top of page

Narasi Perjuangan - Resa Sinar Suranta Sitepu

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 14, 2022
  • 8 min read

Hai, perkenalkan aku Resa Sinar Suranta Sitepu. Fyi, nama Resa adalah gabungan dari nama orang tuaku, yaitu Rehulina dan Saleh. Untuk ‘Sinar Suranta’ sendiri, diberikan langsung oleh kakekku yang berarti ‘cahaya keinginan kita’, sedangkan Sitepu adalah margaku yang berasal dari Suku Karo. Dikeluargaku, aku kerap dipanggil dengan nama Suran, karena Suran adalah Bahasa Karo yang mungkin sudah melekat dengan suku keluargaku. Namun teman-temanku menanggilku dengan nama Reza. Mungkin kalian akan berpikir kenapa nama panggilanku Reza bukannya Resa, itu karena aku merasa Resa seperti nama perempuan, jadi aku lebih merasa senang jika dipanggil Reza.


Aku adalah alumni dari SMAN 8 Pekanbaru, lulus pada Tahun 2021 dengan track nilai yang selalu meningkat setiap tahunnya dan aktif dalam berorganisasi, seperti Biologi, English Club dan juga Pramuka. Dan sekarang aku menjadi mahasiswa Universitas Indonesia jurusan Pendidikan Dokter kelas reguler. Banyak tes yang sudah kucoba, dan akhirnya aku lolos jalur Simak UI 2022.


Dulunya, aku memandang FKUI sebagai sebuah kampus ternama di universitas terbaik se-Indonesia yang mana sudah pasti sulit sekali untuk masuk sebagai mahasiswa disana, mengingat alumni dari SMA ku yang sangat sedikit masuk di UI. Tetapi dengan pandangan tersebut, tidak menutup kemungkinan bahwa aku tidak dapat menjadi salah satu mahasiswa di FKUI.


Mendengar bahwa FKUI adalah kampus terbaik se-Indonesia, sudah dipastikan banyak yang ingin menjadi mahasiswanya, salah satunya aku sendiri. Aku ingin yang terbaik buat diriku. Mungkin kita semua pasti sepakat bahwa semua Fakultas Kedokteran pasti bagus, namun di samping kualitas kampus yang bagus, lingkungan perkuliahan juga harus dipertimbangkan dalam memilih universitas, aku yakin lingkungan Universitas Indonesia dipenuhi oleh mahasiswa mahasiswi yang terdidik, dan mempunyai wawasan yang luas, sehingga mendukung terciptanya lingkugan yang baik untuk belajar. Dibalik manisnya hasil yang diraih, tidak lepas dari yang namanya perjuangan. Sebagai mahasiswa FKUI, banyak cerita dan usaha yang sudah dilewati.


Di mulai dari aku yang duduk di bangku SD, sejak SD aku sudah berminat menjadi seorang dokter, mungkin menjadi dokter adalah cita-cita yang tidak asing dikalangan SD. Layaknya orang tua yang terbuka akan pedidikan, orang tuaku mendukung cita-citaku menjadi dokter, ditambah memang orang tuaku berkerja di bidang medis dan kesehatan menambah persetujuan mereka kalau aku menjadi dokter.


Lulus dari bangku SD, aku melanjuti persekolahan di SMP atau Sekolah Menengah Pertama. Sejak duduk di bangku SMP, aku mulai mengikuti berbagai pelajaran yang mungkin belum ditemui di SD, yakni Biologi, Fisika dan Kimia. Di bangku kelas 1 SMP bakatku terlihat disaat nilai Biologiku yang hamper selalu sempurna. Disaat itu guruku sendiri menjelaskan kalau hal itu dapan membantu cita-citaku menjadi dokter. Mulai saat itu aku mewakili nama sekolah untuk mengikuti berbagai lomba Biologi hingga tingkat nasional. Niatku untuk mengikuti berbagai lomba bukan hanya untuk mewakili nama sekolah, tetapi juga berharap agar masuk di SMA favorit. Dalam mendukung keinginanku masuk ke SMA terfavorit, aku meningkatkan nilai-nilai mata pelajaran yang lain, dan juga aktif dalam berbagai kegiatan maupun berorganisasi.




