Narasi Perjuangan - Muhammad Ali Rashidin
- FKUI 2022
- Aug 14, 2022
- 9 min read
Pendahuluan
Halo! Nama lengkap saya adalah Muhammad Ali Rashidin. Saya biasa dipanggil dengan nama Ali. Namun, pada masa perkuliahan ini, saya ingin mencoba menggunakan panggilan baru yaitu Arash, singkatan dari Ali Rashidin. Teman satu angkatan saya ada juga yang bernama Ali, jadi saya harus kreatif mencari nama lain. Saya berasal dari salah satu sekolah negeri di daerah Pasar Minggu, yaitu SMA Negeri 28 Jakarta. Teman-teman saya—sesama alumni SMAN 28—cukup banyak yang melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia, dengan totalnya mencapai 103 orang. Banyak yang bilang bahwa anak SMA 28 ke UI hanya seperti naik kelas, tetapi kenyataannya tidak semudah itu.
Saya mengikuti program reguler di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Artinya saya dan teman-teman yang lainnya hanya menempuh pendidikan di Indonesia, seperti halnya kebanyakan mahasiswa kedokteran yang lain. Sementara itu, mereka yang mengikuti Kelas Khusus Internasional akan menempuh pendidikan di luar negeri selama kurang lebih satu tahun.
Saya diterima di FKUI melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Sebenarnya, saya juga mengikuti jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), tetapi saya masih belum beruntung. Saya ditolak di FKUI dan FK Unpad. Pada waktu itu, saya tidak terlalu merasa sedih. Alasannya adalah saya sudah hopeless dan tidak terlalu berharap sejak mendapat peringkatan siswa eligible. Saya mendapat peringkat yang tidak terlalu bagus, sehingga saya sudah tidak menaruh banyak harapan pada SNMPTN. Namun, tentu saja hal itu tidak mematahkan semangat saya untuk terus berjuang, seperti yang akan saya ceritakan di bawah ini.
Pandangan tentang FKUI
Saya sudah mengetahui hal-hal tentang FKUI semenjak kelas IX. Saat itu, FKUI yang saya tahu adalah salah satu institusi paling terpandang di Indonesia. Banyak orang yang bilang bahwa bisa masuk ke FKUI adalah hal yang hampir mustahil. Setiap tahunnya, beribu-ribu orang berharap bisa menjadi mahasiswa kedokteran di Universitas Indonesia. Namun, tentu saja yang diterima hanya sebagian kecil dari ribuan orang tersebut. Hal ini menjadi momok yang menakutkan bagi saya. Dulu, masuk FKUI bagi saya hanya angan-angan belaka, sebuah hal yang rasanya terlalu tinggi bahkan untuk sekadar dibayangkan saja.
Saya juga beranggapan bahwa dokter lulusan FKUI adalah dokter-dokter yang terpandang. Betapa tidak, masuknya saja sudah sulit, apalgi pendidikannya. Pastinya mereka ditempa menjadi orang-orang yang hebat, dokter yang bisa menjadi jalan bagi kesembuhan pasien. Dokter-dokter lulusan FKUI adalah orang-orang paling hebat menurut saya.
Singkatnya, bagi saya beberapa tahun yang lalu, FKUI adalah institusi paling hebat, bergengsi, dan sulit digapai.
Motivasi Masuk FKUI
Menjadi dokter merupakan cita-cita saya sejak kecil, agak cliche memang, seperti kebanyakan jawaban anak kecil lainnya ketika ditanya “kalau sudah besar ingin jadi apa?” tetapi itu memang cita-cita saya.
Sejak masih kecil, saya sering sekali sakit, bahkan sampai masuk rumah sakit. Masa-masa kecil saya banyak dihabiskan di kamar rumah sakit, dengan selang infus yang terpasang di tangan. Bahkan saya pernah menderita penyakit Kawasaki, suatu penyakit yang cukup serius dan membuat saya sempat masuk koran pada saat itu.
