Narasi Perjuangan - Madeline Audrey Wiguna
- FKUI 2022
- Aug 14, 2022
- 10 min read
FK UI: Mimpi yang Menjadi Kenyataan
Halo semua! Salam kenal, nama saya Madeline Audrey Wiguna, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Angkatan 2022. Kerap kali orang menyapa saya dengan Medi atau Med. Pada kesempatan kali ini, izinkan saya untuk menceritakan perjuangan saya untuk bisa sampai di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan berbagi pengalaman saya dengan seluruh pembaca esai ini. Sebelumnya, izinkan saya untuk melanjutkan perkenalan singkat mengenai diri saya. Saya lahir di Jakarta pada tanggal 17 April 2004. Saya berasal dari SMAK 5 Penabur Jakarta di Kelapa Gading, Jakarta Utara dan sekarang berada di program pendidikan dokter reguler. Saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur SBMPTN 2022.
Sejak kecil, cita-cita saya adalah menjadi dokter. Ketika semua anak-anak, selayaknya anak-anak, bercita-cita menjadi tokoh kartun ataupun princess dan superhero favoritnya, Medi kecil bercita-cita untuk menjadi seorang dokter. Seiring pertumbuhan, saya mengetahui bahwa jika ingin menjadi dokter yang melakukan praktik di Indonesia, harus melanjutkan kuliah di Indonesia. Mulailah saya mencari mengenai universitas-universitas terbaik untuk mengenyam pendidikan kedokteran untuk kuliah saya. Saat itu lah, saya menemukan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selain mencari informasi di internet, saya juga bertanya kepada kerabat dan teman-teman yang sudah menjadi dokter, mereka menyarankan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kepada saya sebagai fakultas kedokteran terbaik di Indonesia.
Motivasi yang membuat saya masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah ingin menggapai cita-cita yang saya inginkan. Sejak SMP dan SMA, tujuan saya sudah terfokus pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mengingat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah fakultas kedokteran terbaik di Indonesia, saya sadar bahwa yang ingin masuk ke jurusan dan universitas ini bukan saya saja, melainkan ratusan sampai ribuan orang lainnya di seluruh Indonesia. Saya mulai mempelajari jalur-jalur masuk Universitas Indonesia dan mulai mempersiapkan diri untuk bisa terkualifikasi untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dengan beberapa usaha itu, apakah saya yakin akan menjadi seorang mahasiswi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia? Tentu tidak, saya memiliki banyak keraguan dan ketakutan mengenai kesanggupan saya dalam menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya merasa kemampuan yang saya miliki masih kurang dibandingkan orang lain yang ingin masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Walaupun saya sering merasa ragu, saya yakin bahwa dengan usaha, doa, dan dukungan dari orang sekitar, saya dapat masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang saya impikan sejak kecil. Saya berani mengambil keputusan dan kesempatan yang mungkin bisa dibilang sangat kecil ini demi menggapai mimpi saya. Paling tidak, jika saya tertolak pun, saya bisa pulang dengan bangga dan mengatakan bahwa saya telah berjuang sampai pada titik akhir. Selain itu, saya merasa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dapat menambah relasi dan ilmu yang saya miliki. Di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya juga bisa keluar dari zona nyaman dan mendapat lebih banyak teman dan kenalan yang tentu lebih beragam karena selama SD-SMA saya berada di lingkungan yang bersuku dan agama homogen.
Perjuangan saya masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dimulai dari sejak dini. Sejak di sekolah dasar, saya sudah tau pekerjaan apa yang saya inginkan saat dewasa kelak. Saya tahu bahwa saya tidak akan suka menjadi pekerja kantoran yang bekerja dari jam 8 pagi dan pulang pada jam 5 sore. Saya pun sudah memberitahu orang tua mengenai cita-cita ini dan mereka menyanggupinya. Di umur sekolah dasar, tentunya saya lebih suka main dari pada belajar sehingga saya belum sepenuhnya belajar dengan serius. Saya juga belum tahu bahwa menjadi dokter membutuhkan waktu lebih untuk sekolah dari pada profesi lain. Sebagai anak SD, saya hanya berpikir bahwa menjadi dokter adalah pekerjaan yang keren dan bermartabat.