Duduk di kelas 9 SMP, mataku sudah mulai terbuka untuk memilih universitas-universitas yang mungkin akan aku pilih untuk menempuh pendidikan dokterku. Dimulai dari mencari-cari tahu dari internet hingga mencari tahu informasi dari guru-guru sekolah. Hingga akhirnya aku memutuskan akan memilih FKUI dan FKUGM.


Lulus dari SMP, aku mulai memilih Sekolah Menengah Atas yang menurut aku terbaik. Aku yang berasal dari Sumatra, berniatku mencari sekolah hingga ke Pulau Jawa mengingat taraf pendidikan di Daerah Jawa yang menurutku lebih baik. Tetapi sangat disayangkan, orang tuaku tidak menyetui ideku tersebut, mungkin dikarnakan umurku juga yang masih muda dan masih banyak dikhawatirkan jika aku tinggal jauh.


Dari hal itu, sudah kuputuskan untuk mencari SMA terfavorit di daerahku, Provinsi Riau. Aku memilih SMAN 8 Pekanbaru menjadi tempatku melanjutkan persekolahan. Di masa yang saat ini, dimana sistem zonasi menjadi cara masuk ke sebuah persekolahan, membuatku sempat kebingungan bagaimana caranya masuk ke SMA tersebut. Namun ternyata disamping adanya jalur zonasi, ada juga yang namanya jalur prestasi, yang menerima siswa baru dengan prestasi-prestasi mereka.


Disaat pendaftaran, aku membawa beberapa prestasiku, diantaranya memenangkan lomba Biologi Tingkat Nasional, menjadi siswa dengan nilai UN tertinggi se-Kabupaten, meraih juara 1 selama 5 semester di SMP dan menjadi juara umum. Di balik prestasi, aku juga mengikuti tes psikologi dan wawancara yang memang diadakan pihak sekolah untuk siswa-siswa yang ingin masuk di sekolah tersebut. Semua tes aku lewati dengan lancar sehingga akhirnya membawaku masuk ke sekolah tersebut. Tetapi dengan asalku dari SMP yang biasa saja, membuatku khawatir bagaimana nantinya cara belajar dan bergaul di SMA yang menjadi kebanggan daerahku.

Nah, di hari pertamaku masuk SMA, terdengar bisik-bisik berita yang membuatku sedikit kaget, ternyata di sekolah ku ada yang namanya Kelas Akselerasi, yang mana mereka hanya menempuh masa SMA mereka hanya 2 tahun. Melihat adanya kelas seperti itu, aku menumbuhkan rasa semangatku untuk bisa masuk ke kelas itu. Setelah seminggu berlalu, ternyata wali kelasku mengumumkan tentang pemilihan murid kelas akselerasi. Lantas semangatku menggebu-gebu ingin terpilih agar masuk di kelas tersebut, hingga akhirnya aku dipilih menjadi salah satu calon murid kelas akselerasi.


Salah satu syarat agar lolos menjadi murid akselerasi yaitu mendapatkan surat rekomendasi dari beberapa guru mata pelajaran. Saat itu aku menjadi ambis dengan niat meningkkatkan nilaiku. Dan akhirnya aku memenuhi kriteria menjadi murid yang direkomendasikan oleh guru-guru. Selanjutnya aku mengituti tes psikologi layaknya penerimaan siswa sebelumnya, tetapi kali ini aku mengikuti tes psikoloi tambahan seperti tes pauli dan tes yang menguji ingatanku (aku lupa nama tesnya). Banyak dari beberapa murid yang gugur di tes psikologi, namun aku masih tetap bertahan dan akhirnya harus mengikuti tes wawancara.


Dalam tes wawancara, banyak pertanyaan-pertanyaan yang membuatku merasa sulit untuk menjawabnya, bukan takut jawabanku salah, melainkan jawabanku akan mengarahkan apakah aku berminat atau tidak, dan pantas atau tidaknya aku masuk sebagai murid akselerasi. Dengan selesainya tes wawancara, aku pulang dan melanjutkan kehidupanku seperti biasanya.


Selagi menunggu pengumuman akhir, aku mendengar beberapa desas-desus bahwa tenyata murid akselerasi tidak memiliki waktu untuk istirahat atau hangout bareng teman-teman, atau istilahnya mereka menyebut “Anak akselerasi tidak menikmati masa SMA”. Mendengar hal itu membuat niatku masuk kelas akselerasi menjadi turun. Setelah itu ternyata aku lolos menjadi murid akselerasi, kelas yang mana banyak orang menginginkannya. Tidak seperti kebanyakan orang, aku sampai bertengkar dengan orang tuaku, karena aku ingin mengundurkan diri dari kelas tersebut. Namun setelah banyak perbincangan dan pertimbangan, aku memutuskan untuk bertahan menjadi murid akselerasi, berharap dengan menjadi siswa pilihan akan mempermudah keinginanku masuk ke PTN favorit.


