Narasi Perjuangan - Nabila Najwa Nurisma
- FKUI 2022
- Aug 14, 2022
- 8 min read
Updated: Aug 15, 2022
Dokter Ingin Jadi Peneliti dan Pengusaha? Pasti Bisa!
Nama saya Nabila Najwa Nurisma. Dalam keseharian, saya biasa dipanggil Najwa atau Kembar oleh teman-teman saya karena mereka sulit membedakan saya dengan kembaran saya. Pada 23 Juni 2022, Allah SWT memberikan saya kesempatan untuk menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) melalui jalur SBMPTN pada jurusan Pendidikan Dokter kelas reguler. Hari itu merupakan salah satu hari terbaik dalam hidup saya. Saya merasa sangat bersyukur diberikan kesempatan untuk menjadi bagian dari fakultas kedokteran terbaik di Indonesia.
Sebelumnya, saya mengenyam pendidikan di SMA Negeri 8 Jakarta yang terletak di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Menjadi dokter apalagi berkuliah di FKUI tidak pernah terlintas di pikiran saya sebelumnya. Namun, sejak SMA kelas 10, saya banyak berteman dengan orang yang berlatar belakang dokter. Banyak dari mereka yang sudah berencana untuk menjadi dokter sedari kecil dan ingin melanjutkan pendidikan di FKUI. Karena nama FKUI terus disebut oleh orang-orang dan terdengar sangat prestise, saya mencoba mencari tahu mengenai fakultas ini. Alangkah kagetnya saya mengetahui bahwa fakultas ini sudah berdiri sejak abad ke-19 dan masih bertahan hingga saat ini. Nama STOVIA yang sering saya baca dari buku sejarah membuat saya lebih tertarik untuk mencari tahu mengenai sekolah ini. Ternyata, FKUI juga memiliki Indonesia Medical Education and Research Institute (IMERI) yang membuat diri saya semakin terdorong untuk menjadi bagiannya. Hal itu dikarenakan ketertarikan saya dengan penelitian sejak bergabung dengan salah satu ekstrakurikuler di sekolah saya terdahulu. Saya mempunyai keyakinan bahwa tanpa penelitian manusia akan terus “jalan di tempat” selamanya.
Motivasi lainnya saya ingin bergabung dengan FKUI adalah dengan program biaya pendidikan bernama Biaya Operasional Pendidikan Berkeadilan atau yang biasa disebut BOP-B. Selama ini, saya mempunyai pikiran bahwa sekolah kedokteran memerlukan biaya yang banyak dan tentunya orang tua saya tidak dapat menjangkaunya. Namun, dalam program BOP-B, saya mendapati bahwa biayanya lebih terjangkau daripada fakultas kedokteran di universitas lain di Indonesia. Sejak saat itu, saya bertekad untuk menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, dokter bukanlah cita-cita awal saya. Saat SD, saya ingin menjadi ibu rumah tangga yang memiliki penghasilan dari rumah karena saya ingin hidup tanpa banyak tekanan. Saya berpikir bahwa uang bukanlah segalanya pada saat itu dan saya hanya perlu mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan primer. Kemudian, saat saya masuk SMP, pikiran kekanak-kanakan saya hilang dan saya menyadari bahwa nilai uang di dunia ini semakin lemah. Cemilan yang saya biasa beli sejak kecil di warung sebelah rumah saya terus mengalami penyusutan ukuran namun harganya semakin mahal. Oleh karena itu, saya bermimpi ingin menjadi pengusaha sukses yang dapat menjalani bisnisnya secara autopilot. Dengan sistem seperti itu, saya bisa menghabiskan waktu banyak dengan orang tua saya. Secara jujur, saya ingin menyenangkan orang tua saya yang sejak dulu selalu bekerja keras dan selalu segan untuk menyenangkan diri mereka. Ketika saya sudah mendapatkan penghasilan sendiri nanti, saya berharap saya bisa makan malam nikmat setiap hari bersama orang tua saya.
