Narasi Perjuangan - Tarishah Cahyani Yasmin
- FKUI 2022
- Aug 14, 2022
- 8 min read
Halo semua! sebelumnya bercerita, saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu dan mengucapkan terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk membaca esai perjuangan ini. Nama saya Tarishah Cahyani Yasmin dan akrab dipanggil Taca, tahun ini berkesempatan menjadi mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2022 lewat jalur SIMAK Reguler. Sedikit bercerita, saya merupakan alumni angkatan 2020 dari salah satu sekolah terbaik di kota kelahiran saya yaitu SMA Negeri 8 Bandung. Sebelumnya, saya memulai pendidikan dasar di SD Negeri Soka 34 Bandung dan melanjutkan sekolah menengah di SMP Negeri 5 Bandung. Ketiganya tergolong sebagai sekolah unggulan dan di situlah saya berambisi untuk terus melanjutkan pendidikan di sekolah yang unggul.
Saya merupakan anak tunggal dari kedua orang tua saya. Hal tersebut menjadikan saya memikul harapan orang tua seorang diri karena setiap orang tua tentu ingin memiliki anak dengan masa depan yang cerah. Anak semata wayang seperti saya mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tua. Segala bentuk dukungan dan doa yang diberikan oleh orang tua saya membuat semangat dalam diri ini terus terjaga. Kedua orang tua saya memberikan kepercayaan yang luar biasa dalam membebaskan pilihan jurusan yang akan saya ambil. Saya sempat bimbang dalam memilih jurusan karena saya belum sadar minat dan kemampuan diri sendiri. Untuk berada di posisi saya saat ini, tentu bukan perjalanan yang mudah. Maka dari itu, saya akan menceritakan mengenai mimpi dan kenyataan yang saya jalani ketika memperjuangkan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
FKUI sendiri merupakan sekolah kedokteran tertua sekaligus terbaik yang ada di Indonesia. Dengan segala keistimewaannya, menjadikan FKUI sebagai jurusan dambaan banyak orang. FKUI telah menciptakan banyak dokter berkualitas, dengan dilengkapi fasilitas yang sangat memadai, serta biaya yang relatif murah jika disandingkan dengan peguruan tinggi negeri lainnya. Ketatnya persaingan untuk mendapatkan kesempatan berkuliah di FKUI sempat membuat saya berkecil hati dan meragukan kemampuan saya. Sering terlintas kata “tidak mungkin” ketika saya memiliki pikiran untuk berkuliah di FKUI dan beranggapan hanya orang cerdas dan terpilih yang dapat diterima di sana. Tetapi, tekad saya lebih besar daripada keraguan tersebut. Saya terus belajar dengan sungguh-sungguh serta tidak lupa meminta doa restu orang tua, saudara, sahabat, dan teman-teman untuk mempermudah perjalanan saya dalam mengejar FKUI.
Berawal dari ketertarikan dan keingintahuan saya pada mata pelajaran biologi, menjadi cerita awal saya hingga akhirnya memilih cita-cita menjadi dokter. Mimpi saya untuk menjadi dokter dimulai ketika saya menduduki kelas 10. Alasannya mungkin terkesan klise, yaitu ingin tulus membantu menyembuhkan orang banyak dengan ilmu dan kemampuan yang dimiliki serta membantu mengedukasi masyarakat mengenai isu kesehatan. Di benak kita semua, tentu menjadi dokter adalah pekerjaan yang mulia karena dapat menyelamatkan nyawa banyak orang. Akan tetapi, menjadi dokter bukanlah hal yang mudah dan butuh alasan yang kuat untuk seseorang memutuskan memilih profesi menjadi dokter. Sebagai contoh, pandemi COVID-19 yang melanda dunia menunjukkan peran dan jasa dokter sangat berarti dalam bidang kesehatan. Dokter dan tenaga kesehatan berhak diberi gelar pahlawan baik dalam penanganan maupun pencegahan terkait virus maupun penyakit lainnya. Hal tersebut semakin menumbuhkan keinginan saya untuk menjadi dokter. Selain itu, saya juga tertarik untuk turut mengambil andil dalam memajukan taraf kesehatan di Indonesia.
