top of page
Search

Narasi Perjuangan - Siti Agastya Khaerani

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 14, 2022
  • 9 min read

Bagaikan pesawat yang melambung tinggi di awan angkasa, proses yang dilaluinya untuk bisa terbang dan mendapat tepukan meriah dari banyak pihak tentunya tidak mudah. Banyak hal harus diperjuangkan, bahkan dikorbankan. Perkenalkan, saya Siti Agastya Khaerani, biasa dipanggil Rani. Saya berasal dari SMA Negeri 8 Jakarta, sekolah yang berada di Jakarta Selatan, tepatnya Bukit Duri, dan terkenal akan prestasi akademik maupun nonakademik murid-muridnya yang sangat mengesankan. Setelah tiga tahun mengemban ilmu di sekolah ini, saya pun lulus dan diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kelas reguler. Saya diterima pada 23 Juni tahun 2022 melalui jalur SBMPTN, jalur yang memang sangat saya harapkan, tetapi juga sangat tidak disangka-sangka menjadi rezeki saya di antara ribuan orang yang mendaftarkan diri. Sejak dahulu, saya memandang Universitas Indonesia sebagai universitas terbaik di Indonesia, terutama Fakultas Kedokterannya. Sejak kecil, saya sangat ingin menjadi dokter dan ketika mendengar tentang FK UI, salah satu fakultas tertua di UI yang memiliki segudang prestasi, saya membuat goals yang spesifik, yaitu menjadi mahasiswa FK UI dan dapat menjadi lulusan yang berkompeten dan memberikan benefit bagi banyak orang.


Menurut saya, Fakultas Kedokteran (FK) merupakan salah satu fakultas dengan peminat yang sangat tinggi, apalagi FK UI. Akan tetapi, hal tersebut tidak mematahkan semangat saya untuk tetap memperjuangkan mimpi saya karena sejak dahulu saya dibebaskan untuk memilih hal yang saya inginkan untuk masa depan saya. Saya pun tetap teguh terhadap pilihan saya untuk menjadi seorang dokter. Salah satu hal yang membuat saya termotivasi dengan profesi ini juga karena kondisi yang saya alami saat kecil. Saya cukup sering dirawat di rumah sakit. Kondisi saya saat berumur 2 hari mengharuskan saya untuk melakukan operasi dan mulai saat itulah saya ‘terbiasa’ dengan suasana rumah sakit dan orang-orang di dalamnya. Saya bertemu banyak hal di rumah sakit, termasuk dokter yang telah membantu saya dan orang tua saya. Hal tersebut menjadi salah satu alasan saya termotivasi dan terinspirasi untuk menggapai cita-cita saya.


Saat masih di bangku sekolah dasar, saya hanya berandai-andai memakai stetoskop sambil memeriksa seorang pasien di dalam ruangan dengan bau obat yang khas, teringat gerak-gerik dokter yang pernah memeriksa saya dahulu. Saya juga masih belum mengetahui seberapa panjang prosesnya untuk bisa sampai pada ujung pendidikan seorang dokter. Namun, sangat tidak terpikirkan hal lain, cita-cita lain, keinginan lain saya pada masa depan, selain menjadi dokter. Dan akhirnya, saya sadar bahwa keinginan saya merupakan keinginan banyak orang juga. Banyak hal harus diperjuangkan dan tentunya tidak mudah. Maka dari itu, sejak dahulu saya berusaha memasuki sekolah yang memiliki fasilitas pendidikan yang memadai. Saya ingat saat menjelang hari terakhir bersekolah di sekolah menengah pertama, kami diminta untuk menuliskan mimpi dan cita-cita kami untuk beberapa tahun ke depan di sebuah kain putih yang membentang. Saat itu, saya menuliskan bahwa saya ingin lulus dengan NEM yang memuaskan agar masuk ke SMA impian saya dan menjadi mahasiswa FK UI, terlihat sangat idealis mungkin. Namun, saya ternyata sudah berhasil memenuhi satu dari dua mimpi yang saya tuliskan di kain putih tersebut dengan diterima di SMA yang saya inginkan. Akan tetapi, ketika di bangku kelas 11, saya mulai diberikan pertanyaan, seperti “Nanti setelah lulus mau pilih apa? Kedokteran ya?”. Memang tidak ada yang pernah memaksa, tetapi hampir seluruh keluarga saya mengetahui mimpi saya ini. Saya tiba-tiba langsung merasa bahwa salah satu mimpi saya yang saya tuliskan di kain putih ketika SMP terasa sangat tinggi dan saya merasa tidak yakin dengan diri saya sendiri saat itu. Kebimbangan dalam memilih tujuan untuk perkuliahan mulai menghantui saya.


