Narasi Perjuangan - Maharsari Azzahra Lubis
- FKUI 2022
- Aug 14, 2022
- 8 min read
“ Satu Tahun Saja Tidak Cukup “
Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatu.
Perkenalkan nama saya Maharsari Azzahra Lubis atau lebih dikenal dengan panggilan Rara dari SMA Taruna Nusantara Magelang. Saya merupakan anak ke dua dari empat bersaudara. Pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan perjuangan saya untuk dapat diterima menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2022. Saya lahir di Medan, 6 Oktober 2003. Seiring bertambah nya umur, saya dibesarkan di berbagai macam kota dan harus berkenalan dengan banyak budaya. Hal tersebut dikarenakan ayah saya yang sering berpindah tugas dari satu tempat ke tempat yang lain.
Sebagai universitas terbaik di Indonesia, tentu akan terdapat persaingan yang sangat ketat untuk bisa menjadi bagian dari Uiversitas Indonesia. Bukan hanya kampus nya saja, tapi juga seluruh fakultas yang terdapat di dalamnya memiliki akreditasi yang baik dalam lingkup nasional maupun internasional.Salah satu fakultas favorit dan merupakan fakultas tertua yang terdapat di Universitas Indonesia adalah Fakultas Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, merupakan fakultas kedokteran tertua di NKRI ini dengan akreditasi unggul dan sistem pengajaran yang luar biasa sehingga dapat menghasilkan lulusan-lulusan dokter terbaik bagi dalam negeri. Hanya putra putri terbaik bangsa lah yang dapat berkesempatan untuk melanjutkan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Banyak hati yang hancur setiap tahun nya karena gagal untuk dapat bergabung di Universitas Indonesia, namun tidak sedikit pula senyuman yang terurai di raut wajah para mahasiswa baru yang berhasil menjadi bagian dari Fakultas Kedoktera Universitas Indonesia.
Pada awalnya banyak sekali pertanyaan dalam diri saya serta beberapa keraguan yang secara beriringan muncul sejak dini. Apa mimpi yang harus saya perjuangkan di masa yang akan datang? Sejak kecil hal tersebut sudah mulai menari bebas dalam pikiran saya. Seorang anak kecil yang masih belum mengerti apa itu cita- cita selalu meneriakkan dengan lantang bahwa di masa depan ia akan menjadi seorang dokter. Banyak rintangan yang harus dilalui bukan hanyak dari luar tapi juga dalam, hati yang tidak selama nya memiliki nada yang sama dengan fikiran. Hal tersebut menjadi salah satu hambatan terbesar karena musuh yang paling sulit untuk dilawan adalah diri sendiri.
Tiga tahun pertama saya disekolah dasar saya habiskan di SDN 47 kota Jambi. Selama bersekolah di jambi saya bergabung dalam klub tari nasional yang terdapat di sekolah. Tahun keempat saya harus berpisah dengan teman-teman saya untuk ikut dengan orang tua dan melanjutkan sekolah di tanah Sunda lebih tepatnya di Lembang, Jawa Barat. Penyesuaian dengan budaya baru bukan lah yang mudah untuk saya, tapi itu menjadi sebuah tantangan sendiri yang harus saya selesaikan. Lanjut di tahun kelima, untuk kedua kali nya saya harus kembali ke Sumatera dan menamatkan sekolah dasar di Pekanbaru. Dua tahun saya habiskan di SDN 158 kota Pekanbaru, dan pada kesempatan kali ini saya aktif bergabung dengan organisasi PMR sekolah. Kesempatan tersebut menjadi salah satu kesan berharga dalam hidup saya, masih dapat saya rasakan rasa puas dan bangga Ketika saya dapat membantu teman yang sedang sakit. Hal kecil seperti senyuman dan kalimat terima kasih yang saya terima menjadi hadiah berharga tersendiri dalam keseharian saya.