Perjalanan meraih perguruan tinggi negeri yang saya lalui tidaklah mudah. Pada tahun 2020, saya gagal dalam SNMPTN untuk mendapatkan jurusan kedokteran di PTN ternama. Akan tetapi, tidak ada rasa sedih yang begitu dalam dikarenakan strategi yang buruk ditambah dengan nilai rapot saya yang tidak terlalu bagus di semester 1 hingga semester 4. Nilai rapot yang saya dapatkan memanglah tidak terlalu memuaskan karena saya masih sering bermain-main dan mengisi waktu SMA dengan mengikuti kepanitiaan sekolah yang tergolong sibuk. Penyesalan memang selalu hadir belakangan. Akan tetapi, tidak ada kata terlambat dalam belajar. Ketika saya menduduki kelas 12, saya menjadi rajin dan giat dalam mengejar materi yang akan diujikan. Saya terus belajar siang dan malam tanpa henti dan dikelilingi oleh lingkungan yang suportif. Lalu, saya memutuskan untuk mendaftar SBMPTN jurusan kedokteran di universitas terbaik di kota saya. Namun, lagi-lagi saya gagal. Perasaan hancur dan kecewa yang saya rasakan setelah penolakan tersebut hampir membuat saya menyerah untuk memperjuangkan jurusan yang saya inginkan.
Saya tersadar bahwa saya merupakan satu-satunya harapan keluarga. Maka dari itu, saya melanjutkan perjuangan saya untuk mengikuti berbagai jalur mandiri dengan pilihan jurusan kedokteran. Akan tetapi, lagi-lagi saya gagal sehingga pemikiran idealis tersebut harus dikesampingkan dan menyadari bahwa pada tahun tersebut saya harus bisa kuliah. Pada ujian SIMAK UI 2020, saya memilih 6 jurusan yang cukup realistis jika dibandingkan dengan kemampuan saya. Alhamdulillah, saya diberikan kesempatan dengan lulus pada pilihan jurusan keempat yaitu jurusan Teknik Lingkungan, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UI. Saya mencoba untuk ikhlas karena merelakan cita-cita saya sebagai dokter dan mulai menjalani perkuliahan dengan sebaik-baiknya. Orang tua saya pun tidak pernah kecewa karena saya sudah berhasil berada di tahap tersebut.
Seiring berjalannya waktu, saya mencoba untuk yakin bahwa keinginan menjadi dokter harus saya kubur. Saya mengikuti berbagai macam panitia, organisasi, dan kesibukan lainnya untuk membantu saya move on dari jurusan kedokteran. Akan tetapi, di pertengahan jalan, muncul rasa penasaran untuk mengikuti SBMPTN kembali untuk mendapatkan jurusan kedokteran. Hal tersebut membuat saya kembali terinspirasi dan akhirnya meyakinkan diri untuk mulai belajar materi UTBK di tengah kesibukan perkuliahan dan kegiatan nonakademik lainnya. Sayangnya, persiapan yang saya jalani tidak terlalu matang.
Tiba hari di mana jadwal UTBK diumumkan. Buruknya, jadwal tersebut bertabrakan dengan jadwal kuis di jurusan saya. Dengan segala ketidakberuntungan dalam mempersiapkan UTBK 2021, membuat saya semakin yakin bahwa perjalanan menjadi mahasiswa kedokteran yang saya jalani ini penuh dengan lika-liku. Saya pun mengikuti UTBK dan beberapa ujian mandiri lainnya dengan seadanya. Alhamdulillahnya, saya diberikan kesempatan untuk lulus di jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dan jurusan Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya. Namun, karena jurusan yang saya inginkan adalah kedokteran, dengan segala pertimbangan saya memutuskan untuk tetap berkuliah di FT UI. Hari demi hari saya lewati dengan perasaan legowo akan penolakan yang saya dapatkan di tahun 2021. Saya kembali fokus dengan perkuliahan dan melakukan segala sesuatu sebaik mungkin di jurusan yang awalnya tidak pernah saya pikirkan sebelumnya.
Suatu saat, di tengah kejenuhan saya mempelajari mata kuliah teknik, saya mendapatkan sebuah dorongan yang tidak terduga. Dorongan tersebut tidak lain adalah keinginan saya untuk kembali memperjuangkan jurusan kedokteran. Di semester 4, saya menemukan kembali motivasi untuk menjadi mahasiswa kedokteran. Tanpa keraguan, saya memutuskan untuk berhenti mengikuti kegiatan nonakademik yang dapat mengganggu proses persiapan UTBK di tahun 2022. Persiapan yang saya lalui hanyalah bermodalkan latihan soal di platform belajar daring tanpa mengikuti bimbel apa pun di tengah kesibukan saya menjalani tahun kedua kuliah. Saya semakin membulatkan tekad untuk memilih jurusan kedokteran. Tidak lain, saya memilih Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang dalam pandangan saya merupakan universitas dengan jurusan kedokteran terbaik se-Indonesia.