Keinginan saya untuk menjadi pengusaha membuat saya terus berpikir apa bisnis yang saya ingin jalankan nanti. Saya sangat tertarik dengan bisnis alat kesehatan dan teknologi kesehatan. Boenjamin Setiawan, pendiri Kalbe Group, merupakan salah satu inspirasi saya dalam menjadi pengusaha. Beliau merupakan salah satu alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan melanjutkan pendidikannya di bidang farmakologi. Dengan enam saudaranya, beliau memulai usaha farmasi di garasi rumah keluarga beliau di daerah Tanjung Priok, Jakarta Utara. Awalnya, beliau hanya menjual obat-obatan sesuai dengan resep dokter lalu beralih ke obat yang bisa diperjual bebas. Beliau kemudian belajar farmakologi lebih lanjut di University of California karena keinginannya untuk memperdalam ilmu tersebut. Dengan ilmunya tersebut, beliau memulai melakukan riset dan pengembangan obat-obatan yang dapat dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Perusahaan Kalbe pun mulai memproduksi obat-obatan dan minuman energi produksi sendiri baik yang etikal (membutuhkan resep dokter) dan yang dapat diperjualbelikan secara bebas.
Sejak membaca tentang kisah beliau, saya terinspirasi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan setinggi-tingginya kemudian ilmu tersebut saya gunakan untuk menemukan inovasi atau hal baru yang dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik untuk masyarakat Indonesia.
Tekad itu membawa saya kepada dunia penelitian. Saat kelas 10, pengenalan ekstrakurikuler bernama EXPO dilakukan oleh kakak-kakak kelas 12. Mereka melakukan presentasi dan simulasi tentang apa yang dilakukan pada ekstrakurikuler masing-masing. Sampai pada suatu organisasi bernama Sains dan Perpustakaan, organisasi yang terlihat sederhana namun meyakinkan, mereka bersimulasi dengan menyuruh kami, adik-adik kelas, untuk bertanya. Ya, simulasi yang kami lakukan hanyalah bertanya tentang lingkungan sekitar. Ternyata, rasa penasaran itu sangat penting untuk dimiliki oleh manusia. Manusia yang bahkan tidak bertanya-tanya apa penyebab hal di sekitarnya akan terus hidup dalam gelembung dan perlahan-lahan akan tertinggal dalam gelembung itu. Kembali kepada simulasi ekstrakurikuler, kakak-kakak SP (Sains dan Perpustakaan) melanjutkan simulasi mereka dengan menyuruh kami untuk menulis pertanyaan tersebut dan mengatakan bahwa tidak ada pertanyaan yang bersifat konyol. Lalu, mereka meminta kami untuk berpikir bagaimana mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Setelah beberapa siswa kelas 10 mengutarakan jawaban mereka, salah satu kakak SP mengatakan, “Selamat kalian telah melaksanakan penelitian!”
Di bayangan orang-orang termasuk saya yang dulu, penelitian adalah kegiatan eksklusif yang dilakukan pada laboratorium-laboratorium yang dipenuhi berbagai bentuk gelas kaca berisi cairan berwarna dan seonggok materi yang dilihat dengan mikroskop. Namun, setelah EXPO, pikiran saya sangat berubah. Penelitian dapat dilakukan oleh siapa saja sesederhana apapun. Keinginan saya untuk berinovasi seperti Pak Boenjamin Setiawan dapat saya mulai dengan belajar penelitian. Saya pun bergabung dengan Sains dan Perpustakaan.
Tahun kedua saya di SMA diisi dengan hal-hal biasa saja. Sungguh tidak seperti yang saya bayangkan. Saya tidak bisa menjalankan penelitian luar jaringan yang biasanya dilakukan sekali selama masa jabatan kami di daerah-daerah yang membutuhkannya. Secara singkat, kegiatan itu seperti KKN kecil-kecilan yang dilakukan selama seminggu. Namun, manusia hanya dapat berencana, seluruh perjalanan kami harus ditunda karena pandemi Covid-19. Alangkah sedihnya saya. Saya pun berusaha mencari media penelitian yang dapat dilakukan secara daring. Salah satu bahasan dalam penelitian yang membuat saya tertarik adalah penelitian mengenai infrastruktur masa kolonial Belanda. Ya, saya melakukan penelitian berbasis sosial. Sungguh tidak saya bayangkan apa pikiran saya pada saat itu. Namun, saat itu saya lebih ingin bereksplorasi mengenai penelitian tidak peduli bidangnya. Teman-teman ekstrakurikuler saya adalah teman yang sangat asik untuk diajak berdiskusi bahkan berdebat. Saya sangat bersyukur bergabung dengan ekstrakurikuler ini dan ditempatkan bersama orang-orang seperti mereka. Kami tidak hanya berfokus pada penelitian namun hal-hal seperti akademik serta kehidupan masyarakat di sekitar kami. Karena sering bersosialisasi dengan orang-orang seperti mereka, saya mendapatkan insight bahwa hidup ini bukanlah mencari kebahagian setinggi-tingginya namun juga bermanfaat untuk orang lain di sekitar kita.
