top of page

Narasi Perjuangan - Kyla Syakira Rahman

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 14, 2022
  • 8 min read

Dalam esai ini saya ingin bercerita tentang beberapa pengalaman pribadi yang menurut saya cukup menarik untuk di share, bagaimana lika liku usaha dan perjalanan saya untuk diterima di Universitas Indonesia.


Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri saya, nama saya Kyla Syakira Rahman. Saya lahir di Doha, Qatar pada 2005. Sejak kecil saya tinggal dan bersekolah di luar Indonesia. Impian saya dari kecil sudah ingin menjadi dokter. Karena keinginan saya yang sangat kuat untuk menjadi dokter, orang tua saya berusaha mencari tau dan mensupport saya sepenuhnya unk mencapai keinginan dan cita-cita saya. Setiap hari yang selalu terfikirkan oleh saya adalah bagaimana caranya saya dapat masuk di Universitas favorit dan terbaik di Indonesia. Dengan semangat dan tekat yang kuat saya berusaha untuk tekun belajar dan mempertahan nilai-nilai pelajaran di sekolah. Alhamdulillah berkat usaha dan doa yang tak hentinya dari kedua orang tua, Allah beri rezki yang tak terduga, saya dapat masuk ke Universitas yang saya impikan melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2022. Dan saat ini saya menjadi Mahasiswi Baru di Fakultas Kedokteran Indonesia Reguler.


Seperti yang telah saya ungkapkan, saya lahir dan besar di luar Indonesia. Usia 3 tahun saya sudah mulai dikenalkan dengan sekolah. Orang tua saya mengantarkan saya ke Children’s House yaitu sebuah sekolah yang menggunakan kurikulum Inggris, dimana saya mulai diajarkan membaca dan bermain. 2 tahun di Children's House, orang tua saya mencoba mendaftarkan saya ke Mutiara International Grammar School di Kuala Lumpur. Dan setelah mengikuti beberapa tes, saya diterima masuk. Saat menjadi siswi sekolah dasar, saya menyukai seni. Itu adalah mata pelajaran favorit saya dan guru favorit saya adalah guru seni saya. Saya merasa bebas di kelas seni dengan begitu banyak media untuk mengekspresikan diri, daripada ruang kelas formal yang pada kala itu menurut saya kurang menyenangkan. Saya mengikuti setiap kompetisi seni yang saya lihat dan walaupun tidak pernah menang, saya tetap menikmatinya. Menjelang di kelas 7, disekolah mulai diperkenalkan dengan mata pelajaran yang lebih kompleks, seperti kimia, fisika. Disinilah saya mulai merasakan, bahwa mata pelajaran biologi menurut saya sangat indah. Saya merasa pelajaran biologi itu luar biasa, dimana menurut saya adalah penggabungan antara seni dan sains. Saya dapat menggunakan bakat menggambar saya untuk mengidentifikasi berbagai bagian tubuh hewan / tumbuhan. Saya suka bahwa ada begitu banyak tentang diri kita sendiri, tentang tubuh manusia yang tidak semua orang tahu tentang, yang memiliki sistem sendiri yang bekerja sendiri tanpa kita sadari. Sejak saat itu saya tahu subjek pelajaran favorit baru saya, dan saya tahu itu adalah sesuatu yang ingin saya pelajari dalam jangka panjang. Saya melihat banyak profesi yang berhubungan dengan biologi dan akhirnya saya mengetahui apa yang saya inginkan, yakni menjadi seorang dokter.


Saya bukan berasal dari keluarga yang berkecimpung di dunia kedokteran. Ayah saya adalah seorang insinyur kimia, dan ibu saya belajar ekonomi. Saudara-saudara saya belajar teknik kimia dan komunikasi massa. Sebagai seorang anak, dalam keluarga, saya tidak memiliki siapapun untuk berbicara atau berdiskusi tentang hal-hal yang saya sukai dengan kecintaan saya pada biologi. Tetapi hal tersebut tidak menghentikan saya untuk terbang sendirian dan mengukir jalan saya sendiri


Karena alasan keluarga saya pindah ke Jakarta setelah menyelesaikan Elementary School (sekolah dasar) di Mutiara International Grammar School ke sekolah menengah Mentari Intercultural School Bintaro. Selama orientasi sekolah menengah kepala sekolah saya bertanya kepada saya "Apa yang Anda inginkan ketika Anda dewasa?". “Seorang dokter." jawab saya. "Kenapa?" tanyanya, “karena saya ingin membantu orang". Saya merasa hari-hari saya di sekolah menengah mungkin adalah hari-hari tersulit saya dalam kehidupan akademis saya. Pindah dari sekolah internasional di Malaysia ke sekolah internasional di Indonesia yang saya pikir akan mudah, ternyata sangat sulit. Saya memiliki dua kali lipat mata pelajaran untuk dipelajari karena memiliki beberapa dalam bahasa Inggris dan beberapa dalam bahasa Indonesia. Ada mata pelajaran baru yang sebelumnya tidak biasa saya lakukan seperti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Sejarah Indonesia, Bahasa Indonesia dan terakhir Ilmu Pengetahuan Alam.


