Narasi Perjuangan - Rayhan Mumtaz Lazuardi
- FKUI 2022
- Aug 14, 2022
- 8 min read
Nama saya adalah Rayhan Mumtaz Lazuardi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya akrab dipanggil Mumtaz sejak saya kelas 1 SMP. Saya berasal dari SMA yang baru berdiri pada tahun 2018, yaitu SMA AL-HIKMAH BOARDING SCHOOL BATU. Sebagai angkatan kedua dari sekolah yang baru berdiri tersebut, saya sangat bersyukur bisa diterima di Universitas Indonesia program reguler melewati jalur SNMPTN atau Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Pandangan saya terhadap FKUI mungkin hampir sama dengan kebanyakan orang, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah fakultas kedokteran terbaik di negeri Indonesiaku ini. Saya yakin akan hal ini dikarenakan banyak prestasi-prestasi yang telah diraih oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang tidak hanya di kancah nasional tapi juga di kancah internasional. Begitu banyak anak bangsa yang telah berjuang demi mengharumkan tidak hanya almamater, tetapi juga Indonesia tanah airku tercinta.
Sejak saya kecil saya adalah orang yang fokus akan satu tujuan, dan saya tidak akan menyerah sampai saya mencapainya. Rasa penasaran, keingin tahuan, dan haus akan ilmu pengetahuan adalah bahan bakar saya untuk terus berjuang menggapai mimpi dan cita-cita saya yakni menjadi seorang dokter yang tidak hanya kompeten tapi juga rendah hati dan cekat dalam mengambil keputusan. Menjadi seorang dokter tidak hanya butuh dedikasi, tapi juga tanggung jawab yang sangat berat karena nyawa seorang pasien ada ditangannya. Tidak sembarang orang bisa menjadi seorang dokter karena mengerahkan jiwa dan raga kita sebagai dokter kepada masyarakat adalah sebuah kewajiban dan tanggung jawab yang berat. Tidak hanya mengobati pasien, tapi kita juga harus bisa memberi mereka ilmu dan kesadaran akan pentingnya kondisi kesehatan fisik dan juga kesehatan psikis. Menurut saya menjadi seorang dokter tidak cukup hanya pintar ilmu, tapi juga pintar dalam berkomunikasi dengan pasien agar menghindari hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya malpraktik. Komunikasi baik dengan pasien adalah salah satu hal yang ingin saya pelajari selama belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Karena pekerjaan orang tua sebagai seorang polisi, sejak kecil saya selalu berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah yang lain. Banyak daerah yang sudah saya tinggali dari ibu kota Jakarta sampai Negeri Serambi Mekkah, Banda Aceh. Saat saya menginjak kelas 3 Sekolah Dasar saya pindah dari Jakarta ke Kota Jantho, Provinsi Aceh. Dari merasakan macetnya Jakarta yang padat saya kaget akan jalanan yang begitu kosong dan lancar disana. Lalu pada saat saya kelas empat Sekolah Dasar saya pindah dari kota Jantho ke kota Banda Aceh, Kebetulan tetangga saya disana adalah seorang dokter bedah di rumah sakit setempat. Lalu pada saat saya menginjak kelas lima Sekolah Dasar saya pindah dari Aceh Besar ke Bondowoso, Jawa Timur. Setelah satu tahun berlalu, saya menginjak kelas enam Sekolah Dasar dan saya pindah sekolah lagi ke Surabaya, yaitu Sekolah Dasar Muhamadiyyah Empat. Semenjak saya SD saya sudah mengalami banyak medan, dari daerah ibu kota sampai daerah yang berada paling barat di peta Indonesia.