Di akhir kelas 11, saya sudah mempunyai kata-kata kunci untuk tujuan hidup saya kedepannya. Penelitian, inovasi, pengusaha, dan kebermanfaatan. Oleh karena itu, saya berpikir profesi yang paling cocok dengan saya dan dokter adalah jawabannya. Bidang kedokteran merupakan wilayah yang masih harus terus dikembangkan. Mulai dari obat penyembuh penyakit hingga alat pendeteksi penyakit.
Saya mulai menyadari untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai rapor baru pada semester empat. Saya mencoba untuk lebih aktif pada kelas daring dan mengerjakan tugas dengan sesungguhnya. Tidak lupa, saya hindari perbuatan menyontek agar ilmu yang saya pelajari benar-benar saya serap. Semester lima tidak terlalu menguntungkan bagi saya. Peringkat saya turun drastis entah apa penyebabnya. Memang nilai saya meningkat daripada semester sebelumnya, namun dibandingkan teman-teman lain, nilai saya tertinggal jauh. Saat itu, saya masih optimis untuk lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). FKUI adalah pilihan saya satu-satunya saat itu karena lokasinya yang tidak jauh, reputasi yang baik, serta biaya kuliah yang terjangkau bagi saya.
Singkat cerita, saya tidak lolos SNMPTN. Jujur, saya kecewa karena saya sudah berusaha untuk mempertahankan nilai saya dan mendapatkan prestasi yang mumpuni. Saya sadar saya bukanlah siapa-siapa dan semua keputusan ada di tangan Allah SWT. Mungkin, SNMPTN bukanlah rezeki saya jadi saya lanjut berfokus pada Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) atau SBMPTN. Sebetulnya, sejak kelas 12, saya sudah belajar secara serius namun tidak seserius itu. Youtube merupakan sarana yang sering saya gunakan walaupun saya juga les di sebuah institusi berlambang gajah. ‘Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali’ adalah kalimat yang selalu saya pegang.
Hari SBMPTN telah tiba. Saat itu, hari Jumat, 20 Mei 2022, saya tidak bisa tidur. Seperti alam bawah sadar saya memikirkan banyak hal. Saya pesimis bisa mengerjakan dengan fokus nanti karena saya mendapatkan sesi siang. Ayah dan Mamak saya mengantar saya dan beliau sudah menyiapkan makanan untuk saya. Saya tidak pernah lupa kasih sayang yang mereka berikan. Mereka terus menyemangati saya. Saya masuk ke ruang UTBK dengan harapan membanggakan orang tua saya, itu saja. Soal-soal yang saya hadapi hari itu terasa sulit bagi saya namun soal biologi dan kimia lumayan saya nikmati untuk kerjakan. Perasaan grogi dan menggigil mengikuti saya saat UTBK berlangsung. Saya keluar dari ruangan tanpa ekspresi dan menyerahkan diri kepada Allah SWT. Ikhtiar sudah saya kerjakan, maka tawakallah yang harus saya lakukan saat itu.
Saya memutuskan untuk mengistirahatkan diri setelah UTBK dan tidak memikirkan apapun yang berhubungan dengan akademik. Saya senang banyak menghabiskan waktu dengan orang tua saya dan bercanda ria dengan mereka. Kebahagiaan yang saya dapatkan itu membuat saya akan menerima hasil UTBK itu apapun adanya. Saya percaya bahwa semua orang akan mendapatkan jalannya masing-masing dan Allah sudah mengatur rezeki hamba-Nya. Kamis, 23 Juni 2022 adalah hari pengumuman UTBK. Saat itu, saya sudah merasa pasrah dan santai. Malahan, orang tua saya sangat grogi karena perkataan saya bahwa saya tidak mengerjakan UTBK dengan baik. Setelah makan siang dan shalat, kami duduk di lantai untuk mengobrol seperti biasanya. Saya menghadap ke meja yang terdapat laptop saya di atasnya. Saya mengetik nomor peserta UTBK secara perlahan-lahan dan teliti. Kembaran saya menyuruh saya untuk duluan membukanya. Dalam pikiran saya saat itu, warna merah akan menghiasi layar. Namun, kuasa Allah sangat besar, warna layar saya berubah menjadi hijau setelah saya menekan ‘enter’. Alangkah senangnya saya ditambah adik saya juga lolos ke FKUI. Ayah saya yang sudah menyaksikan usaha saya pun menangis. Saya pun ikut menangis. Kami semua berpelukan dan bersujud. Terima kasih untuk orang tua saya, kembaran saya Najiba, teman-teman, guru-guru, dan semua orang yang membantu saya untuk sampai di titik ini.