Berlanjut ke SMP saya habiskan di kampung halaman saya Kota Medan. Saya tinggal bersama nenek dan kakek saya beserta ketiga saudara saya. Tiga tahun berjalan banyak cerita serta beberapa organisasi yang saya ikuti, menjadi bagian dari pasukan pengibar bendera sekolah dan berjabatan sebagai bendahara OSIS. Semasa SMP sempat beberapa kali saya berubah pikiran dan meragukan keinginan saya untuk menjadi dokter, tetapi tetap saja berakhir dengan kalimat “ Dokter adalah tujuan utama ku.”
Perjalanan saya berlanjut di SMA, Pendidikan menengah atas saya tempuh di salah satu SMA yang terkenal baik di seluruh Indonesia. Saya menghabiskan waktu di asrama dan hidup berjauhan dari kedua orang tua. Keinginan saya kembali berubah setelah hampir satu tahun menempuh pendidikan di SMA. Keseharian yang dijalani dengan sistem semi – militer membuat saya sempat memilih untuk menjadi bagian dari anggota militer Indonesia,sampai dimana pada tahun 2020 seluruh dunia harus mengalami pandemic Covid-19 yang menyebabkan instansi Pendidikan berjalan secara online. Pada masa itu saya duduk di kelas 11, tidak terasa waktu yang saya miliki tidak lah banyak. Segala rintangan harus dilalui ketika itu, sedangkan hati belum dapat menentukan pilihan terbaiknya.
Tiba saat nya saya berada di kelas 12, akhir cerita masa sekolah dimana mental dan fisik semakin di uji dengan berbagai macam ujian dan segala kaingin tahuan publik tentang langkah saya selanjutnya. Apa dan dimana saya akan melanjutkan Pendidikan? Ini adalah masa-masa yang cukup rumit untuk saya jalani, dimana hati yang memiliki 2 cabang dan tidak dapat memilih salah satunya. Pada awalnya saya memantap kan diri untuk mendaftar di berbagai universitas dengan pilihan jurusan Psikologi. Bertentangan dengan apa yang diharapkan oleh kedua orang tua saya, hingga pada akhir nya saya tetap melaksanakan ujian tanpa berkompromi dengan kedua orang tua. Namun sayang kata “ Lulus “ yang saya terima pada saat itu harus saya lepas kan secara cuma-cuma karena beratnya hati saya untuk melepaskan cita – cita awal saya untuk menjadi seorang dokter. Namun apabila ditanya apakah saya menyesali perbuatan saya pada saat itu? Dengan berani saya menjawab tidak, karena keputusan itu yang semakin memperkuat saya untuk berjalan ke cabang yang kedua yaitu, menjadi mahasiswa kedokteran.
Tahun 2021, saya lulus dari SMA dan memfokuskan diri untuk melanjutkan studi di Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, saya mulai dengan Kembali memfokuskan diri dalam pembelajaran, ikut dalam bimbingan belajar dan juga tidak lupa memperkuat doa. Melalui jalur SIMAK UI 2021 saya mencoba keberuntungan untuk pertama kalinya, namun sayang tahun lalu FKUI bukan lah jalan terbaik untuk saya. “Fakultas Kedokteran” bukanlah kalimat yang tercantum dalam layar pengumuman pada bulan juni kala itu, melain program studi lain. Hancur iya, kesal apalagi namun dengan semangat yang saya terima dari keluarga dan teman-teman saya memutuskan untuk tetap berjalan dan mencoba untuk yang kedua kali nya.
Agustus tahun 2021 saya mendaftarkan diri di salah satu bimbingan belajar dan memulai perjuangan tahun kedua saya. Program yang saya pilih merupakan program satu tahun intensif untuk persiapan ujian di tahun 2022. Saya bertemu dengan banyak teman baru, belajar dan berjuang bersama. Banyak sekali lika-liku yang saya hadapi dalam waktu satu tahun terakhir rasa malas, keraguan dan tidak hanya sekali hati ini berkata untuk menyerah. Tapi saya kembali berfikir dengan alasan mengapa saya mengambil langkah ini, begitu pula perasaan kedua orang tua jika saya memutuskan untuk mundur. Banyak hal yang tidak bisa saya mengerti pada saat itu, sampai – sampai saya lupa untuk mensyukuri segala hal yang sudah saya miliki. Saya memutuskan untuk tetap bertahan hingga saya bisa menaklukkan keinginan hati saya yang tertunda ini.