Naik ke jenjang SMP, saya mulai belajar dengan serius dan mengejar ranking di kelas. Sejak SMP pun, saya sudah menyukai pelajaran biologi, dimana kebanyakan anak seumuran saya kurang menyukainya karena hafalan yang banyak dan pembelajaran yang kompleks. Di masa SMP, terutama kelas 8, saya merasakan keraguan mengenai jurusan SMA yang akan saya ambil, apakah MIPA untuk menjadi dokter atau IPS karena saat itu saya suka sekali mengikuti OSN IPS, saya merasa saya bisa berkembang juga di bidang IPS seperti ekonomi dan bisnis. Di kelas 9 akhirnya saya menetapkan pilihan SMA saya, yaitu MIPA. Mulai kelas 9, saya sudah dibimbing oleh guru BK untuk memantapkan cita-cita dan mulai memfokuskan diri untuk mencari tahu universitas mana yang akan saya pilih untuk melanjutkan studi. Namun, lingkungan pertemanan saya yang kurang baik saat itu kurang mendukung saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan tekun. Saya kemudian memutuskan bahwa cita-cita saya adalah untuk menjadi dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya mencari tahu berbagai cara untuk masuk ke Universitas Indonesia. Saya tahu bahwa saya akan dihadapkan dengan 3 jalur untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia reguler, yaitu SNMPTN, SBMPTN, dan SIMAK. Saya berjanji untuk belajar dengan sungguh-sungguh di SMA.
Tak terasa, naiklah saya ke SMA. Selama SMA, saya mulai memfokuskan diri untuk menerima pelajaran dengan maksimal untuk jalur SNMPTN dan tentunya membuka kesempatan saya untuk mendapatkan beasiswa di kampus lain jika saya tidak diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya dengan tekun mengejar ketertinggalan pelajaran saya dengan les dan focus mengasah bakat-bakat non akademis saya untuk mendapatkan sertifikat. Saya memiliki ekspektasi tinggi terhadap diri saya sehingga saya harus terus disipilin untuk menggapai ilmu. Sejak kelas 10, saya sudah membuat goal yang saya ingin capai saat saya lulus dan saya mulai merancang strategi untuk mencapainya sejak awal. Saya mulai mencari tahu apakah saya benar-benar ingin menjadi mahasiswi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sembari melihat-lihat universitas lain setiap career day di sekolah. Ada beberapa nama universitas yang menarik mata saya, namun rasanya sulit sekali untuk dapat melepaskan nama Universitas Indonesia dari hati. Hari-hari di kelas 10 terlewat dengan penuh perjuangan dan keringat, apalagi saat semester 2, dunia terdampak pandemi global COVID-19.
Semua hal yang terjadi selama situasi COVID-19 tentu adalah baru untuk semua orang. Adaptasi-adaptasi yang dilakukan seperti sekolah online dan PPKM cukup sulit untuk saya yang suka bersosialisasi dan belajar tatap muka. Saya bersyukur selama 2 tahun ke belakang, saya masih bisa les dengan guru-guru secara tatap muka dan daring (hybrid) sehingga saya selalu bisa mengikuti pembelajaran di sekolah dengan baik. Pada kelas 11, saya diberikan kesempatan dan dipercaya untuk mewakili sekolah mengikuti lomba NMGBC 2021 yang diadakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya merasa lomba ini adalah ajang saya untuk unjuk gigi dan merupakan kesempatan yang baik untuk bisa mengenal lebih jauh tentang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dengan persiapan yang bisa dibilang cukup singkat, hanya 2 minggu mengejar seluruh materi, saya bisa mencapai tahap semifinal. Saya cukup bangga dengan diri saya, tetapi saya tahu bahwa itu belum cukup. Selang beberapa bulan, saya dan seorang teman juga mengikuti Open House Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia secara daring. Melalui open house tersebut, saya merasa yakin bahwa saya benar ingin berada di universitas ini. Ditambah lagi, pandemic COVID-19 benar-benar menyaring orang-orang yang benar-benar ingin bekerja dan bersekolah di bidang Kesehatan. Saya yakin orang-orang yang tetap melanjutkan pendidikannya di bidang Kesehatan, terutama dokter, adalah orang yang benar-benar terpilih.