Setelah masuk FKUI, saya ingin menjadi orang yang lebih berusaha lagi dan lebih dewasa. Saya ingin lebih rajin belajar dan ibadah. Dewasa yang saya maksud adalah dewasa pikiran dan tindakan. Saya tidak ingin menjadi orang yang terlalu santai dan mulai menanggapi sesuatu dengan serius. Pengaturan waktu adalah hal yang harus saya kuasai agar saya tidak melupakan kewajiban saya sebagai hamba Allah SWT, anak, dan mahasiswa FKUI. Saya akan tetap terus menjadi Najwa yang suka bergurau dan bersosialisasi dengan orang. Menurut saya, sikap saya yang suka mengobrol dengan orang adalah hal yang membuat pengetahuan terus bertambah.
Saya berharap bisa bermanfaat untuk orang-orang sekitar saya sesegera mungkin dengan apa yang saya punya. Teman-teman FKUI angkatan 2022 yang saya temui sangatlah beragam. Saya berharap kami bisa terus bersatu dan mengenal baik satu sama lain. Harapan saya selanjutnya untuk saya dan angkatan saya adalah menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya mulai dari pola pikir, cara bersosialisasi, ilmu yang dipunya, dan keterampilan konkret di kehidupan sehari-hari. Saya juga ingin agar mahasiswa FKUI menjadi pribadi yang mandiri dan dewasa dalam menghadapi masalah.
Selama masa preklinik ini, saya ingin terlibat dalam penelitian yang berhubungan dengan kedokteran. Saya berharap bisa ikut unit kegiatan mahasiswa internal FKUI yang dapat menjangkau saya kepada dokter-dokter hebat yang menginspirasi. Bacaan yang saya ‘konsumsi’ harus lebih meningkat dan membantu meningkatkan kemampuan penalaran saya. Tidak lupa, secara akademis, saya ingin mendapatkan indeks prestasi (IP) 4.00 sebagai penunjang langkah saya kedepannya. Saya juga ingin mengenal teman-teman saya lebih baik dan mempunyai relasi lebih.
Untuk masa klinik, saya ingin dengan sungguh-sungguh menyerap keterampilan yang diajarkan serta melihat langsung masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat. Setelah mendapatkan gelar dokter, saya ingin melanjutkan pendidikan bergelar Master di bidang penelitian obat-obatan dan vaksin di Oxford University dengan harapan mendapatkan beasiswa penuh. Setelah itu, saya ingin kembali ke Indonesia dan melanjutkan karir saya baik di bidang penelitian maupun praktikal. Untuk residensi, saya sangat tertarik dengan farmakologi dan neurologi karena naiknya kasus demensia baru-baru ini serta banyak penyakit yang belum ditemukan obatnya.
Dengan privilese yang akan didapatkan nanti, saya akan membantu masyarakat untuk lebih terdorong untuk berobat ke dokter dan tidak membiarkan penyakit mereka semakin parah. Saya ingin masyarakat tahu dan dapat menjangkau program pemerintah seperti BPJS. Kebijakan pemerintah di bidang kesehatan secara konkret sangat dibutuhkan agar program-program yang lebih baik akan terus membantu rakyat tanpa harga yang mencekik.
Terakhir, saya ingin untuk adik-adik kelas saya untuk tidak merendahkan diri mereka sendiri. Semua orang punya kesempatan dan manfaatkan apa yang telah kita punya. Gunakan kuota internet yang kita punya untuk menjangkau hal-hal yang bermanfaat. Banyak sumber dan wadah yang dapat digunakan untuk mengejar prestasi akademik. Tanamkan keyakinan bahwa kalau orang lain bisa mencapainya kenapa tidak. Banyak-banyaklah bertanya dan jangan sembunyikan rasa penasaran kalian akan lingkungan sekitar. Teruslah bertanya, berpikir, lalu lakukan!
Comments