Kilas balik sedikit ke saat saya masih di bangku SMA, tepatnya kelas 10. Saat itu, rasa senang tentu saja menyelimuti diri saya karena berhasil masuk di SMA yang saya inginkan. Namun, perbedaan antara materi yang ada di SMP dan SMA membuat saya belum cukup terbiasa karena banyak materi baru yang lebih sulit dan tugas yang tentunya jauh lebih banyak. Saat memasuki SMA, saya sering mendapatkan nilai yang mengharuskan saya untuk melakukan remedial. Pada kelas 10 itu, saya merasa mulai pesimis untuk mengikuti SNMPTN yang di mana harus membutuhkan nilai rapot yang tinggi. Saya seringkali mencari tahu nilai yang dibutuhkan untuk masuk ke PTN kedokteran dan info yang saya dapatkan membuat saya semakin berkecil hati. Akan tetapi, peringkat yang saya dapatkan ketika pembagian rapot semester 1 menimbulkan saya secercah harapan karena ternyata nilai saya tidak seburuk itu dan saya pikir saya dapat meningkatkan nilai saya di semester selanjutnya. Saat itu, nilai saya memang tidak tinggi, tetapi justru hal tersebut membuat saya sedikit lega karena saya menjadi tidak terlalu sulit untuk meningkatkan nilai di semester selanjutnya. Ketika saya sudah merasa optimis, pandemi Covid-19 tiba-tiba datang dan membuat semuanya berubah, membuat kita semua harus beradaptasi kembali dengan keadaan baru yang belum pernah kita hadapi tentunya. Pandemi ini membuat kita semua harus melakukan pembelajaran jarak jauh melalui aplikasi Zoom atau Google Meet di laptop, mulai saat itulah saya merasa bahwa saya sudah tidak fokus lagi dalam belajar. Banyak sekali distraksi yang saya dapatkan jika belajar di rumah, seperti bermain handphone sebagai contoh yang paling umum, bahkan tertidur ketika guru mata pelajaran sedang menjelaskan di depan layar laptop. Saya juga sadar atas penurunan performa diri saya ketika menghadapi ujian, saya jauh lebih merasa kesulitan dari sebelumnya. Dan benar saja, nilai semester 2 saya memang naik, sedikit. Akan tetapi, peringkat saya sangat turun jauh di bawah sana. Tentu saja saya merasa kaget, meskipun saya sadar atas kelalaian saya sendiri, tetapi saya tidak menyangka akan turun sejauh itu. Mulai saat itulah saya merasa kurang motivasi dan saya semakin merelakan SNMPTN. Selanjutnya, di kelas 11 juga sama, nilai saya tidak mengalami kenaikan yang signifikan, peringkat saya juga masih berada di bawah. Kali ini, saya yakin bahwa saya tidak dapat kuota SNMPTN. Saya mulai meragukan diri saya sendiri yang ingin memilih kedokteran. Untung saja sekolah saya dulu sering mengadakan webinar tentang perguruan tinggi negeri sehingga saya dapat melihat lebih luas tentang jurusan-jurusan yang ada di luar sana sehingga saya tidak terpaku pada jurusan kedokteran dan menyiapkan back up plan sesegera mungkin. Setelah mendapatkan info-info dari kakak kelas dan juga media sosial, saya tertarik dan berpikir ingin masuk jurusan Teknik Industri dengan mempertimbangkan prospek kerja yang, katanya, sangat luas dan menjanjikan. Saya juga melalukan tes minat dan bakat yang diadakan oleh Universitas Indonesia saat itu. Anehnya, jurusan yang direkomendasikan adalah kedokteran, teknik industri, dan kesehatan masyarakat. Dua dari tiga jurusan yang disarankan merupakan jurusan yang saya impikan dan jurusan yang sedang saya pertimbangkan. Waktu berlalu dan saya pun naik ke kelas 12. Menurut saya, masa-masa ini merupakan puncak dari perjuangan saya meraih perguruan tinggi negeri yang saya impikan. Masa-masa yang indah untuk dikenang, tetapi tidak untuk diulang.