Ketika perasaan malas itu datang, saya mencoba untuk memperkuat diri dengan memikirkan berapa banyak siswa/siswi diluar sana yang tidak memiliki kesempatan baik seperti saya. Mendapatkan fasilitas pendidikan yang baik dari orang tua seperti mengikuti bimbingan belajar serta alat – alat elektronik penunjang pembelajaran saya kedepannya. Lalu saya mulai mempertanya kan diri saya, mengapa orang lain bisa dan sayaa tidak? Hal tersebut lah yang mendorong saya untuk tetap berjalan kedepan dan tetap berjuang. Selain itu, solusi yang saya laksanakan apabila merasa malas tiba – tiba ialah dengan memberikan waktu istirahat sejenak untuk tubuh saya agar dapat kembali rileks. Dalam waktu istirahat itu pula saya melakukan hal yang dapat membangkitkan suasana hati saya seperti menonton film, mengkonsumsi coklat dan sebagainya. Hal – hal kesukaan itu menjadi salah satu cara saya melampiaskan rasa malas tersebut agar selanjutnya dapat melaksanakan pembelajaran dengan maksimal kembali.
Tak terasa 2022 pun datang, waktu yang saya miliki tidak lah banyak. Saya dan teman – teman mulai mempersiapkan diri untuk mengikuti SBMPTN 2022, bergaul dengan berbagai macam soal dan materi hingga terkadang lupa dengan apa itu istirahat. Hari demi hari kami habis kan dengan pembahasan soal dan berbagai macam revisi jawaban. Hingga tiba saata nya hari dimana pelaksanaan SBMPTN pun tiba. Hati yang awalnya yakin terasa sedikit gelisah sejak beberapa hari sebelum nya namun saya berusaha untuk tetap tenang agar tidak mengganggu konsentrasi saya kedepannya. Hari H pelaksanaan ujian saya berdiri dengan yakin dengan semua soal yang sudah saya kerjakan dalam ruang ujian. Namun sayang hasil yang saya terima tidak sesuai dengan apa yang saya ekspektasikan, SBMPTN bukan lah jalan saya untuk menjadi bagian dari FKUI. Semangat saya tidak berhenti disitu, kembali saya menjejakkan fisik dan fikiran saya dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian SIMAK UI. Tujuh kali 24 jam sehari saya habiskan untuk persiapan kali ini, mengingat ini adalah kesempatan terakhir saya pada tahun 2022 agar bisa menjadi bagian dari FKUI 2022. 2 Juli 2022, hari dimana saya melaksanakan ujian SIMAK UI dan hari – hari setelah nya saya habiskan dengan rasa bimbang apakah saya diterima atau tidak?
Hingga pada akhir nya, pada tanggal 14 Juli 2022 kabar Bahagia itupun datang menyelimuti. Segala bentuk perjuangan dan doa yang saya lontarkan akhir nya dapat terbayarkan. Kali ini “ Pendidikan Dokter “ merupakan kalimat yang tercantum pada laman berlatar belakang putih itu. Rasa syukur itu menjalar disekujur tubuh saya. Air yang mengalir dari mata ibu saya pun membuat saya tidak dapat membendung rasa sedih bercampur senang itu. Bahkan hingga detik ini, saat dimana saya berkesempatan untuk memakai jaket kuning perlambang mahasiswa Universitas Indonesia beserta makara hijau kebanggaan Fakultas Indonesia rasa senang itu masih dapat saya rasakan dengan jelas. Satu pesan yang membentengi hati saya saat ini, keberhaasilan yang saya miliki sekarang hanyalan pintu gerbang pertama masih banyak rintangan yang harus saya hadapi kedepannya. Dan, tanggung jawab yang harus saya laksanakan pastinya akan lebih banyak dari apa yang saya miliki sebelum nya.
