakan soal-soal UTBK tersebut. Kira-kira sekitar tujuh butir soal bahasa Inggris kosong karena saya kehabisan waktu. Oleh karena itu, saya sama sekali tidak berharap lolos baik pilihan pertama maupun kedua. Akhirnya, saya pun mendaftarkan diri ke jalur mandiri beberapa PTN, salah satunya Universitas Indonesia.
Sambil menunggu hasil SBMPTN, waktu yang tersedia saya manfaatkan untuk belajar Simak UI. Saya mengambil kelas offline setiap hari selama kurang lebih tiga minggu. Di sana saya mengerjakan soal-soal Simak UI dari tahun 2009 dan ternyata sangatlah sulit. Pada waktu itu, saya merasa tidak ada harapan karena saya sudah sangat pesimis dengan hasil SBMPTN ditambah soal Simak UI yang sulit membuat saya lagi-lagi tidak percaya diri.
Namun, Puji Tuhan, pada tanggal 23 Juni 2022 saya mendapat barcode dari LTMPT karena lolos di pilihan kedua. Waktu itu, saya sangat amat terkejut dan tidak menyangka. Saya yang sudah sempat belajar Simak UI pun menjadi lebih lega dan berencana untuk tidak terlalu memikirkan Simak UI karena bagi saya masuk FKUI tetaplah sangat sulit. Akan tetapi, orang tua saya meyakinkan saya untuk tetap semangat mengikuti Simak UI. Oleh karena itu, saya mengikuti ujian Simak UI baik untuk Kelas Khusus Internasional maupun reguler.
Pada tanggal 5 Juli 2022, saya kembali dikejutkan dengan pesan dari sekretariat prodi pendidikan dokter FKUI untuk mengikuti tes MMPI (tes psikologi yang dilakukan untuk menilai kepribadian dan psikopatologi) dan tes wawancara. Saya pun sangat bersyukur sekaligus gugup karena belum ada persiapan sama sekali. Selanjutnya, saya mengikuti tes MMPI di RSUI keesokan harinya. Saya pun menjawab semua pertanyaan yang diberikan dengan spontan dan ternyata hasil tes MMPI saya valid. Tanggal 7 Juli 2022, saya mengikuti tes wawancara. Saya sangat gugup karena saya tidak pandai “berbicara”. Terlebih wawancara tersebut menggunakan bahasa Inggris yang mana tidak begitu saya kuasai. Saat wawancara, saya hanya pasrah dan mengungkapkan apa yang ada di kepala saya saat itu. Setelah rangkaian ujian Simak UI sudah selesai, saya pun langsung melakukan tes kesehatan dan mencari kos di dekat universitas pilihan kedua saya karena sudah pesimis dengan hasil Simak UI.
Tanggal 14 Juli 2022, hari pengumuman Simak UI pun tiba. Pagi harinya saya merasa biasa saja, tidak terlalu memikirkan. Namun, menjelang pukul 15.00 WIB, saya merasa sangat gugup dan cemas. Waktu itu saya sedang di mobil bersama ayah saya. Saya meminta ayah untuk keluar sebentar dari mobil ketika ingin membuka pengumuman karena saya tidak mau ayah melihat reaksi saya. Setelah beliau keluar, saya pun memutar lagu rohani sambil membuka website Simak UI. Mungkin jika diukur dengan oxymeter, denyut nadi saya di atas 100 saat itu.
Saya pun berulang kali berucap dalam hati, bahwa tidak apa-apa bila tidak lolos. Saya pun menarik napas panjang dan membuka pengumuman Simak UI Kelas Khusus Internasional terlebih dahulu. Ternyata, saya tidak lolos. Melihat hal itu, saya pun hanya tersenyum simpul karena sudah ikhlas bila ditolak. Saya pun melanjutkan dengan membuka pengumuman Simak UI reguler dengan berpikir bahwa pasti tidak lolos juga. Saya terkejut bukan main ketika saya melihat kata “Selamat” di layar handphone saya, dan dari ketiga prodi yang saya pilih di Simak UI reguler, saya lolos pilihan pertama, yaitu Pendidikan Dokter. Saya pun memanggil ayah dan kami berpelukan. Saya pun menelepon ibu yang saat itu sedang berada di FKUI Salemba. Sesudah menjemput ibu dari Salemba, kami bertiga berdoa mengucap syukur kepada Tuhan. Kebetulan hari itu bertepatan dengan konser salah satu penyanyi favorit saya. Tadinya, konser tersebut juga akan saya jadikan sebagai sarana pelipur lara mengobati hati yang luka jika tidak diterima di FKUI. Ternyata, konser tersebut menjadi suatu perayaan yang mengharukan. Hari itu merupakan hari yang tidak akan saya lupakan karena saya merasa kasih Tuhan sangatlah besar bagi saya.