Saya menghabiskan masa SMP atau Sekolah Menengah Pertama saya di Kota Surabaya, lebih tepatnya di SMP AL-HIKMAH FULLDAY SCHOOL. Disana saya akhirnya menemukan banyak sahabat yang salah satu kebetulan memiliki cita-cita yang sama dengan saya. Saya semakin termotivasi untuk menjadi seorang dokter yang hebat dengan adanya seorang teman saya yang memiliki cita-cita yang sama dengan saya. Kami berjanji untuk memasuki Sekolah Menengah Atas Limabelas yang merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas yang cukup prestisius di Kota Surabaya. Akan tetapi, dikarenakan diterapkannya sistem zonasi akhirnya yang diterima di sekolah tersebut hanya saya. Dua minggu setelah selesai Masa Orientasi Siswa atau disingkat MOS di SMA Limabelas, saya melakukan ibadah haji bersama orang tua. Kembali dari Mekkah saya baru tau kalau saya akan dipindahkan ke boarding school baru yang berlokasi di Batu, Malang. Saya sedikit syok karena saya tidak pernah diberitahu jika sudah dipindahkan ke boarding school tersebut. Dari yang awalnya dirumah ada yang membantu untuk keperluan keseharian menjadi saya harus melakukan semuanya sendiri.
Semangat saya yang berkobar-kobar untuk mengejar cita-cita saya menjadi seorang dokter sempat pudar saat saya menginjak kelas 10 SMA. Sekolah saya adalah sekolah yang baru berdiri selama dua tahun dan saya adalah angkatan keduanya. Saya berpikir bahwa cita-cita saya akan susah untuk di capai karena sekolah saya yang blum memiliki latar belakang. Saya merasa bahwa saya tidak bisa fokus untuk belajar dengan segala perubahan yang saya alami. Saat itu saya sempat berpikir bahwa sebaiknya saya memilih jurusan selain kedokteran, seperti farmasi. Akan tetapi, karena dukungan dari orang tua, guru, dan banyak teman, saya akhirnya mulai kembali memiliki semangat untuk mengejar mimpi saya kembali. Saya kembali menjalani semester satu saya dengan antusias dan termotivasi untuk mengejar mimpi saya yang sudah saya miliki sejak lama. Kemudian ada berita tentang virus yang mewabah di cina bernama Covid19 pada akhir tahun 2019. Awal tahun 2020 saya awali dengan normal karena tidak pernah kepikiran bahwa virus tersebut akan mewabah ke Indonesia. Bulan maret datang dan berita bahwa pasien pertama di Indonesia sudah ditemukan. Pemerintah kemudian memerintahkan untuk lockdown dan sekolah libur selama empat bulan. Awalnya sekolah saya tidak ingin meliburkan siswanya, akan tetapi setelah satu minggu akhirnya mereka memulangkan setiap murid ke orang tua mereka. Kebetulan sekolah saya sudah memiliki dan menggunakan e-learning mereka sendiri jauh sebelum terjadi pandemik Covid19, sehingga saya dan teman-teman saya tidak terlalu kaget akan proses belajar mengajar secara daring.
Masa-masa Sekolah Menengah Atas selama sembilan bulan pertama saya habiskan dengan pembelajaran daring karena pandemik Covid19. Meski dapat dikatakan bahwa saya bisa lebih fokus dalam mengejar mimpi, saya tetap merasa jenuh dikarenakan tidak ada pertemuan tatap muka secara langsung dengan guru dan teman. Sembilan bulan berlalu dan saya akhirnya mengalami pembelajaran tatap muka kembali. Sekolah saya termasuk yang cepat untuk masuk dan melaksanakan pembelajaran tatap muka karena hanya daring selama sembilan bulan. Saya bersyukur kami bisa kembali melakukan pembelajaran seperti sebelum pandemi. Karena kami sudah menginjak kelas sebelas semester dua, kami mulai mencicil belajar untuk persiapan UTBK atau Ujian Tulis Berbasis Komputer. Karena ada materi yang belum diajarkan didalam soal latihannya akhirnya saya berusaha mengerjakan yang bisa saya kerjakan saja.