Karena saya sering sakit, saya sering bertemu banyak dokter, dengan spesialisasi yang beragam. Karena penyakit yang saya derita seringkali “unik”, saya menjadi penasaran tentang penyakit yang saya alami. Saya mencoba mencari-cari informasi tentang penyakit di Google. Dari sinilah saya mulai tertarik dengan dunia kedokteran. Saya menyadari bahwa mempelajari tubuh manusia menyenangkan bagi saya. Melihat dokter-dokter yang menangani saya juga menjadi salah satu motivasi saya. Saya takjub dengan para dokter yang dengan ilmu dan izin Tuhan, mampu menjadi jalan bagi kesembuhan pasien mereka. Bahkan, bisa dibilang saya berutang nyawa pada mereka.
Saya sudah tahu bahwa saya ingin menjadi dokter. Pertanyaannya sekarang, mau kuliah kedokteran di mana?
Saya kemudian teringat bahwa saya pernah bermimpi bisa masuk FKUI. Kali ini, saya akan melakukan riset yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar omongan dari mulut ke mulut. Saya kemudian menemukan bahwa FKUI adalah fakultas kedokteran terbaik yang ada di Indonesia, juga yang tertua. Saya menemukan bahwa biaya pendidikan di Universitas Indonesia juga lumayan terjangkau. Meskipun demikian, fasilitas yang ada di FKUI dan UI termasuk yang paling baik. Berbagai fasilitas disediakan untuk mendukung pembelajaran mahasiswanya. Selain itu, letak kampus UI juga tidak terlalu jauh dari rumah.
Saya tahu bahwa saya telah menemukan kampus impian saya ketika kampus tersebut sangat berkualitas, terjangkau, dan dekat dari rumah. Akhirnya, saya memilih FKUI sebagai kampus tujuan saya.
Kilas Balik Perjuangan
Masa-masa sekolah dasar banyak saya habiskan untuk bermain. Saya tidak terlalu memikirkan ingin kuliah di mana. Yang saya tahu, saya hanya ingin menjadi dokter suatu saat nanti. Impian itu begitu melekat pada diri saya. Saya selalu mantap menjawab “ingin jadi dokter” setiap kali ditanya ingin jadi apa saat besar.
Seperti halnya masa sekolah dasar, saya belum terlalu memikirkan rencana kuliah saat menduduki bangku sekolah menengah pertama. Namun, cita-cita saya masih sama, yaitu menjadi dokter. Saat memasuki masa-masa kelas IX, orang tua saya berpesan agar saya belajar dengan giat. Harapannya, saya bisa masuk ke SMA favorit sehingga bisa diterima di universitas yang favorit pula.
Saya merencanakan untuk melanjutkan sekolah ke MAN IC Serpong. MAN IC Serpong adalah salah satu SMA terbaik yang ada di Indonesia. Lulusannya banyak yang diterima di PTN-PTN favorit. Hal inilah yang membuat saya memilih MAN IC. Saya berharap, dengan masuk ke MAN IC Serpong, peluang saya diterima di FKUI menjadi lebih besar.
Akan tetapi, saya belum berhasil dalam proses seleksi. Saya hanya diterima sebagai cadangan, yang pada akhirnya tetap tidak diterima. Saya sempat sedih. Langkah pertama saya menuju FKUI sudah tertutup. Saya khawatir bahwa saya tidak akan mendapatkan SMA favorit.
Namun, itu bukanlah akhir dari segala-galanya. Tuhan masih punya rencana bagi saya. Saya mendapatkan nilai ujian nasional (UN) tertinggi di angkatan. Orang tua saya menyarankan agar saya mendaftar di sekolah negeri yang ada di Jakarta, meskipun rumah kami berada di Bekasi. Orang tua saya lebih percaya dengan kualitas sekolah negeri di Jakarta daripada sekolah negeri Bekasi. Akhirnya, saya mendaftar di tiga SMA negeri: SMAN 8 Jakarta, SMAN 28 Jakarta, dan SMAN 81 Jakarta.