Tibalah kelas 12. Mulai kelas 12, saya sudah mendaftar di sebuah bimbel masuk PTN yaitu BTA 8 Jakarta. Saya bersekolah pada hari Senin-Jumat, lalu ada kelas UTBK dari sekolah setiap hari Sabtu. dan les BTA setiap hari Minggu. Jika terpikir ke saat itu lagi, rasanya sangat sengsara dan ingin menyerah. Di satu sisi, saya harus mendapatkan nilai untuk semester 5 dan di lain sisi, harus menyicil materi untuk UTBK SBMPTN 2022. Untungnya, semua kegiatan masih dilaksanakan secara daring sehingga saya masih bisa menjangkau tempat les yang jauh dari rumah, meskipun untuk saya agak sedikit kurang efektif. Di Angkatan saya, banyak sekali yang ingin menjadi dokter dan kebanyakan dari mereka juga ingin menjadi mahasiswa/i dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sehingga saya merasa takut kalah bersaing dengan mereka karena pada tahun sebelum-sebelumnya, hanya 1 orang setiap tahun yang bisa masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dari SMA saya. Di kelas 12 pun saya bertemu banyak teman belajar ambisius yang mengejar impiannya masing-masing. Dari mereka, saya pun merasa tertantang dan berani mengambil keputusan untuk tetap daftar ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selama kelas 12, saya jujur kurang yakin akan kemampuan saya di UTBK 2022 karena masa SMA saya lalui dengan daring, sehingga lebih sulit untuk mengingat materi. Saya terus membaca materi-materi, mengerjakan tryout dan banyak soal latihan, bahkan selama liburan akhir tahun. Selain itu, saya masih aktif dalam beberapa kepanitiaan dan rajin berkonseling kepada guru BK mengenai UTBK.
Selama kelas 12, saya bersekolah dari Senin sampai Minggu untuk kurang lebih 8 bulan sampai US selesai dan di semester 6 sekolah, saya tidak melanjutkan kelas UTBK sekolah karena bentrok dengan kelas tambahan BTA. Setelah US selesai, sekolah sudah tidak ada pembelajaran, saya aktif untuk belajar di BTA setiap hari dari Senin-Sabtu. Pada saat pengumuman SNMPTN, saya sedang berada di kelas BTA, lalu diminta untuk membuka pengumuman oleh tante saya agar tidak usah belajar lagi jika sudah diterima. Saat itu, saya sampai pada kegagalan saya yang pertama. Tetapi saya tidak merasa terlalu sedih karena saya tahu bahwa SNMPTN memiliki banyak faktor selain nilai. Saya mulai menambah intensitas soal latihan saya dengan mengerjakan modul pembelajaran BTA lebih banyak dan mengerjakan juga latihan soal di buku persiapan lainnya. Rutinitas intensif ini saya jalani dengan jadwal sebagai berikut. Saya bangun tidur setiap hari pada pukul 5.20 lalu berangkat ke bta untuk belajar dari jam 06.45-12.00. Pulang BTA, saya akan istirahat sebentar lalu mengerjakan jatah soal latihan yang sudah saya buat setiap minggunya pada jam 14. Sekitar pukul 17, saya akan berolahraga sampai pukul 19 lalu lanjut mengerjakan soal, melakukan tryout, ataupun melakukan review tryout sampai pukul 23. Setelah itu dilanjut dengan membaca alkitab dan berdoa syafaat. Saya yakin bahwa selain usaha yang keras, doa dan mendekatkan diri kepada Tuhan juga merupakan usaha yang tak boleh terlupa dari perjalanan saya mengejar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tak terasa UTBK pun semakin dekat. Setelah saya mendaftar UTBK, saya mendapatkan UTBK Gelombang 1 pada hari ke 4. Saya memang tidak mau mengambil hari yang terlalu mundur dan cukup bersyukur mendapat tanggal itu. Namun saya tahu, apabila jadwal UTBK saya lebih cepat, waktu saya untuk belajar pun semakin sedikit. 