top of page
Search

Narasi Perjuangan - Muhammad Fadyenka Rafif Kastara

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 15, 2022
  • 9 min read

Keajaiban


Haloo! Perkenalkan nama saya Muhammad Fadyenka Rafif Kastara atau akrab dipanggil Rafif. Saya merupakan mahasiswa baru di FKUI Angkatan 2022 sebelumnya saya merupakan siswa dari SMAN 8 Jakarta yang berlokasi di Bukitduri. Saya masuk FKUI melalui jalur SNMPTN program regular.


Dari saya kecil, saya selalu diceritakan oleh ibu saya betapa luar biasanya FKUI. Dengan bangga ibu saya menceritakan pengalamannya selama di FKUI. Betapa sulitnya untuk masuk, perjuangannya, kegigihannya, dan kerja kerasnya yang menandakan bahwa untuk dapat diterima FKUI sangatlah sulit. Hal itu dapat saya asumsikan bahwa FKUI merupakan fakultas kedokteran terbaik se-Indonesia.


Dari situ motivasi saya mulai terbangun untuk masuk ke FKUI, tapi motivasi tersebut belum cukup kuat untuk menggerakan saya dari hati untuk bekerja keras, belajar, dan berdoa. Saya masih sering bermain, hangout, dan bersantai-santai. Karena itu saya, mulai terkena imbasnya yang membuat orang tua saya bersedih atas kenakalan yang saya buat serta nilai-nilai akademis saya juga mulai menurun. Saya langsung membulatkan tekad saya untuk mencapai dendam kepada diri saya sendiri yaitu saya ingin membuat orang tua saya menangis bahagia bukan karena kenakalan saya lagi dan dimulai dari sana motivasi saya semakin kuat yang dapat dengan sendirinya melakukan hal-hal positif untuk menggapai cita-cita saya.


Bagaimana awal saya bisa memiliki cita-cita menjadi dokter adalah dari sekolah dasar. Ibu saya sering sekali menceritkan tentang hal-hal yang berbau kedokteran dan juga sering mengajak saya ke rumah sakit atau saya yang ingin ikut karena sudah mulai tertarik akan hal tersebut. Hari demi hari berlalu saya semakin suka dan memiliki passion untuk menjadi dokter karena setiap hari bekerja membantu orang dan setiap hari juga melihat orang bahagia setelah ditolong itu yang membuat saya semakin ingin menjadi dokter. Pada saat sekolah dasar saya masih seperti anak-anak pada umumnya, suka bermain, malas belajar, beribadah kalau disuruh saja yang menyebabkan nilai-nilai akademis saya hanya sebatas cukup. Disini saya kadang membuat orang tua saya bersedih bahkan nangis karena nilai saya pernah sangat rendah, saat itu saya sadar tapi hanya sebatas saat itu dan besoknya saya tidak ada perubahan bahkan kembali melakukan hal-hal yang membuat nilai saya rendah.