Alhamdulillah, saya diterima di SMAN 28 Jakarta. Waktu itu, saya betul-betul tidak tahu tentang SMAN 28 Jakarta. Letaknya juga cukup jauh dari rumah saya. Setelah mengurus pendaftaran ulang, saya memulai kegiatan bersekolah di SMAN 28. Oiya, karena lokasi sekolah yang jauh, saya menetap di sebuah kost-kostan yang berada di dekat SMAN 28. Saya tinggal bersama dengan kedua orang tua saya, mereka juga ikut tinggal bersama saya karena letak kantor yang lebih dekat.
Sebelum mulai masuk tahun ajaran baru, saya sudah berkomitmen akan belajar dengan giat di SMAN 28 karena saya tahu impian saya tidaklah mudah. Sejak dari kelas X, saya sudah serius dengan pembelajaran. Saya menganggap diri saya ambisius. Saya berusaha belajar setiap harinya, menyiapkan materi esok hari. Usaha saya membuahkan hasil. Nilai saya di semester pertama cukup memuaskan. Saya sering endapatkan nilai tertinggi, terutama di pelajaran fisika. Guru-guru mengenal saya sebagai orang yang giat. Saya menjadi optimis tentang nasib saya ke depannya.
Tahun 2020, pandemi melanda seluruh Bumi. Seperti banyak yang dikatakan orang-orang, pandemi mengubah segalanya. Pembelajaran kami di SMA pun harus dialihkan menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ). Metode kegiatan belajar mengajar (KBM) pun berganti, menjadi daring menggunakan aplikasi Zoom. Di sinilah banyak hal mulai terjadi. Banyak waktu belajar yang saya habiskan sendiri. Saya menjadi kurang leluasa untuk bertanya jika ada yang tidak saya ketahui. Saat itu, saya kurang bisa beradaptasi dengan pembelajaran daring. Alhasil, nilai saya turun dibandingkan dengan semester pertama. Saya sebenarnya merasa kesal, karena banyak dari teman-teman saya yang tidak jujur dalam ujian nilainya lebih tinggi dari saya. Namun, saya menyadari bahwa hal seperti itu memang akan terjadi dan saya tidak bisa menyalahkan keadaan.
Hal-hal itu membuat saya menjadi tidak terlalu menaruh harapan pada SNMPTN. Benar saja, saya ditolak pada seleksi SNMPTN. Harapan saya selanjutnya adalah UTBK-SBMPTN. Persiapan saya menghadapi UTBK telah dilakukan selama setahun. Saat libur kenaikan kelas XII, saya sudah mulai mecicil materi yang akan diujikan di UTBK 2022. Orang tua saya juga mendaftarkan saya ke salah satu bimbel yang dekat dari rumah, yaitu Prosus Inten. Saya belajar di Inten kurang lebih selama satu tahun. Namun, pada awalnya tidak terlalu terasa beratnya. Baru saat setelah pengumuman SNMPTN, pace-nya mulai makin kencang. Saya dan teman-teman lainnya yang tidak lolos di SNMPTN mulai belajar secara luring di Inten. Kami datang setiap hari, dari pagi hingga sore hari. Masa-masa ini adalah masa yang paling saya kenang, sekaligus saya rindukan. Saya rindu dengan teman-teman seperjuangan saya, yang menemani setiap harinya. Saya rindu dengan masa-masa diskusi, yang dilakukan di siang hari setelah kelas. Saya rindu dengan meja diskusi, tempat kami bercerita, mengobrol, dan berbagi keresahan menjelang UTBK.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Tibalah saatnya saya menghadapi UTBK, 28 Mei 2022. Saya mendapatkan sesi pagi, yang artinya saya harus tiba pukul 06.45 di Kampus UI Salemba. Karena tidak memungkinkan berangkat pagi dari Bekasi, kami menginap di hotel dekat lokasi UTBK. Hotelnya sangat bagus, tetapi saya tidak terlalu bisa menikmatinya. Hati saya sudah sangat gelisah, dipenuhi ketakutan tentang UTBK. Pagi harinya, saya melakukan solat tahajud. Saya meminta kepada Tuhan agar diberikan kemudahan serta kelancaran saat mengerjakan soal-soal UTBK.
