top of page

Narasi Perjuangan - Rafi Ahmad Dani

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 14, 2022
  • 8 min read

Perkenalkan, nama saya Rafi Ahmad Dani. Saya berasal dari SMA Islam Al-Azhar 19 Ciracas Jakarta Timur. Saya masuk FKUI jalur SIMAK regular. Saya lahir di Jakarta, dalam keluarga Palembang yang tegas, dan sangat memikirkan tengang masa depan, sehingga dari masa kecil orang tua sudah memikirkan matang – matang bagaimana kedepan nya terhadap saya dan kakak saya.


Ayah saya adalah seorang pegawai negeri yang berkuliah S1 di Universitas Sriwijaya dan kuliah di Universitas Indonesia saat mengambil S2, begitu juga ibu saya, karena itu kedua orang tua saya ingin sekali saya dan kaka saya masuk Universitas Indonesia yang standarnya tinggi dan terbaik di Indonesia. Saya sangat kagum dengan ayah saya yang berjuang jauh-jauh dari Palembang agar bisa sekolah dan belajar di kota, dan ibu saya juga saya kagumi karena dia anak perempuan di keluarga nya yang mempunyai semangat belajar dan ingin mempunyai pekerjaan yang tinggi. Karena ibu dan ayah saya anak IPS mengambil jurusan hukum dan magister hukum jadi mereka kurang lebih mempunyai pengalaman yang sama saat berkuliah dan dalam dunia bekerja, kata mereka berkuliah di Fakultas Hukum saat lulus S1 nanti agak susah mencari pekerjaan karena seperti sebelumnya ibu dan ayah saya di Universitas Sriwijaya jadi saat mereka ke Jakarta tidak terlalu dipandang, dan kebetulan mereka juga mempunyai saudara – saudara yang dokter dan cenderung mereka langsung dapat pekerjaan walau mereka berkuliah di Universitas yang tidak lebih bagus Universitas Indonesia, maka dari itu ayah dan ibu saya punya gambaran apa yang harus saya lakukan agar saya tidak susah mencari pekerjaan dan mempunyai profesi yang terhormat dan mulia yaitu menjadi dokter lulusan Universitas Indonesia. Saya dari dulu hanya melewat-lewatkan saja jika ibu dan ayah saya berbicara bagaimana saya harus masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia saat kuliah nanti. Bagi saya,menjadi Mahasiswa Universitas Indonesia hanyalah angan - angan, karena saya tahu walaupun saya masih SD masuk UI tidak lah gampang. Saya bertemu om dan tante saya yang dokter saat SD, mereka terlihat sangat beda dengan om dan tante saya yang lain dan hal yang dulu saya bingungkan kenapa om dan tante saya yang tidak dokter suka bercanda memanggil mereka seperti “pak dokter” dan lain – lain, saya juga tidak jarang berkunjung ke rumah om dan tante saya yang dokter rumah mereka besar ada kolam renang lalu ibu saya berkata hal seperti “kalo misalnya kamu jadi dokter rumah kamu besar juga” karena sudah di dorong orang tua saya dari kecil untuk menjadi dokter, maka semangat saya menjadi dokter sangatlah besar, pada saat guru menanyakan kepada murid – murid ingin menjadi apa saat sudah besar saya selalu bilang dokter dimana teman – teman saya layaknya anak SD pada umumnya mengucapkan profesi yang lain seperti polisi, pemadam kebakaran, presiden, pemain bola, bahkan ada yang ingin menjadi superhero. Saat carreer day disekolah om saya mengunjungi sekolah dan bercerita kepada teman – teman saya di depan kelas tentang kedokteran. Waktu berjalan dengan cepat tidak terasa saya sudah kelas 6 SD menjelang UN saya tekadkan diri saya agar nem saya besar karena kata orang tua saya itu adalah langkah pertama saya untuk memasuki Universitas Indonesia, nilai UN pun keluar dan saya harus menerima kenyataan yang tidak terlalu enak untuk ditelan nilai bahasa Indonesia dan matematika saya cenderung besar namun nilai IPA saya tidak terlalu memuaskan tetapi itu tidak mematahkan semangat saya ingin menajadi dokter. Liburan telah usai dan sudah saatnya saya masuk SMP, saya masuk di SMP islam Al-Azhar 19 Cibubur dan seperti SD dulu saya sudah tau apa yang akan saya lakukan semasa SMP, teman baru awal baru. Tidak terasa saya sudah setahun bersekolah circle pertemanan pun sudah terbentuk, saya berteman dengan teman – teman yang pintar walau mereka tidak terlalu rajin disekolah tapi mereka menggantikannya dirumah, tetapi saya tidak tahu itu setahu saya mereka tidak belajar sama sekali dan mendapat nilai yang bagus jadi saya terpengaruh dengan mereka, saya tidak terlalu rajin belajar disekolah di rumah pun juga tidak belajar. Kakak saya yang beda 4 tahun dengan saya menjadi panggilan bangun untuk saya, dan saya pun makin tahu betapa susah nya masuk FK karena saat itu kakak saya lagi pada masa – masa undangan dan SBMPTN pada saat itu kakak saya yang ranking 4 angkatan kesulitan mendapatkan FK di beberapa PTN, pada momen itu saya menyadari bahwa saya yang biasa – biasa saja dalam belajar tidak akan bisa masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Namun, tidak dapat dihindari, waktu saya semakin menipis. Satu persatu, teman-teman saya yang saya kira pemalas sudah mulai pindah Kartu Keluarga agar bisa masuk ke SMA favorit, saya pun tertinggal arus dimana teman – teman saya masuk SMA Negeri favorit saya masuk swasta lagi. Saya merasa sangat tersesat memikirkan apakah saya ingin benar – benar menjadi dokter atau saya hanya mengikuti arus dan perintah orang tua walaupun mereka bukanlah yang akan menjalani hidup saya.