Hal itu membuat saya hampir tidak diterima di salah satu SMP terbaik di Jakarta yaitu SMPN 115 Jakarta dan sudah membuat orang tua saya khawatir. Bodohnya saya masih belum sadar akan itu, saya masih tetap melakukan hal yang sama dan bahkan lebih. Saya bahkan sampai sempat bertengkar dengan orang tua saya hanya untuk bermain dengan beralasan refreshing. Memang nilai akademis saya membaik pada saat di SMP. Kelas 7,8,9 saya selalu 5 besar, tetapi pada saat ujian akhir yang dimana menjadi tolak ukur untuk masuk ke salah satu SMA terbaik di Jakarta, SMAN 8 Jakarta, nilai saya lebih rendah dari orang-orang lain. Saya menangis karena nilai yang saya peroleh jauh dari ekspektasi dan itu hal wajar bagi saya untuk menangis karena saya yang merasakan tapi tidak untuk orang tua saya. Ketika orang tua saya ikut menangis, saya yang menjadi berpikir, “loh ngga seharusnya mereka menangis, mereka udah memfasilitasi saya selalu dan harusnya tinggal menerima bahagianya tetapi kenapa ikut menangis?” setelah itu, mulai ada perubahan dalam diri saya. Ketika saya diterima di sekolah SMA yang bukan saya impikan, saya cukup kecewa dengan diri saya tetapi bukan berarti saya menjadi semakin malas untuk belajar, saya harus lebih giat lagi ditambah masih bisa dan ada kesempatan untuk masuk ke SMAN 8 Jakarta pada saat semester 2. Semakin membara dan menggebu-gebu semangat berjuang saya. Dalam hal akademis saya sudah mulai sadar untuk lebih rajin tapi dalam hal kehidupan sosial masih belum. Sebelum pindah ke SMAN 8 Jakarta, saya masih mengikuti organisasi-organisasi diluar sekolah yang biasa disebut dengan “geng.” Awalnya memang baik-baik saja cuman ketika mulai ketauan dengan sekolah, sekolah langsung menskors saya beserta teman-teman saya yang ikutan. Saya panik karena bagaimana jika orang tua tau dan ini adalah pengalaman pertama saya dan terburuk tentunya orang tua saya pasti sangat marah. Ternyata orang tua saya sudah lelah akan perilaku saya jadi hanya marah sewajarnya dan malah berbicara sangat bijak. Orang tua saya jujur apa yang ia rasakan tentang betapa kecewanya terhadap saya serta juga membantu saya untuk sadar dan menyuruh saya untuk berpikir lurus. Membuka pikiran saya dengan menarik garis lurus apakah hal tersebut dapat membantu saya untuk menggapai cita-cita menjadi dokter dan jika tidak mengapa dilakukan. Hal-hal seperti saya baru sadar dan yang bikin saya menyimpan dendam pribadi untuk membuktikan bahwa saya berubah adalah orang tua saya sampai nangis lagi karena sudah senakal itu dan itu merupakan titik balik saya. Setelah sudah semua hal-hal buruk terjadi, saya mulai membangun diri saya yang baru. Belajar dengan sendirinya akan kesadaran, beribadah tanpa disuruh, dan hal-hal lainnya yang dapat membantu saya menggapai cita-cita menjadi dokter. Saya langsung mengingat kembali bahwa menjadi dokter itu sangat sulit harus melalui perjuangan yang begitu berat. Oleh karena itu, saya mengurangi melakukan hal-hal yang tidak penting dan tidak ada hubungannya untuk menjadi dokter dimulai dari sebagai seorang pelajar dan menjadi pelajar sebagaimana harusnya, walaupun masih kadang melakukan tetapi tidak seperti dulu.


Januari 2020 merupakan bulan penentuan bagi saya untuk masuk ke SMAN 8 Jakarta. Alhamdulillah saya masuk dan perlahan-lahan dapat membuat orang tua saya bangga terhadap saya. Sudah masuk SMAN 8 Jakarta saya kira akan baik-baik saja dan tidak ada apa-apa. Ternyata ada masalah yang dapat mengganggu semuanya. Masalah tersebut merupakan hubungan remaja dengan lawan jenis yang sudah berhubungan sejak menginjak sekolah menengah pertama. Awalnya memang dapat meningkatkan semangat belajar karena ia juga pintar yang membuat saya tidak mau kalah dengannya. Ketika mulai bermasalah dan semakin tidak ada ujungnya yang dimana ego masing-masing sedang tinggi-tingginya membuat permasalahan ini semakin rumit. Masalah tersebut berangsur-angsur selama 6 bulan dan di pertengahan saya sampai memiliki penyakit IBS (irritiable bowel syndrome). Penyakit tersebut saya kira awalnya hanyalah diare tetapi saat ibu saya tanya ke temannya itu adalah IBS dan disebabkan oleh stres. Ibu saya mengira saya stres karena baru masuk SMAN 8 jadi kaget dengan pelajarannya dan bagaimana belajarnya. Saya merasakan hal sebaliknya, pelajaran dan sistem belajarnya masih biasa saja dan tidak begitu menyusahkan serta membuat stres. Stres itu muncul dari masalah dalam hubungan yang saya punya dan sangat menguras tenaga. Enam bulan berlalu dan sudah tidak memiliki hubungan dengan siapapun saya merasa semakin malas untuk berbuat sesuatu. Selama satu tahun saya seperti itu, beruntung waktu itu ada pandemi yang dimana saya masih bisa sedikit bersantai tentang sekolah.