Setelah melaksanakan UTBK, kami mendapatkan beberapa hari libur bimbel. Setelahnya, kami harus kembali belajar lagi untuk ujian mandiri. Kami kembali ke rutinitas semula, belajar dari pagi hingga sore di tempat bimbel.
Jika ada hari paling mendebarkan dalam hidup saya sampai saat ini, itu adalah hari pengumuman SBMPTN. Bagaimana tidak, saya benar-benar berharap pada seleksi ini. Usaha selama setahun yang saya lakukan apakah akan terbayarkan? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu memenuhi pikiran saya. Malam sebelum pengumuman saya tidak bisa tidur. Saya benar-benar takut.
Namun, saya bukan manusia super yang bisa menghentikan waktu. Waktu terus berjalan. Pada akhirnya sayalah yang harus menghadapi pengumuman SBMPTN, apapun hasilnya. Kamis, 23 Juni 2022, pukul 15.00 menjadi momen paling bersejarah dalam hidup saya. Alhamdulillah, atas rahmat Tuhan, saya lolos dan diterima di Pendidikan Dokter Universitas Indonesia, impian saya sejak kecil. Hal yang tadinya hanya sekadar impian belaka, kini menjadi kenyataan. Mungkin saya bisa bilang bahwa hari itu changes my whole life course. Akhrinya, saya selangkah lebih dekat dekat cita-cita saya menjadi dokter.
Komitmen
Diterima menjadi mahasiswa FKUI bukanlah akhir dari perjuangan, justru merupakan awal dari perjalanan panjang seumur hidup. Menjadi mahasiswa FKUI juga merupakan awal dari diri saya yang baru. Kini, saya sudah meyandang status sebagai mahasiswa, yang artinya banyak dari diri saya yang harus diubah. Saya berkomitmen untuk mengubah diri saya, membuang kebiasaan buruk dan mengembangkan hal-hal yang baik. Saya berkomitmen akan belajar dengan lebih giat karena apa yang saya pelajari hari ini mungkin akan membantu pasien saya kelak. Saya harus sadar bahwa pekerjaan saya nantinya berhubungan dengan nyawa manusia. Tentunya, saya tidak bisa menyepelekan pendidikan. Saya juga berkomitmen akan membagikan ilmu yang saya punya kepada teman-teman saya, sesuai dengan kapasitas yang saya miliki.
Harapan
Setiap manusia pasti memiliki harapan. Harapan membuat kita tetap bangun dari tidur. Harapan membuat kita semangat menjalani kehidupan sehari-hari. Saya pun datang ke FKUI membawa harapan. Saya berharap bisa memanfaatkan kesempatan saya di FKUI dengan sebaik-baiknya. Saya berharap mampu melakukan yang terbaik selama menjadi mahasiswa FKUI, baik akademis maupun nonakademis. Saya berharap mampu menjadi mahasiswa yang aktif, bukan hanya di keorganisasian, melainkan juga di angkatan. Saya ingin memiliki kontribusi bagi angkatan saya, terlebih lagi bagi masyarakat sekitar. Bicara soal angkatan, saya juga berharap mampu mengenal mereka semua dengan baik. Saya berharap angkatan kami bisa menjadi satu keluarga yang harmonis, saling menjaga dan melindungi, juga saling mendukung satu sama lain. Saya berharap angkatan bisa menjadi keluarga bagi saya, dan juga sebaliknya.
Rencana Preklinik
Tahap awal yang akan dialami oleh semua mahasiswa kedokteran adalah tahap preklinik, yaitu kegiatan belajar di kampus seperti halnya mahasiswa jurusan lainnya. Tahap preklinik di FKUI dijalani selama 3,5 tahun atau 7 semester. Selama tiga setengah tahun ini, saya memiliki banyak rencana. Saya ingin bergabung dengan beberapa organisasi, salah satunya Tim Bantuan Medis atau yang dikenal sebagai TBM FKUI. Saya sudah mengetahui tentang UKM TBM FKUI sejak saya masih SMA. Saya tertarik untuk bergabung di TBM FKUI karena saya ingin mengaplikasikan pengetahuan medis saya secara langsung. Saya ingin berinteraksi langsung dengan masyarakat yang membutuhkan bantuan. Saya juga ingin mengasah keterampilan medis saya.