Di mulai pada saat hari pertama saya mengikuti bimbel di bimbel yang didominasi oleh warna merah muda itu. Kami ditanyakan oleh wali kelas bimbel tujuan perguruan tinggi negeri yang ingin kami capai, saya mengatakan bahwa saya ingin berusaha untuk memperjuangkan Fakultas Kedokteran dan Teknik Industri Universitas Indonesia. Saya mengatakan hal tersebut sesuai dengan pemikiran saya ketika kelas 11. Namun, ketika waktu berlalu dan saya sudah memulai belajar untuk persiapan SBMPTN, saya merasa cukup kesulitan dengan mata pelajaran Fisika, sedangkan untuk memilih teknik setidaknya saya harus memahami dasar-dasar yang ada pada fisika. Hal ini berdasarkan info-info yang saya dapatkan dari banyak orang bahwa SBMPTN menggunakan system pembobotan pada setiap jurusannya. Oleh karena itu, saya mulai mengeliminasi pilihan saya untuk memperjuangkan teknik. Saat itu, pilihan saya semakin mengecil karena saya sadar bahwa kemampuan saya dalam belajar untuk SBMPTN ada di mata pelajaran selain Fisika. Maka dari itu, saya mengerucutkan pilihan saya untuk SBMPTN pada fakultas-fakultas yang ada di rumpun ilmu kesehatan. Namun, saya masih belum menemukan program studi yang saya inginkan atau minati, selain kedokteran. Saya merasa keinginan saya terlalu tinggi dan persiapan saya saat itu juga belum matang. Proses belajar saya di tahun 2021 masih sangat berantakan dan tidak konsisten. Sampai akhirnya pengumuman siswa eligible diberikan oleh pihak sekolah saya dan sesuai perkiraan, saya tidak termasuk dalam siswa yang berkesempatan untuk mengikuti jalur SNMPTN. Rasa sedih tentu saja menghampiri saya karena di sini saya sudah kehilangan satu kesempatan untuk memperjuangkan impian saya untuk diterima di FK UI. Perasaan insecure juga kerap menghampiri saya karena peringkat yang saya dapatkan berada pada posisi 200-an, sedangkan saya tahu bahwa banyak sekali teman-teman saya yang menginginkan FK UI dan peringkatnya lebih jauh di atas saya, bahkan mereka kebanyakan merupakan siswa eligible. Kenyataan bahwa saya tidak dapat mengikuti SNMPTN ternyata juga membawa dampak yang positif terhadap diri saya sendiri. Saya merasa bahwa saya harus belajar lebih giat untuk SBMPTN dan mulai saat itu saya mencoba bangkit dan membuat tujuan belajar pada setiap materinya. Pada saat libur natal dan tahun baru, saya mengejar materi yang saya prioritaskan untuk SBMPTN, yaitu Biologi dan Kimia. Menurut saya, saat libur itulah waktu yang paling tepat untuk mengejar materi karena saya juga menjadi tidak terbebani oleh tugas sekolah yang biasanya diberikan oleh para guru di sekolah dan tidak ada kegiatan pembelajaran. Dengan rasa percaya diri yang sudah terbentuk dalam diri saya, saya mencoba untuk mengikuti try out online dan hasilnya.. sangat tidak sesuai ekspektasi. Angka yang harus saya capai untuk skor UTBK masih cukup jauh dari nilai try out saya. Sedih tentunya. Akan tetapi, saya sudah tidak mempunyai banyak waktu lagi. Saya kembali memfokuskan diri saya untuk belajar pada subtest lainnya. Di tengah pembelajaran saya mempersiapkan SBMPTN, saya sempat tertarik dengan jalur masuk PPKB UI. Saya melihat banyak teman saya yang ikut mendaftarkan diri pada jalur tersebut membuat saya ikut terpicu untuk mengikutinya. Akan tetapi, jalur PPKB tidak terdapat Prodi Pendidikan Dokter. Lalu, saya melakukan research lagi mengenai jurusan-jurusan yang termasuk dalam pilihan jalur PPKB dan saya tertarik dengan Farmasi. Hal ini juga karena pengaruh teman saya yang menginginkan Farmasi UI saat itu, dia menceritakan alasannya untuk memilih jurusan tersebut dan prospek kerja yang ia inginkan kedepannya. Tentu saja saya menjadi merasa tertarik karena Farmasi juga termasuk dalam fakultas yang ada dalam Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK). Saya juga semakin ingin mengikuti jalur ini awalnya karena saya mulai merasa “yang penting dapat kampus” karena sadar bahwa saya sudah tidak bisa mengikuti SNMPTN dan merasa takut tertinggal dari yang lainnya. Waktu dengan cepat berlalu dan pada akhirnya saya justru menjadi ragu untuk mengikuti jalur PPKB karena ternyata saya masih ingin mencoba Kedokteran. Dan akhirnya pendaftara PPKB ditutup, saya tidak jadi mendaftarkan diri dan mencoba optimis dengan meyakinkan diri sendiri bahwa saya bisa menaklukkan SBMPTN. Namun, sejak itu saya mendapat satu jurusan cadangan selain Kedokteran, yaitu Farmasi. Saya pun berpikir akan memilih Farmasi universitas lain sebagai pilihan kedua.