10 hari sebelum UTBK, saya sudah menyelesaikan seluruh rangkaian latihan soal yang saya miliki. Sisa waktu yang ada saya gunakan untuk membaca kembali rumus-rumus dan tips menghitung cepat, tak lupa untuk terus menjaga kesehatan dan berdoa. Tak terasa hari ujian pun tiba, saya masuk ke ruang ujian, sedikit cemas akan soal yang akan keluar. Pada subtes pertama saya sedikit kaget karena subtesnya adalah Pengetahuan Kuantitatif tetapi saya mengerjakan TPS dengan baik. Saya kurang yakin dengan ujian Saintek saya, apakah bisa meloloskan saya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia atau tidak. Hari itu pun terlewati dengan cepat. Setelah UTBK, saya benar-benar tidak belajar sampai setelah hari pengumuman. Bahkan, saya pergi untuk liburan dengan keluarga. Seminggu sebelum UTBK dimana kelas SIMAK telah mulai kembali, saya sakit. Saya tidak bisa mengikuti kelas daring maupun luring karena sakitnya cukup parah. Disaat itu saya hanya bisa berharap di terima melalui jalur SBMPTN karena saya tidak bisa belajar sama sekali. Tibalah hari pengumuman SBMPTN, saat itu hari Kamis dan seharusnya pada hari Jumat, saya melakukan tryout SIMAK ke 2. Saya bercanda dengan teman saya bahwa besok saya tidak akan ikut lagi tryout SIMAK karena sudah menjadi maba Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jam 3 pun datang dan saya iseng untuk merekam reaksi saya membuka web LTMPT. Saya cukup yakin bahwa saya akan ditolak dan tidak menyangka bahwa saya diterima. Saya menatap layar laptop dengan badan merinding dan bergetar, ada tulisan selamat beserta kode daftar ulang di sana. Di saat itu saya langsung mengabari orang tua dan teman terdekat, dengan tangan yang masih bergetar. Banjiran ucapan selamat memasuki media sosial saya, hari itu saya tertidur dengan senyuman. Keesokan harinya, saya langsung membuka laman penerimaan Universitas Indonesia untuk memastikan bahwa kemarin bukanlah mimpi belaka. Nama saya benar-benar terdaftar sebagai calon mahasiswi baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sebelum diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya selalu terbayang apa rasanya hidup di dalam impian. Saya berjanji jika ditolak di Universitas Indonesia pun, saya akan tetap belajar untuk menjadi dokter yang baik, hanya saja bukan universitas yang saya idamkan sejak dulu. Saya juga selalu berusaha untuk hidup disiplin dan menjaga kesehatan selama pandemic berlangsung. Setelah di terima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya tau apa rasanya menggapai mimpi dan rasanya hidup dalam mimpi yang menjadi nyata. Kedepannya, saya ingin menjalin pertemanan dengan banyak teman-teman baru, kakak tingkat, maupun adik tingkat yang akan datang. Saya juga akan aktif berpartisipasi dalam organisasi maupun kepanitiaan yang ada di Universitas Indonesia untuk membangun relasi dan menumbuhkan rasa kepedulian dalam diri saya. Tak lupa tentunya, saya ingin menjadi mahasiswi yang tetap berusaha dan berdoa setiap waktunya.