Selain TBM, saya juga berencana untuk bergabung dengan organisasi seperti AMSA atau CIMSA. AMSA (Asian Medical Student Association) adalah sebuah organisasi mahasiswa kedokteran internasional di kawasan Asia. Sementara itu, CIMSA (Center for Indonesian Medical Student Activities) adalah organisasi mahasiswa kedokteran di Indonesia. Alasan saya ingin mengikuti organisasi tersebut adalah saya ingin memperluas koneksi dengan mahasiswa kedokteran lainnya, baik intranasional maupun internasional. Saya juga ingin berbagi pengalaman dengan sesama mahasiswa kedokteran. Saya yakin bahwa koneksi adalah hal yang penting dalam profesi kedokteran. Oleh karena itu, saya yakin bahwa dengan bergabung dengan organisasi, saya bisa mendapatkan banyak manfaat bagi karir saya ke depannya.
Selain kegiatan nonakademik, saya juga ingin mengembangkan sisi akademik diri saya. Saya ingin belajar dengan giat, memiliki kemampuan mengatur waktu yang baik, dan juga menjadi mahasiswa yang berprestasi.
Rencana Klinik—Dokter
Setelah menempuh masa preklinik, mahasiswa kedokteran akan lanjut ke tahap selanjutnya, yaitu masa klinik atau koas. Di masa ini, mahasiswa kedokteran akan berinteraksi secara langsung dengan pasien di rumah sakit, didampingi dengan dokter pengawas. Mahasiswa kedokteran akan dipanggil dengan sebutan “dokter muda” karena belum sepenuhnya menjadi seorang dokter. Biasanya, masa klinik di FKUI akan dilaksanakan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo atau biasa dikenal dengan RSCM, sebuah rumah sakit rujukan nasional.
Masa-masa klinik akan dibagi menjadi beberapa stase, seperti stase bedah, anak, dsb. Di sinilah rasanya saya akan lebih mengetahui minat spesialisasi saya. Selama masa klinik, saya berencana untuk benar-benar menemukan minat saya pada bidang spesialisasi tertentu. Saya ingin menjalani masa-masa klinik dengan sungguh-sungguh, agar saya benar-benar tahu tentang pilihan saya. Setelah menemukan minat saya, saya ingin aktif terlibat dalam penelitian dokter di bidang terkait. Saya yakin bahwa hal tersebut akan bermanfaat bagi saya dalam melanjutkan pendidikan dokter spesialis.
Setelah menjadi dokter umum, saya ingin melanjutkan pendidikan saya sebagai dokter spesialis. Saya berharap bahwa saya bisa melanjutkan ke pendidikan spesialis di FKUI. Setelahnya, saya berharap saya bisa bekerja di rumah sakit, melayani pasien-pasien yang datang.
Harapan bagi Masyarakat
Sudah sepatutnya bagi seorang dokter untuk berkontribusi sebaik mungkin untuk masyarakat di sekitarnya. Saya berharap, selama perjalanan saya menjadi seorang dokter, masyarakat di sekitar terbantu dengan kehadiran saya. Saya ingin membantu masyarakat sesuai dengan kompetensi yang saya miliki. Saya ingin memiliki kontribusi bagi kesehatan masyarakat.
Pesan untuk Adik Kelas
Saya yakin dokter adalah profesi yang mulia apabila dijalani dengan niat yang baik. Kalian sungguh beruntung jika memang ingin menjadi dokter untuk kebermanfaatan orang lain. Perjalanan panjang sampai kalian menjadi mahasiswa kedokteran tidak akan terasa berat jika dijalani dengan penuh keihklasan. Untuk menjadi seorang dokter tidaklah mudah, diri kita sudah diuji bahkan sebelum menjadi mahasiswa kedokteran. Untuk kalian, calon adik tingkat saya di FKUI 2023, teruslah berjuang dan tabah, tetap berusaha dan jangan lupakan ibadah. Tuhan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar.
Comments