Tiba waktunya, pelaksanaan SBMPTN telah di depan mata. Saya merasa sangat gugup saat itu. Menjelang beberapa hari menuju hari pertama SBMPTN, saya justru malah kehilangan motivasi untuk belajar disebabkan oleh rasa takut saya yang berlebihan. Maka dari itu, saya mulai mengurangi belajar dan lebih menguatkan doa kepada Tuhan dan meyakini diri sendiri atas perjuangan yang saya lakukan, yaitu telah belajar mati-matian untuk SBMPTN, beberapa bulan lalu. Dan tibalah pada tanggal 17 Mei 2022, hari pertama UTBK-SBMPTN dilaksanakan dengan serentak. Pada hari pertama, saya mendapatkan informasi yang cukup mengejutkan para peserta SBMPTN, yaitu jumlah butir soal yang diberikan ternyata lebih dari perkiraan. Pada tahun 2021, jumlah soal yang diberikan pada setiap subtestnya adalah 15 soal maka banyak yang berasumsi bahwa tahun 2022 akan diberikan jumlah soal yang sama. Bimbel saya pun selalu memberikan soal dengan jumlah 15 soal, saya mengikuti try out online juga diberikan 15 soal per subtestnya. Namun, ternyata jumlah soal yang diberikan kembali seperti pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu 20 soal. Yang membuat saya menjadi semakin tidak percaya diri adalah tidak ada waktu tambahan untuk pengerjaan UTBK-nya meskipun jumlah soal yang diberikan bertambah, bahkan ada salah satu subtest yang pengerjaannya harus kurang dari satu menit per soal. Saya semakin mempasrahkan diri kepada Allah swt. dan mencoba untuk tenang. Enam hari berlalu dan giliran saya pun tiba. Saya datang ke pusat UTBK yang telah saya pilih, yaitu Universitas Indonesia. Saya diantarkan oleh ibu dan kakak saya pada waktu subuh karena saya mendapatkan sesi pertama. Selagi menunggu masuk ke dalam ruang tunggu, saya merasa sangat deg-degan. Perasaan yang belum pernah menghampiri saya sebelumnya, meskipun saya sempat takut akan menghadapi UTBK. Jantung saya berdebar begitu cepat dan rasa mual pun tiba-tiba menghampiri. Mungkin terdengar berlebihan, tetapi benar adanya. Saya juga tidak menyangka saya akan segugup itu ketika pelaksanaan UTBK dapat dihitung beberapa menit lagi.