Musim panas 2018 pun tiba, saya memasuki SMA kelas 1, rasa penyesalan saat SMP masih sering menghantui, melihat teman – teman baik saya masuk SMA Negeri unggulan sedangkan saya di sekolah swasta yang baru yang tidak ada akreditasi dan alumni, tetapi seperti kata orang “apapun yang sudah terjadi, biarlah terjadi”, kita harus move on dan tidak tinggal di masa lalu. Tahun ajaran baru dimulai, untuk memperbaiki apa yang saya sudah lakukan semasa SMP saya belajar rajin, les privat, dan mengikuti Organisasai Siswa Intra Sekolah serta beberapa effort lainnya untuk meraih FK, Alhamdulillah sekolah saya melakukan tes akreditasi dan mendapatkan nilai A satu hal yang membuat saya lega. Saat itu saya kelas 11 tiba – tiba guru kemuridan saya memberi tahu saya bahwa saya terpilih menjadi kandidat ketua OSIS, saya pun menerima dan akhirnya setelah dilakukan pemilihan ketos saya terpilih. Tahun ajaran terakhir sudah tiba, nilai 5 semester saya naik tidak pernah turun dengan total rata – rata 9,3, saya berdoa pada SNMPTN nanti saya diterima di FKUI walaupun tidak mungkin terjadi, tetapi saya tetap bertekad dan tidak goyah. Tinggal menghitung hari menjelang pengumuman SNMPTN saya tidak berekspektasi banyak, apapun hasil yang keluar saya harus legowo dan terima apa adanya, dan benar saat hari – h pengumuman hasilnya pun tidak diterima, tidak bisa berbohong rasa sedih pun muncul tetapi tidak ada waktu untuk berduka karena UTBK sudah di depan mata, saya pun mengikuti prosus inten cibubur walaupun pada akhirnya saya juga tidak diterima di FKUI melalui jalur UTBK. Saya mulai menghdapi krisis dan mulai berpikir apakah saya berhak masuk FKUI, tidak lebih tepatnya lagi apakah saya berhak menjadi mahasiswa kedokteran, akhirnya saya pun mendaftar beberapa universitas lain seperti UGM, Undip, UNS, UB, Unair, tetapi hanya satu yang keterima yaitu Undip dan itu juga bukan FK tetapi teknik sipil. Selama 1 semester saya berkuliah di FT Undip, sempat merasa nayaman, dosen yang baik, teman – teman yang rajin dan ramah, lingkungan Semarang yang tenang, tetapi saat saya pulang ke Jakarta, saya melihat ada orang epilepsi di Pondok Indah Mall, para petugas mall mencari bantuan dan salah satu nya ada yang berteriak “apakah ada dokter disini?”, pada saat itu saya tidak bisa membantu banyak, malam itu saya bertanya ke kdua orang tua saya, “mama papa, boleh ga aku nyoba lagi tahun ini?”, ayah dan ibu saya membolehkan saya mengundurkan diri dari Universitas Diponegoro, saya pun berpamitan dengan teman – teman saya di Semarang dan mengambil barang – barang saya di kos, saya pulang ke Jakarta dan mendaftar di prosus inten cibubur lagi. Hampir setahun saya tidak melakukan apapun selain makan, belajar, dan tidur, saya tidak bisa membedakan hari karena rutinitas yang sama setiap kali saya bangun, saya sempat merasa menjadi beban keluarga karena saya berpikir, “jika saya tidak diterima di FK mau jadi apa saya?”, pikiran yang menggangu