Segala pertanda dan mimpi yang saya dapatkan, membuat saya terus termotivasi untuk tidak menyerah dalam setiap prosesnya. Tiba saatnya saya menjalani hari UTBK, saya harus jatuh sakit dan hampir tidak bisa mengikuti ujian. Dengan doa dan restu orang tua, saya tetap menjalani UTBK dengan keadaan kesehatan yang kurang fit disertai perasaan tidak puas saat mengerjakan ujian karena kondisi yang tidak maksimal. Saya pun mencoba ikhlas dengan hasilnya karena percaya takdir Tuhan lebih baik dari apa yang saya rencanakan. Lagi-lagi saya gagal SBMPTN di tahun terakhir. Akan tetapi, saya tetap bersemangat dalam memperjuangkan FKUI di jalur SIMAK. Pada tanggal 2 Juli 2022, bertepatan dengan hari ulang tahun saya, saya menjalani ujian SIMAK dengan sungguh-sungguh dan penuh harapan. Saya terus berdoa agar saya diterima di jurusan dan universitas yang saya impikan.
Hari demi hari berlalu, dengan seluruh ridho orang tua dan pertolonganNya, saya membuka pengumuman dengan perasaan ikhlas. Tidak disangka-sangka, ternyata saya lolos. Kata “Selamat! Anda dinyatakan sebagai calon mahasiswa baru Universitas Indonesia pada program studi Pendidikan Dokter” yang muncul terpampang sangat nyata di layar komputer saya. Sontak, saya menangis tanpa henti dan memanggil Ibu saya untuk mengetahui berita bahagia tersebut. Awalnya, kami berdua hanya bisa diam membeku, seakan-akan pengumuman tersebut hanyalah mimpi. Kami pun segera menelepon Ayah saya yang sedang berada di luar kota, memberi kabar bahwa anak satu-satunya ini berhasil menjadi calon dokter pertama di keluarga.
Perasaan tidak percaya akan kenyataan tersebut terus berlanjut berhari-hari. Diterimanya saya di FKUI merupakan hadiah ulang tahun terindah dari Allah SWT yang pernah saya dapatkan. Selain itu, saya juga diberi kesempatan untuk lulus di jurusan Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya. Maka dari itu, saya selalu merasa beruntung setelah mengalami penolakan sebanyak 16 kali dalam memperjuangkan cita-cita saya sebagai mahasiswa kedokteran. Dalam perjalanan meraih cita-cita, saya mencoba berteman dengan kegagalan agar saya tidak terjatuh ketika menemuinya. Mengejar mimpi yang tinggi hingga merelakan banyak hal bukanlah suatu hal yang mudah.
Di samping itu, kerap muncul perasaan cemas sepanjang waktu mengingat saya baru mendapatkan jurusan yang saya inginkan di tahun ketiga. Melihat teman-teman SMA saya yang akan lulus skripsi terlebih dahulu membuat saya menjadi berkecil hati. Namun, terdapat beberapa alasan supaya saya tidak perlu khawatir melihat jalan hidup orang lain. Perlu diingat bahwa hidup bukanlah ajang perlombaan maupun soal menang atau kalah. Saya akan selalu mengingat kerja keras yang saya kerahkan demi bisa berada di titik seperti sekarang ini. Sebelum diterimanya saya di FKUI, saya berjanji pada diri saya sendiri untuk selalu bersyukur dan bersemangat dalam menuntut ilmu.
Beberapa orang mengatakan bahwa menjadi mahasiswa kedokteran tidaklah mudah dan membutuhkan ketabahan yang besar karena membutuhkan waktu studi minimal 6 tahun. Selain itu, jadwal kuliah yang padat, materi yang rumit, ujian yang bertubi-tubi, menjadi makanan sehari-hari bagi mahasiswa kedokteran. Segala pengorbanan termasuk jiwa, pikiran, dan materi, harus dipertaruhkan demi menggunakan snelli beserta stetoskop yang melingkar di leher.