Hasil pengumuman SNMPTN untuk kakak kelas saya, angkatan satu, akhirnya keluar. Kami semua terdiam penasaran menunggu hasil pengumuman mereka karena keberhasilan mereka adalah pendorong bagi kami juga. Selesai pengumuman dan tidak ada satupun kakak kelas saya yang dapat rezeki untuk masuk ke universitas yang mereka inginkan lewat jalur SNMPTN. Disitu saya dan teman-teman saya juga merasakan kekecewaan kakak kelas kami. Saat itu saya berpikir bahwa saya harus bisa melakukan apa yang kakak kelas saya tidak bisa lakukan dan membuka jalur untuk adik kelas saya.
Selama libur kenaikan kelas duabelas saya sempat berpikir untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri. Setelah diskusi yang Panjang dengan orang tua, kami akhirnya setuju untuk mencoba kuliah di inggris. Saya dan orang tua mulai mencari informasi tentang cara kuliah kedokteran di Inggris. Ternyata untuk kuliah di Inggris butuh melakukan program persiapan disana selama dua tahun terlebih dahulu, khusunya untuk kedokteran. Untuk masuk ke program tersebut dibutuhkan nilai IELTS atau International English Language Testing System. Bulan Juli 2022 datang dan saya akhirnya menginjak kelas duabelas Sekolah Menengah Atas. Saya mengikuti les IELTS pada awal bulan Agustus untuk persiapan tes pada bulan Desember. Selama tiga bulan saya menghabiskan waktu sore yang biasanya saya gunakan untuk bermain dan berolahraga dengan les selama tiga hari setiap minggu selama sepuluh minggu. Desember pun datang dan saya mengerjakan tes IELTS dengan percaya diri karena saya sudah melakukan persiapan selama tiga bulan terakhir. Setelah dua minggu hasil dari tes akhirnya keluar dan saya mendapat nilai yang menurut saya cukup memuaskan yaitu 7.0. Untuk kurun waktu belajar yang bisa dibilang cukup singkat, saya lumayan bangga dengan nilai yang saya dapatkan.
Tidak lama kemudian pengumuman akan program untuk persiapan kuliah ke Inggris datang dan saya diterima untuk mengikuti program tersebut. Namun orang tua saya mengatakan bahwa lebih baik saya menunggu untuk pengumuman SNMPTN atau Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri sebelum menerima untuk ikut program tersebut. Ayah saya berkata untuk mencoba dulu untuk mendaftar ke universitas dalam negeri sebelum merantau ke negeri orang. Saya akhirnya menurut dan memasukkan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai pilihan pertama dan satu-satunya dalam web LTMPT. Saat itu saya berpikir lebih baik mecoba daripada menyesal karena menolak jalur undangan. Tidak pernah terlintas di benak saya bahwa saya akan diterima di fakultas kedokteran terbaik di penjuru negeri menggunakan jalur undangan yakni SNMPTN. Saat hari pengumuman saya menjalani hari seperti biasanya, kemudian saya berpikir mungkin bagus juga jika saya bisa membuka jalur untuk adik kelas saya agar bisa masuk Universitas Indonesia. Setelah Sholat Ashar saya beserta teman-teman saya yang masuk kuota SNMPTN lainnya berencana untuk membuka pengumuman satu-persatu. Kebetulan saya merupakan orang kedua yang membuka pengumuman SNMPTN dan betapa terkejutnya saya ketika melihat hasil dari pengumuman. Setelah saya melihat pengumuman saya langsung menangis dan berterima kasih kepada orang tua saya lewat Skype dan saya langsung memeluk guru-guru saya karena telah membimbing saya selama tiga tahun. Tentu saja saya tidak lupa untuk bersyukur atas rezeki yang telah Allah SWT berikan kepada saya.
Saya bersyukur telah diberi kesempatan untuk diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya berharap kedepannya bahwa saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan mengharumkan almamater dengan prestasi-prestasi saya. Saya berjanji untuk menjadi pribadi yang lebih teliti, peduli kepada keadaan disekitanya, dan bisa lebih berpikir kritis. Saya juga berjanji untuk menjadi orang yang lebih rajin, dan lebih bertanggung jawab.