Dihari petamaku duduk di kelas akselerasi, membuatku menjadi lebih khawatir, dimana teman-temanku mempunyai ilmu yang lebih matang dari SMP mereka yang juga favorit, ketimbang aku yang berasal dari SMP yang bisa dibilang biasa saja. Mengikuti pelajaran di kelas tersebut membuatku sedikit stress, mengingat cara belajar yang cepat, ditambah lingkungan pertemanan yang mana mereka memiliki sifat ambis. Namun dengan adanya kendala itu, bukan berarti aku harus menyerah, melainkan aku harus bisa menyesuaikan dengan mereka.


Disamping kesibukan yang menyerbuku setelah menjadi murid akselerasi, aku juga menyempatkan diri mengikuti berbagai organisasi, seperti Biologi, English Club dan juga pramuka. Sama seperti sebelumnya, dengan menjadi siswa yang aktif semoga membantuku masuk PTN favorit, terlebih FKUI dan FKUGM.


Namun ada disatu hari, disaat aku dan teman-teman sekelasku ngobrol bareng, ada 1 orang yang menanyakan apa rencana kita setelah lulus SMA. Satu persatu teman-temanku menjawab pertanyaan itu, dimulai dengan masuk PTN favorit, hingga ingin berkuliah ke luar negeri. Tiba giliranku menjawab apa yang akan kulakukan setelah lulus SMA, aku menjawab dengan percaya diri aku ingin masuk FKUI atau FKUGM. Lantas salah satu temanku tertawa dan mengatakan bahwa mimpiku terlalu tinggi dan ga akan bisa lolos. Emosi? Sudah pasti, karena ga ada yang suka mimpinya ditertawakan orang lain, tetapi hal itu tidak membuatku patah semangat dan tidak mempermasalahkan hal itu.


Aku melanjutkan hari-hariku belajar di kelas, hingga akhirnya ada kabar kalau pembelajaran diadakan secara daring. Dengan sistem daring tersebut sedikit mengganggu penyerapan ilmu yang diberikan oleh guru-guru, sehingga hal itu menggangguku dalam meningkatkan nilai.


Hingga akhirnya aku duduk di kelas 12 SMA, dimana masanya para siswa sibuk memilih perguruan tinggi yang akan mereka pilih. Disaat ini juga Apara-para siswa eligible memilih universitas untuk diisi dalam SNMPTN, syukurnya aku lolos menjadi salah satu murid eligible. Namun di lihat dari track nilaiku, niatku memilih FKUI dan FKUGM di SNMPTN tidak ada, dikarnakan tidak ada alumni dari sekolahku yang lolos FKUI jalur SNMPTN dan melihat juga banyaknya murid yang memilih FKUGM membuatku memilih universitas yang lain, yakni FKUB.


Seperti yang orang ketahui, anak kelas 12 sibuk untuk persiapan UTBK. Sama seperti murid lain, walaupun aku terpilih menjadi murid eligible, aku juga ikut mempersiapkan diri menghadapi UTBK. Dan juga, mengingat sertifikat olimpiade dapat mendorong peluang lolosnya SNMPTN, aku juga megikuti berbagai olimpiade biologi dan memenangkan hingga tingkat nasional.


Di semester 2 kelas 12 aku lebih memperkuat persiapanku dengan megikuti les di Kota Depok selama kurang lebih 5 bulan. Selama di Depok aku mulai mempelajari materi-materi tambahan dan juga berlatih soal-soal yang diperkirakan akan masuk di tes UTBK. Tak terlepas juga dari yang namanya belajar hingga begadang tengah malam.

Namun kekecewaan menghampiri disaat aku membuka pengumuman SNMPTN yang tertulis tidak lolos. Saat itu aku merasa bingung kenapa aku tidak lolos mengingat banyak aspek yang sudah aku penuhi. Namun aku tetap masih berharap di UTBK dan melanjutkan persiapanku dengan matang. Aku akhirnya memilih FKUGM dan FKUSU sebagai pilihanku di UTBK. Mengingat FKUI adalah kampus terbaik, aku takut tidak dapat survive jika menjadi mahasiswanya dan juga posisi UI yang di tengah kota dipastikan memerlukan biaya hidup yang tinggi.