Setelah diterima di FKUI, saya berharap dapat memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik, menjaga pola makan, berolahraga, dan melakukan hal produktif lainnya yang dapat memperlancar kehidupan saya. Seiring berjalannya waktu, semoga kepekaan saya terhadap masalah yang berkaitan dengan kesehatan semakin tinggi disertai dengan komitmen untuk melakukan tugas secara profesional dan mengingat bahwa menjadi dokter berarti memegang komitmen untuk belajar sepanjang hayat.
Semoga saya dapat menjadi mahasiswa FKUI yang membanggakan kedua orang tua, almamater, serta bangsa dan negara dengan ukiran-ukiran prestasi baik di bidang akademik maupun nonakademik. Tak lupa, saya juga berharap kedua orang tua saya selalu diberi kesehatan, kebahagiaan, dan umur yang panjang. Berbakti kepada mereka merupakan salah satu kewajiban dan bentuk kasih sayang seorang anak karena merekalah yang paling berjasa dalam kehidupan saya. Kemudian, teruntuk teman-teman mahasiswa FKUI angkatan 2022, kita akan menghabiskan waktu bersama-sama hingga enam tahun ke depan. Harapannya, teman-teman FKUI 2022 dapat menjadi keluarga kedua yang selalu solid dan selalu tangguh dalam menjalani proses yang panjang. Semoga kita dapat saling mengkuatkan dan bahu-membahu dalam mengejar cita-cita kita yang mulia.
Pada tahun pertama, saya ingin beradaptasi dengan sebaik-baiknya di lingkungan FKUI, termasuk berdaptasi dengan sistem pembelajaran dan kegiatan sehari-hari sebagai mahasiswa kedokteran. Selanjutnya, pada tahun kedua, saya ingin memilih ranah kontribusi saya baik di fakultas maupun universitas untuk menghasilkan versi terbaik dari diri saya dengan mengikuti kegiatan mahasiswa seperti organisasi, kepanitiaan, atau perlombaan. Lalu, pada tahun ketiga, saya berharap motivasi saya tetap terjaga untuk menjalani perkuliahan dengan sungguh-sungguh dalam menyelesaikan masa praklinik saya dengan sebaik mungkin. Rencana-rencana tersebut tidak terlepas dari kesadaran diri saya untuk tetap disiplin, bertanggung jawab, komitmen, dan percaya diri. Kutipan “Do your best because one day you will save someone’s life” akan selalu saya ingat jika demotivasi menghampiri.
Untuk menyandang gelar dokter, masih banyak perjalanan yang harus dilalui. Setelah mendapatkan gelar sarjana kedokteran, saya akan memasuki kehidupan koas yaitu menjalani praktik langsung di rumah sakit. Di tahap ini, saya akan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. Setelah menjalani tahap koas, saya harus mempersiapkan ujian untuk mengantarkan saya mendapatkan gelar dokter. Harapannya, saya dapat menjalani pendidikan spesialis dan melanjutkan karier sebagai seorang dokter yang kompeten serta amanah.
Tentunya, kita semua memiliki harapan supaya masyarakat mendapatkan akses kesehatan yang terbaik. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat banyak tantangan, seperti belum meratanya fasilitas kesehatan yang diterima oleh masyarakat hingga sulitnya melakukan edukasi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan. Kesehatan masyarakat sendiri memegang peran penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia suatu negara. Oleh karena itu, saya memiliki dorongan hati untuk turut serta dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan di Indonesia.
Akhir kata, terima kasih telah membaca esai perjuangan saya, semoga ada hal baik yang dapat dipetik. Teruntuk teman-teman yang berkeinginan meneruskan pendidikan di FKUI, saya berpesan untuk tidak membuang-buang waktu dan menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Jika teman-teman merasakan stres, jenuh, dan kehilangan motivasi, kalian dapat beristirahat sejenak dan mencari hal menyenangkan yang dapat mengembalikan semangat teman-teman. Jika teman-teman telah berjuang, namun hasilnya belum sesuai dengan harapan, kalian harus yakin Tuhan telah menyiapkan takdir terbaik untuk kita. Tetaplah yakin dengan apa yang kalian mimpikan dan ingat nasihat dari Ali bin Abi Thalib bahwa “Apa pun yang menjadi takdirmu, akan mencari jalannya menemukanmu”.
Comments