Sebelum diterima FKUI saya merupakan orang sangat amat pesimis dan mudah menyerah. Saya juga suka merendahkan diri dan tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri. Namun, kini setelah FKUI menerima saya, saya merasa berterima kasih kepada diri sendiri maupun orang-orang di sekitar saya karena sudah mendukung saya dalam perjuangan ini selama kurang lebih satu tahun terakhir. Saya berkomitmen untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam diri saya, baik dalam hal akademis maupun nonakademis.
Harapan selama saya berkuliah di FKUI adalah supaya saya dapat menjadi versi terbaik diri saya, dapat mengembangkan bakat saya, dan menjadi berkat bagi orang lain. Semoga angkatan saya, kelak dapat juga menjadi seperti namanya, yaitu Brilian. Brilian baik dalam hal akademis maupun nonakademis dan untuk mencapai itu semua, saya harap FKUI 2022 dapat bersatu padu dan menjadi tangguh.
Rencana jangka pendek saya selama preklinik, yaitu saya ingin bisa mengikuti perkuliahan dengan baik, fokus, dan mengerahkan seluruh kemampuan saya. Saya juga ingin memiliki time management yang baik, dan tidak lupa stress management yang baik juga. Untuk mencapainya, saya akan membuat jadwal kegiatan berdasarkan skala prioritas dari yang paling penting, penting, dan terakhir yang kurang penting. Saya akan memahami dan mengingat apa saja coping mechanisms saya. Saya juga ingin memiliki hubungan sosial yang baik dengan teman-teman seangkatan sehingga dapat saling menguatkan, saling menopang, dan saling menolong satu sama lain dalam perjuangan hingga masa preklinik selesai.
Rencana jangka panjang saya selama klinik, yaitu saya ingin menyelesaikannya dengan baik sehingga bisa lulus tepat waktu. Untuk mencapai hal tersebut, saya akan mempelajari kasus-kasus yang didapatkan di rawat inap dan rawat jalan sesuai stase. Saya juga akan banyak berkonsultasi dengan konsulen dan PPDS (Peserta Program Dokter Spesialis). Saya akan bekerja sama dengan teman-teman kelompok saya, sekaligus melatih diri dalam membina hubungan dengan perawat dan tim medis lainnya. Selama kuliah di masa klinik, saya akan membuat presentasi kasus dengan baik. Saya juga akan melatih diri dalam berkomunikasi dengan pasien maupun keluarga pasien dengan baik dan penuh empati.
Harapan saya adalah bisa menjadi dokter yang baik yang bisa membangun kesehatan masyarakat Indonesia. Seperti kita ketahui, derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Saya juga berharap masyarakat bisa turut serta menjaga baik kesehatan tubuhnya maupun kesehatan lingkungan sehingga angka harapan hidup masyarakat Indonesia dapat terus meningkat. Saya pun tertarik untuk melakukan penyuluhan atau promosi kesehatan kepada masyarakat Indonesia sehingga masyarakat menjadi tahu, mampu, dan mau melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.
Teruntuk adik-adik kelas yang juga mempunyai keinginan untuk masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, kejarlah impianmu. Teruslah berusaha, jangan memandang diri rendah atau tidak mampu, ingatlah bahwa kalian itu sangat berharga. Ingatlah perjuangan orang tua kalian supaya kalian tetap semangat. Jangan terlalu terfokus kepada orang lain, fokuslah mengembangkan kemampuan diri kalian masing-masing. Jika kalian sudah mulai merasa lelah, tidak apa-apa untuk istirahat dan setelah itu cari hal yang membuat semangatmu bangkit kembali. Selain itu, kalian juga bisa mengikuti bimbingan belajar baik secara online maupun offline. Kalian juga bisa menggunakan platform belajar dari manapun. Kalian juga penting untuk memiliki support system baik dari keluarga maupun teman. Jangan lupa untuk selalu berdoa dan menaruh harapanmu kepada Tuhan karena pada akhirnya Ialah yang menentukan segalanya. “There’s a will, there’s a way,”.
Comments