Saya memiliki banyak sekali harapan untuk kedepannya. Saya harap saya mampu untuk lulus kedokteran tepat waktu dan melanjutkan pendidikan spesialis, Bisa membanggakan dan membahagiakan kedua orang tua, dan bisa menjadi seorang dokter yang terbaik bagi pasien-pasien saya. Saya harap orang tua saya berumur Panjang, Bahagia selalu, bangga terhadap pencapaian saya, dapat menyaksikan saya dilantik menjadi seorang dokter, dan masih ada untuk melihat saya menjadi seorang kepala keluarga. Saya juga berharap bahwa angkatan saya yaitu Angkatan BRILIAN menjadi yang terbaik dalam akademik maupun non-akademik dan kompak selalu sebagai satu kesatuan. Tetap erat hubungannya meski sudah lulus dan mengejar mimpi masing-masing menjadi dokter-dokter hebat.
Dalam kurun waktu 1 tahun kedepan saya berharap bisa membuang segala keburukan dalam diri saya dan sudah terbiasa atau beradaptasi dengan kehidupan perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Setelah itu gambaran saya untuk dua tahun kedepan adalah saya bisa mempertahankan segala sifat baik yang telah saya asah sebelumnya dan tetap menjauhi segala keburukan yang telah saya buang. Saya juga berharap agar nilai saya stabil dan jika bisa naik dari sebelumnya. Saya berharap untuk dapat memiliki IPK atau Indeks Prestasi Kumulatif dengan nilai 3.9 keatas dengan aktif dalam pembelajaran kelas, memperhatikan absen masuk kelas, dan memperhatikan penilaian melalui bobot SKS. Saya harap saya bisa lulus setelah 3,5 tahun belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Setelah saya lulus dari Fakultas Kedokteran Universita Indonesia saya berharap bisa menjadi seorang dokter yang mengabdikan jiwa dan raganya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Saya berharap saya dapat membantu tidak hanya masyarakat yang berada di kota-kota besar, akan tetapi juga masyarakat yang terletak di daerah pelosok yang kekurangan bantuan tenaga medis. Saya sadar bahwa daerah pelosok lebih membutuhkan seorang dokter daripada di kota dimana mereka memiliki banyak sekali dokter. Lalu saya berencana untuk melanjutkan pendidikan spesialis di luar negeri untuk kemudian kembali ke Indonesia dan menerapkan segala ilmu yang saya dapat disana. Semoga saya dapat mengharumkan almamater dan bangsa dengan prestasi demi prestasi yang akan saya capai.
Saya berharap masyarakat sadar akan betapa pentingnya menjaga kesehatan, terutama pada saat masa-masa pandemi dimana setiap orang wajib untuk peduli. Di masa-masa seperti ini kita harus mau untuk peduli tidak hanya kepada kesehatan diri sendiri, tapi juga orang lain dengan menggunakan masker saat keluar rumah. Akan tetapi masih banyak masyrakat yang tidak peduli dan meringankan fakta bahwa pandemi masih ada.
Untuk pesan saya kepada adik-adik kelas saya yang berencana untuk memasuki Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah teruslah melangkah maju dan tinggalkan hal-hal yang tidak berguna. Jangan menjadi orang yang takut untuk gagal karena takut akan kegagalan adalah awal dari sebuah kegagalan. Tetaplah berikhtiar dan berdoa agar impian dan cita-cita kalian dapat kalian dicapai. Meskipun kalian berdoa tapi kalian tidak melakukan usaha maka sama saja kalian tidak berusaha. Banyak-banyak berbuat baik karena kita tidak tahu doa siapa yang dapat membantu kita di masa depan. Hormati dan patuhlah kepada orang tua, karena tanpa doa mereka segala ikhtiar kita akan sia-sia. Dan yang terpenting adalah jangan pernah melupakan Allah SWT. Sekian narasi perjuangan saya untuk memasuki Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Comments