sempat ada, tetapi saya tidak mau mengecewakan orang – orang di sekeliling saya yang luar biasa dan sudah bekerja keras. Fast forward saat menjelang UTBK, berbeda dengan tahun lalu kali ini saya UTBK di UI dan di gelombang pertama, lebih tepatnya lagi saya di gedung X di FEB UI, saya meminta doakan dari keluarga, teman – teman, bahkan pengawas UTBK. Pengumuman UTBK pun keluar dan hasilnya masih tidak diterima, saya akhirnya mendaftar di FK atmajaya melalui jalur tes, saya diterima di atmajaya tetapi hati saya masih berat, saya sangat ingin menjadi mahasiswa FKUI, impian menggunakan jaket kuning masih ada walaupun rasa itu mulai pudar. Orang tua saya sudah tidak terlalu berharap saya menjadi Mahasiswa UI karena saya sudah dapat di Unika Atma Jaya, karena hal itu saya juga sudah menerima kenyataan bahwa kita tidak bisa mendapatkan hal yang kita ingin kan setiap saat, kita harus menerima realita apa adanya, saya akhirnya mulai bolos inten, mulai bermalas – malasan sampai saya ingat masih ada mandiri PTN yang lain, saya pun mendaftar beberapa tes mandiri namun muncul keraguan karena tahun lalu saja saya merasa bisa mengerjakan soal mandiri namun hanya diterima satu perguruan tinggi, tetapi firasat saya pun memberi tahu saya untuk mendaftar SIMAK UI, karena tes nya online dan saya tidak akan rugi apa – apa kecuali waktu. Saya pun akhirnya mengikuti tes SIMAK UI dan hanya mendaftar satu jurusan saja walaupun bisa memilih enam yaitu FKUI. Pengumuman SIMAK sudah dekat tetapi saya lupa bahwa saya mengikuti SIMAK. Pada saat hari – h pengumuman saya dan teman – teman SMA saya sedang di call bersama berbincang tentang adik – adik kelas memasuki beberapa PTN sampai satu teman saya mengingatkan saya bahwa hari itu hari pengumuman SIMAK UI, saya pun membuka pengumuman dengan ekspektasi yang sangat rendah namun hasilnya merubah hidup saya, yak benar saat saya buka tulisan yang biasa nya “Anda tidak diterima” berubah menjadi ”Selamat, Anda dinyatakan sebagai calon mahasiswa baru Universitas Indonesia” saya pun langsung sujud syukur dan memberi tahu kedua orang tua saya, Ibu saya menangis, saya juga. Sukacita dan rasa syukur memenuhi hati saya karena saya hanya bisa masuk melalui berkat dan karunia Tuhan. Dengan nilai-nilai saya, saya tahu saya bisa masuk FKUI hanya karena anugerah Tuhan. Saya menyadari bahwa cara berpikir ini salah. Percayalah, saya telah belajar bahwa kita masing-masing dibawa ke sini dengan suatu tujuan, bahwa ini semua adalah rencana Yang Mahakuasa, dan bahwa saya pantas berada di sini. Hal ini menenangkan saya. Saya berjanji pada diri sendiri bahwa saya akan bekerja keras untuk memberikan kembali kepada Tuhan dan keluarga saya karena telah memberi saya begitu banyak. Memasuki FKUI hanyalah permulaan. Ketika saya masuk universitas, saya ingin mengembangkan nilai-nilai yang berbeda dari akademik, seperti komunikasi, kolaborasi, dan solidaritas dengan teman, terutama teman sekelas.