Tetapi sekali lagi kekecewaan menghampiri, aku tidak lolos UTBK. Dimasa ini aku merasa sangat bingung, ada perasaan sedih, kecewa, dan marah tercampur aduk karena usahaku tidak terbayarkan. Mau tidak mau, aku harus mencoba mengikuti jalur mandiri. Aku mencoba berbagai tes seperti UTUL UGM, PBUB UGM, SMUB, Mandiri USU dan juga SPMB UNS namun sedihnya tidak ada yang lolos.


Disaat itu aku memutuskan untuk gap-year dan mencoba lagi di tahun depan. Aku mempersiapkan diriku dengan mengulang materi-materi catatan yang sudah aku punya. Aku juga mendatangkan berbagai tutor pengajar ke rumah untuk mengajariku berbagai materi baru yang belum aku kuasai. Hingga di tahun depan, yakni 2022 aku bisa mengikuti ulang UTBK.


Tidak terasa UTBK 2022 sudah di depan mata. Aku mengikuti ulang UTBK, tetapi dengan pilihan berbeda, yakni FKUI dan FKUGM. Disaat ini, semangatku mengejar mimpi menjadi mahasiswa FKUI membawa mengingat untuk membayar perjuagan gap-yearku. Tapi nasib berkata lain, aku tetap saya tidak lolos UTBK. Perasaan kecewa juga pastinya tidak dapat dihindari mengingat usahaku yang sudah kupersiapkan.


Tapi aku tetap mencoba tes mandiri, yaitu jalur mandiri Unsoed, UB, UNS dan juga SIMAK UI. Yang namanya usaha pasti diiringi dengan doa, selama saya gap-year, saya mencoba untuk menerapkan Doa Novena, doa yang mana diajarkan oleh Agama Khatolik. Di doa tersebut aku meminta untuk lolos di FKUI bukan hanya untuk kepuasanku sendiri, tetapi demi membanggakan orang tuaku yang selama ini membantuku dan juga kelak dengan aku berkuliah di universitas terbaik, bisa mendapatkan ilmu yang terbaik dan kelak ilmu tersebut bisa aku terapkan kepada pasien-pasienku di masa aku sudah menjadi dokter.


Aku mengikuti semua tes dan akhirnya, aku lolos SIMAK UI jurusan Pendidikan Dokter dan dan Kedokteran UB. Akhirnya mimpiku kecapai dan aku memilih FKUI sebagai tempatku unytuk menempuh pendidikan dokterku. Semua perjuanganku serasa terbayarkan, semua teman yang menertawakan mimpiku akhhirnya terbalaskan.


Dengan aku lolos di FKUI yang mana impianku, aku berencana untuk mengubah kebiasaan burukku dan terus meng-upgrade kualitas diri, agar dapat survive di FKUI. Dan dengan tercapainya menjadi mahasiswa FKUI, aku ingin menjadi mahasiswa yang aktif dan cerdas secara akademik dan non-akademik dan dapat berkomunikasi dan besosial baik dengan teman seangkatan.


Dengan aku yang masih di tahap preklinik, aku mencoba menggali ilmu dengan baik dan menjadi mahasiswa dengan wawasan luas. Dari hal-hal itu aku harus mencoba untuk belajar lebih giat dan menjadi mahasiswa yang aktif. Menjadi mahasiswa yang berpretasi dengan mengikuti berbagai lomba-lomba yang diadakan lembaga-lembaga.



Dengan aku yang menempuh pendidikan di FKUI, di masa kilinik nantinya, aku harap aku dapat menjadi dokter yang terdidik, dapat memberikan dampak yang baik kepada masyarakat dan menjadi dokter yang bertanggung jawab akan segala tindakan dan perkataan yang aku lakukan. Dan rencananya saya akan membuat pengobatan gratis mengingat banyak masyarakat dengan keterbatasan ekonomi sehingga sulit untuk akses kesehatan.


Semoga kelak untuk angkatan selanjutnya dapat lebih semangat lagi dalam mengejar impiannya, tak ada hasil yang manis tanpa perjuangan yang pahit. Kelak semoga lelahmu menjadi berkah.




 
 
 

Recent Posts

See All

Comments


Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page