Pelaksanaan SBMPTN telah selesai, kini waktu pengumumannya telah dekat. Tiba-tiba banyak beredar di media sosial tentang kecurangan-kecurangan (joki) yang terjadi saat UTBK. Sejujurnya saya merasa bangga terhadap diri sendiri setelah melihat informasi tersebut karena saya berhasil mengerjakannya dengan kemampuan saya sendiri. Namun sejujurnya, saya sempat tidak yakin akan lolos di pilihan pertama. Saat mempelajari soa SIMAK UI tahun lalu di tempat bimbel, tiba-tiba ada satu soal dibahas yang mirip dengan soal UTBK saya dan jawaban saya saat itu salah. Satu soal memang, tetapi cukup membuat saya sangat kepikiran. Hari-hari berlalu dan tanggal 23 Juni 2022 telah datang. Dengan ridho Allah swt, doa orang tua saya, serta dukungan keluarga dan teman-teman saya, saya dinyatakan lolos seleksi SBMPTN pada pilihan pertama: Pendidikan Dokter Universitas Indonesia. Sangat kaget tentunya. Saya memang sangat berharap pada jalur SBMPTN ini, tetapi saya tetap tidak menyangka dapat lolos di pilihan pertama. Saya sempat berpikir akan lolos di pilihan kedua atau bahkan mendapatkan kata semangat. Rasa syukur tiada hentinya saya curahkan kepada Tuhan YME. Mimpi yang telah saya perjuangkan selama setahunan ini membuahkan hasil yang sangat membuat saya bersyukur.


Harapan-harapan baru pun muncul, keinginan untuk bersungguh-sungguh dalam menjalani masa perkuliahan sehingga saya dapat lulus tepat waktu dengan nilai memuaskan dan dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat dalam bidang kesehatan. Saya berharap selama masa preklinik ini saya dapat mengembangkan minat saya dengan mengikuti organisasi-organisasi yang ada di kampus. Dengan mengikuti kegiatan organisasi, saya juga berharap saya dapat membangun relasi yang baik dengan teman-teman seangkatan maupun kakak tingkat sehingga kita semua dapat berkolaborasi dan merangkul satu sama lain. Untuk rencana saya kedepannya setelah menjadi dokter umum adalah saya dapat bekerja dan mencari pengalaman terlebih dahulu menjadi dokter umum sambil mempersiapkan diri saya untuk lanjut ke tahap spesialis. Saya belum memiliki kepastian atas spesialis yang ingin saya raih, tetapi sejauh ini saya tertarik dengan spesialis anak atau anestesi.


Untuk teman-teman yang sedang berjuang, tetap semangat dan yakin pada diri sendiri. Tidak ada yang mustahil jika usaha kalian untuk meraih mimpi diiringi dengan doa. Mulai saling berbagi ilmu dengan teman seperjuangan karena hal tesebut juga penting untuk menambah wawasan. Jangan lupa untuk selalu ingat dengan teman-teman yang selalu mendukung kalian, selalu berdoa agar dapat sukses bersama-sama.


 
 
 

Recent Posts

See All

댓글


Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page