Kelas 2 SMA atau kelas 11 merupakan kelas dimana saya sangat malas untuk belajar dan mengandalkan teman-teman saya. Naik ke kelas 12 saya mulai Kembali semangat untuk belajar dan sadar akan susahnya masuk ke universitas karena saingannya yang begitu banyak. Akan tetapi tetap saja pelajaran-pelajaran sekolah yang tidak ada sangkut-pautnya untuk UTBK saya tidak pelajari karena UTBK materinya sangat banyak dan susah. Naik ke kelas 12 jumlah les juga semakin meningkat untuk memperkuat materi UTBK, dari senin sampai minggu sudah ada les di jam-jam yang berbeda. Satu semester sudah terlewati, hati semakin takut akan sulitnya untuk memasuki FKUI karena tau dan paham akan kemampuan dan batas yang saya punya, tetapi saya tetap percaya kalau saya bisa. Hari demi hari semakin mendekati untuk pendaftaran SNMPTN dan teman-teman saya mulai goyah untuk tidak mengambil SNM ke FKUI karena sudah terlihat tidak akan mungkin diambil dan peringkat yang masi ada di bawah, tetapi saya masih saja tetap untuk mencoba mengambil kesempatan itu. Doa dari pagi ketemu pagi terus saya panjatkan, curahan hati saya keluarkan kepada Yang Maha Esa, dan segala macam bentuk ibadah serta kebaikan saya tingkatkan. Sedih, letih, lelah, mengeluh, dan pusing semakin hari semakin pekat rasanya karena takut jika SNM tidak diterima. Teman-teman saya kebanyakan memang peringkatnya dibawah saya tetapi prodi yang mereka pilih dan fakultasnya juga berbeda dari saya serta posisinya sudah aman. Satu hal yang saya takutkan yaitu, jika saya tidak keterima dan teman-teman saya semua keterima. Tujuh hari dalam seminggu saya terus menangis akan hal tersebut walaupun saya tau bahwa keterima SNM hanyalah bonus apalagi FKUI ditambah peringkat saya ketujuh untuk FKUI dan biasanya yang keterima hanyalah hingga peringkat lima dari 2 tahun terakhir. Saya merasa saya kurang mampu dan sangat takut sekali jika harus menghadapi UTBK bahkan sampai SIMAK. Tiba H-1 pengumuman SNMPTN, di hari itu yang bisa saya lakukan hanyalah pasrah dan berdoa. Saya hanya berdoa untuk bisa ikhlas menerima apapun hasilnya besok, jika diterima tolong dibuat semakin bersyukur kepada-Mu dan jika ditolak maka kuatkan hati hamba-Mu.


 


Betapa kaget, bingung, bangga, senang, dan bahagia ketika membuka pengumuman. Alhamdulillah saya diterima di FKUI melalui jalur SNMPTN. Hari itu juga saya dapat melihat orang tua saya menangis karena bangga di depan mata saya dan dendam saya terbalaskan. Kurang baik dan peduli apalagi Allah SWT kepada saya, dengan kekuatan, kebesaran, dan kekuasaan-Nya semua bisa terjadi. Hal-hal yang menurut orang-orang tidak dapat terjadi bisa terjadi. Bahkan saya dijadikan bahan omongan oleh orang tua angkatan bawah saya karena peringkat yang jauh di bawah dan melewati 5 orang yang dimana peringkatnya diatas saya. Itulah kebesaran Allah SWT yang tiada batasnya. Maka dari itu teruslah panjatkan doa dan perbanyak ibadah secara khusyuk dan tulus dari hati. Semakin tulus ibadah yang dilakukan semakin tidak enak juga Allah untuk tidak mengabulkan apa yang hamba-Nya inginkan.


Sudah banyak hal-hal yang saya lalui, hal buruk maupun bahagia sehingga sudah cukup bagi saya untuk melakukan hal-hal yang tidak-tidak dan berkomitmen untuk terus menjadi seperti diri saya ketika saya mau masuk FKUI. Perjuangan, semangat, ibadah, kepercayaan terhadap diri sendiri, menerima apapun, ikhlas, pantang mundur, kerja kerasnya persis dan sama bahkan lebih dari saat saya ingin masuk ke FKUI kemarin.


Saya harap saya tetap menjadi diri saya sendiri sewaktu ingin mengejar masuk ke FKUI dan semakin berkembang. Saya berharap dengan masuk ke FKUI saya dapat meningkatkan hal-hal lain diluar akademis, seperti kehidupan sosial dan soft skil. Saya harap juga seluruh FKUI Angkatan 2022 bahkan diatasnya dapat membantu dan mendukung saya untuk lebih berkembang dan menjadi semakin berkualitas dan yang tak kalah penting adalah kekeluargaan serta solidaritas Angkatan 2022 yang saya harap dapat lebih kuat. Saya berharap saya dapat menjadi dokter yang berkualitas dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat.