Harapan saya untuk diri saya mendatang adalah dapat menjadi pribadi yang berkontribusi aktif dalam kampus, mendapatkan nilai-nilai yang baik, dapat menjadi teman yang baik bagi teman-teman sejurusan, dan lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan hasil yang maksimal. Harapan saya untuk teman-teman seangkatan saya FK UI 2022 yang Brilian tentunya kita dapat maju bersama-sama sebagai angkatan yang solider, saling toleransi, inklusif, dan tentunya menggapai cita-cita kita bersama di masa depan sebagai dokter yang unggul.
Rencana saya selama melakukan pendidikan pre-klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yakni bertanggung jawab dalam tugas dan ujian yang diberikan, membuka pertemanan dan membangun relasi seluas-luasnya, mendapatkan nilai-nilai yang memuaskan, juga bisa membangun keseimbangan antara belajar keras dan bergaul. Saya juga berharap bahwa saya bisa menjadi orang yang berkesan baik di mata orang lain dan mau membuka diri terhadap perubahan. Cara saya menggapai rencana ini antara lain, belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh, aktif dalam diskusi dan bertanya kepada dosen, berpartisipasi aktif dalam UKM atau organisasi yang saya ikuti, memiliki pengaturan waktu yang baik, dan juga rajin menginstropeksi diri. Tentunya rencana ini belum sempurna dan saya yakin saya akan memiliki banyak rencana lainnya yang ingin saya wujudkan seiring berjalannya waktu. Untuk masa coass dan profesi, saya akan berusaha menyerap ilmu dan memperdalam keterampilan saya dengan cara bekerja di bawah dokter-dokter senior yang lebih berpengalaman. Untuk sekarang, saya membuka diri untuk semua jenis spesialis karena saya percaya dengan berjalannya waktu, saya dapat menemukan bidang-bidang yang ingin saya tekuni lebih lanjut. Rencana jangka pendek dan panjang saya tentunya tidak akan tercapai tanpa usaha dan kerja keras dari diri saya sendiri serta support emosional dari teman-teman dan keluarga.
Harapan saya kepada masyarakat adalah untuk tetap menjaga kesehatan keluarga masing-masing dengan menaati protocol kesehatan COVID-19, tidak termakan hoax-hoax yang beredar di masyarakat dengan cara menyaring informasi, serta mengikuti anjuran pemerintah terkait vaksin. Saya sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berharap bahwa semakin baik edukasi masyarakat dalam menghadapi penyakit, tentunya masyarakat dapat bertindak cepat dan bisa cepat ditangani oleh tenaga medis di rumah sakit.
Ini adalah akhir dari cerita saya juga awal dari perjuangan saya sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2022. Sebuah pesan untuk adik kelas saya yang akan menyusul di tahun yang mendatang, jangan takut untuk bertanya dan menghubungi kami yang sudah diterima PTN untuk saran dan berbagi pengalaman ya! Kami, saya khususnya, sangat terbuka untuk memberikan bantuan yang sekiranya dapat membantu kalian untuk masuk ke PTN impian kalian. Ingat selalu tentang apa tujuan yang ingin kalian capai dari awal sehingga saat kalian lelah, mata kalian bisa tetap terfokus pada tujuan akhir dan alasan kenapa kalian memulai. Pondasi baik tentunya akan menjadikan sebuah bangunan kokoh, bukan? Saya selalu mengingat pepatah yang dikatakan ibu saya “what’s yours will be yours”. Rezeki dan rencana terbaik untuk setiap orang telah dipersiapkan oleh Tuhan untuk kita, tinggal kita menjalankan dan mengusahakan apa yang bisa kita maksimalkan untuk mencapainya.
Comments