Harapan saya untuk kedepannya adalah dapat menggali potensi yang saya miliki dengan memanfaatkan fasilitas yang di sediakan oleh universitas maupun fakultas dengan sebaik mungkin. Serta dapan membangun koneksi yang baik dengan semua rekan sejawat baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Saya berharap dalam waktu 3 tahun kedepan, saya dapat mengembangkan keahlian saya secara teori maupun praktik. Dapat mengembangkan fikiran dengan rekan – rekan mahasiswa kedokteran dari universitas lain melalui berbagai organisasi kedokteran yang terdapat dalam fakultas. Hal tersebut akan saya usahakan dengan cara mendedikasikan diri saya secara keseluruhan dalam pembelajaran akademis di kampus dan juga sosial antar mahasiswa yang terdapat di lingkungan Universitas Indonesia maupun di lingkup yang lebih luas lagi. Impian saya selanjutnya adalah melatih diri agar dapat merealisasikan keinginan saya untuk dapat lulus dengan IPK terbaik dan gelar cum laude serta dapat memberikan kesan yang baik bagi teman dan mahasiswa kedokteran lainnya.
8 tahun dari sekarang, saya bermimpi bisa meneruskan studi ke jenjang yang lebih tinggi yaitu program Pendidikan dokter spesialis (PPDS) Departemen Bedah di universitas luar negeri. Saya akan mendedikasikan seluruh tenaga dan fikiran saya untuk belajar dan berlatih lebih giat lagi agar harapan jangka pendek maupun jangka Panjang yang saya miliki dapat saya rasakan di kemudian harinya. Saya akan terus berusaha sebaik mungkin untuk menggapai semua keinginan saya agar dapat membanggakan kedua orang tua saya.
Untuk masyarakat Indonesia saya berharap agar dapat bekerja sama dengan seluruh dokter dan calon dokter di Indonesia. Karena Kesehatan merupakan tonggak utama dalam kehidupan setelah ibadah. Maka, semoga dengan adanya jalinan yang bai kantar masyarakat dan dokter di negeri ini, Indonesia dapat menjadi sebuah negara yang minoritas terkena penyakit. Kami para dokter dan calon dokter Indonesia, akan berusaha sekuat tenaga agar dapat berperan aktif dalam menyehatkan masyarakat Indonesia. Mencegah dan melindungi masyarakat dari masalah Kesehatan, karena hal tersebut merupakan tanggung jawab besar yang harus kami penuhi.
Pesan saya untuk calon mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2023, jangan lah menyerah di tengah jalan. Terus lah berlari hingga kalian sampai di ujung jalan ini, jika tidak sanggup untuk berlari maka berjalanlah, jika kalian tidak kuat lagi untuk berjalan maka merangkak lah. Kuat kan hati dan fikiran kalian, kita tidak tau kebahagiaan apa yang sedang menanti kita di ujung jalan itu. Cita – cita menjadi seorang dokter merupakan hal yang mulia untuk kalian perjuang kan hingga titik darah penghabisan, percayalah segala usaha yang kalian akan lakukan dengan hati yang ikhlas akan membuahkan hasil yang manis untuk masa depan kalian. Hal terpenting dari semua nya ialah, jangan lupa untuk memperkuat ibadah serta doa. Karena semua tidak akan berguna jika Allah tidak berkehendak untuk kita. Restu orang tua pun sangat lah berharga agar meringankan langkah kita menuju apa yang kita inginkan kedepannya. Bersyukurlah denga napa yang sudah kalian miliki sekarang, dan tetap lah berusaha sekuat tenaga untuk mencapai apa yang masih menjadi cita – cita. Percayalah bahwa segala kesuksesan yang kita raih merupakan balasan dari semua perjuangan dan doa yang telah kita panjatkan.
Comments