Rencana saya selama masa pre-klinik, saya memiliki tekad untuk memberikan yang terbaik dalam bidang akademis  dan lulus dengan mendapatkan IPK yang memuaskan. Saya juga ingin lebih aktif di bidang keorganisasian dan nonakademik lainnya. Saya berencana untuk lebih fokus terhadap diri saya sendiri. Bagaimana perubahan saya, dimana kekurangan saya, dan saya bisa di bidang apa. Semuanya yang menyangkut diri saya akan saya fokuskan untuk membantu mengembangkan dan memudahkan diri saya.


Rencana ketika saya sudah menjadi koas, mungkin masih belum terbayangkan karena masih jauh dari kata-kata tersebut dan perjuangan masih sangatlah Panjang serta tidak mudah. Akan tetapi memiliki rencana dalam khayalan tidak ada salahnya. Saya berencana untuk menjalankan kehidupan koas dengan semangat, lancar, dan dapat menghadapi apapun yang menghalangi saya untuk menggapai cita-cita. Saya juga berencana untuk terus memperbaiki diri saya supaya saya dapat dengan layak mendapat gelar S.Ked dan lanjut mendapat gelar Dokter. Kedepannya saya ingin menjadi dokter spesialis mata atau bedah kaki dan pergelangan kaki. Saya itu masih jauh dari sekarang. Namun, saya harus menaruh cita-cita saya supaya saya tau apa yang saya kejar sebagai tujuan saya. Mengapa saya memilih ingin mengambil spesialis tersebut? Karena pertama, menjadi dokter mata saya ingin seperti ibu saya. Saya melihat menjadi dokter mata sangat membantu orang banyak karena mata adalah salah satu indra yang penting. Saya langsung membayangkan, jika sesorang memiliki masalah dalam penglihatan pasti akan mengganggu keseluruhan kerja tubuh dan akan berakibat fatal dan sudah menjadi makanan sehari-hari saya mengenai masalah-masalah indra penglihatan dan bagaimana cara menanganinya karena saya sering ikut ibu saya kerja dan melihatnya. Oleh karena itu, saya ingin menjadi dokter mata. Kedua, dokter bedah kaki dan pergelangan kaki karena saya melihat nenek saya sehabis jatuh dari tangga dan pergelangan kakinya patah tidak beraturan seperti remuk atau seperti gelas pecah. Dari situ saya terinspirasi ingin menjadi dokter bedah kaki dan pergelangan kaki karena kejadian tersebut salah satu hal umum yang terjadi ditambah lagi saya suka berolahraga seperti basket dan sepak bola. Olahraga tersebut seringkali menimbulkan kejadian-kejadian yang menyebabkan kaki atau pergelangan kakinya bermasalah. Karena itulah saya ingin menjadi dokter bedah kaki dan pergelangan kaki karena akan sangat membantu mereka terutama para atlet olahraga dapat membantu karir mereka tetap berlanjut setelah cedera. Dengan segundang pandangan serta kejadian-kejadian yang membuat saya termotivasi, sudah cukup bagi saya untuk tergerak dalam meraih cita-cita saya.


 


Harapan saya bagi masyarakat untuk kedepannya adalah semoga masyarakat semakin dapat berkembang dalam bidang ilmu kesehatannya dan dalam memperoleh informasi. Masyarakat semakin lebih bisa membuat dirinya sehat, dimulai dari mencegah, menjaga, dan mengobati dengan sendirinya. Masyarakat juga memiliki pengetahuan yang mendalam akan kesehatan supaya dapat merawat dan menjaga diri mereka masing-masing.


Begitulah segelintir latar belakang dan perjuangan saya untuk masuk FKUI dan menjadi dokter dan itu hanyalah awal dari semua perjalanan saya dalam menggapai cita-cita. Untuk teman-teman saya yang saya banggakan yang sedang berjuang untuk menggapai cita-cita, teruslah menaruh cita-cita setinggi mungkin dan percayakan itu semua ke dalam diri kalian dan tanamkan motivasi yang sangatlah kuat yang dapat membuat semangat kalian membara dalam berjuang. Ingat perjuangan bukan hanya dalam dunia tetapi juga langit. Imbangkan usaha yang kalian lakukan dengan doa. Jika kalian sudah cukup berdoa teruslah tambah dan ibadah kalian teruslah tingkatkan karena kalau dibayangkan apa yang kalian dapatkan sekarang dengan ibadah yang telah dilakukan masih jauh dari kata seimbang. Maka dari itu, teruslah kalian perbanyak ibadahnya ditambah lagi ada suatu keinginan atau mungkin kebutuhan yang tinggi dan mungkin diluar kemampuan kalian untuk menggapainya dan yang terpenting teruslah berjuang!


 
 
 

Recent Posts

See All

留言


Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page