Saya tidak akan bisa mencapai titik ini tanpa bantuan dan pengorbanan orang tua dan keluarga saya. Orang tua memberikan nasihat dan dukungan moral dan finansial sebelum dan sesudah pendaftaran. Hubungan saya dengan orang tua saya mengalami pasang surut, tetapi pada akhirnya semuanya berhasil dan saya bersyukur bahwa saya menemukan jalan saya. Terkadang orang tua saya sangat suka memberikan nasihat panjang lebar yang menurut saya tidak perlu. Namun sekarang saya menyadari betapa pentingnya nasehat mereka untuk menunjukkan bahwa mereka mencintai dan peduli Untuk itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua saya dengan belajar dengan baik dan menjadi pribadi yang mandiri sehingga suatu saat saya bisa melayani dan menghidupi keluarga saya. Perjalanan ini dimulai untuk keluarga saya dan saya ingin memberikan segalanya kembali kepada mereka.

Kita tahu bahwa dokter adalah pelayanan yang komprehensif kepada masyarakat, bukan hanya untuk keluarga. Dokter pada dasarnya ada untuk membantu masyarakat. Dengan cara yang sama, dokter tidak dapat eksis tanpa masyarakat. Oleh karena itu, kami ingin menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan sadar akan kesehatan. Saya percaya bahwa dengan FKUI, saya dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang tepat untuk memenuhi keinginan saya, meskipun tampaknya sangat sulit atau tidak mungkin. Perjalanan dengan

FKUI tidak mudah, seperti yang saya temukan. Oleh karena itu, saya menyadari peran penting teman-teman sekelas saya dalam mendukung dan mendorong satu sama lain.

Harapan saya kuliah di FKUI dimulai dari yang kecil, yaitu adaptasi. Saya berharap saya dapat menemukan kecepatan belajar yang sesuai dan efektif, menjalankan rutinitas harian saya di kampus secara mandiri, dan berintegrasi ke dalam masyarakat dengan menghubungkan sebanyak mungkin. dengan komunitas yang aktif. Hal ini bertujuan untuk membantu saya menjadi luar biasa.


Rencana saya dalam 10 tahun ke depan menjadi dokter spesialis. Rencana saya untuk 20 tahun ke depan adalah saya bertekad untuk membangun pusat pelayanan kesehatan masyarakat, klinik dan rumah sakit untuk masyarakat Indonesia.


Bagi Anda yang ingin masuk FKUI, pesan saya adalah: berusahalah dengan cara belajar dan berdoa dengan giat, dan jangan lupa untuk tetap konsisten, jika anda ingin menjadi dokter anda harus egois walau ditolak berapa kali anda harus tetap egois untuk memilih FK, beranilah gagal, dan perbanyak berdoa agar karena belajar saja tidak cukup tetapi doa juga berpengaruh jugadan yang paling penting jangan patah semangat.


 
 
 

Recent Posts

See All

Comments


Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page