Rapor saya selama semester pertama kelas 7 bukanlah sesuatu yang saya banggakan karena saya masih mencoba beradaptasi dengan tempat baru dengan orang-orang baru yang berbicara bahasa baru ke sistem akademik baru. Untungnya, ada beberapa guru yang memperhatikan dan menawarkan bantuan dengan kelas tambahan, khususnya yang memiliki tempat khusus di hati saya yaitu guru Ilmu Pengetahuan Alam saya di sekolah menengah. Sementara orang lain pada saat itu akan tertawa ketika saya mengatakan saya ingin menjadi dokter yang bekerja di Indonesia, terutama setelah mendengarkan saya berbicara bahasa Indonesia, guru ini sangat percaya pada saya dan menawarkan untuk membantu saya. Dia memberi saya perhatian ekstra di kelas dan kadang-kadang duduk di sebelah saya untuk dapat menerjemahkan kata demi kata dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris agar saya dapat memahaminya. Setelah beberapa kelas tambahan dengannya, saya mulai terbiasa dengan bahasa Indonesia, kami menghentikan kelas tambahan ketika saya dapat mengejar ketinggalan dengan siswa lain.


2 tahun kemudian saya mulai kelas 9, di mana mulai mempelajari mata pelajaran tambahan yang dipilih setiap siswa secara individual terkait dengan apa pun yang mereka inginkan. Saya memilih Biologi, Kimia, Matematika tambahan, dan Bisnis. Beberapa bulan kemudian saya memulai persiapan untuk Ujian Nasional yang akan datang. Saya mulai bergabung dengan Bimbel yang disediakan dari sekolah, dimulai dari sepulang sekolah hingga malam hari. Saya juga memiliki seorang guru privat yang akan membantu dengan kimia, biologi dan fisika yang akan datang dua kali seminggu. Saya mencetak buku latihan untuk Ujian Nasional dan mencoba yang terbaik untuk melakukan satu halaman setiap hari. Beberapa bulan kemudian datang ujian dan saya mencoba yang terbaik di dengan semua persiapan yang telah saya lakukan. Saya memiliki skor yang memuaskan.


Pada tahun 2019 karena pekerjaan ayah saya yang masih di Malaysia, saya pindah dari Indonesia kembali ke Kuala Lumpur. Saya telah mendengar dari teman-teman saya yang lebih tua yang ingin belajar Kedokteran di Indonesia berjuang untuk diterima di Universitas di Indonesia karena kurikulum akademik yang berbeda, dari sekolah internasional .di Malaysia hingga universitas di Indonesia, dan orang lain yang berharap mereka dapat melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri dan mendaftar ke Universitas tetapi tidak bisa karena berada di sekolah internasional. Karena itu saya memutuskan untuk tidak kembali ke sekolah saya sebelumnya di Malaysia (MIGS), setelah mempertimbangkan lebih cermat maka saya memutuskan untuk pindah ke Sekolah Indonesia Kuala Lumpur. Orang tua saya skeptis pada awalnya tetapi kemudian mendukung keputusan saya untuk pindah ke sekolah baru ini. Pindah ke Sekolah Indonesia Kuala Lumpur tidak sesulit pindah dari Mutiara International Grammar School ke Mentari Intercultural School Bintaro, untungnya saya mulai terbiasa dengan bahasa Indonesia dan mata pelajaran yang diajarkan.Tapi itu masih sangat baru dan asing bagi saya. Saya bertemu begitu banyak siswa dengan begitu banyak latar belakang yang semuanya menginginkan satu kesamaan, kesuksesan.


Pertengahan 2020 Karantina di Malaysia dimulai dan kami akan mengadakan kelas online. Saya berjuang dengan menyesuaikan diri dengan menggunakan zoom karena keterbatasan kelas Tatap muka dan mencoba yang terbaik untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tepat waktu. Setelah terbiasa dengan tidak begitu banyak tugas dan pekerjaan rumah di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur untuk bertahun-tahun selama kelas online. Pada saat itu ada satu teman sekelas Bernama Syahfa, yang selalu bekerja sama jika diberikan tugas oleh guru. Selama bekerja sama menyelesaikan tugas yang diberikan guru, saya merasakan kalau Syahfa adalah orang yang sangat ambisius yang pernah saya temui sepanjang hidup saya. Dan saya bersyukur menjadi temennya. Dia dengan senang hati mau membantu saya jika saya mengalami kendala dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, dia adalah teman yang dengan senang hati mau berbagi setiap informasi dan pengetahuan yang dia punya. Selalu ada informasi baru yang dia ajarkan kepada saya. Sejak saat itu kami selalu saling membantu. Dia membantu saya dalam hal bahasa Indonesia, sementara saya membantunya dengan bahasa Inggris. Saya dapat menyesuaikan diri dengan kelas online berkat dia dan termotivasi untuk mulai mempersiapkan universitas lebih awal. Kami akhirnya membentuk kelompok belajar bersama dengan teman lain yang juga sangat ambisius yang bergabung dengan banyak kompetisi, namanya Rifky.


Setelah berbulan-bulan kelas online, beberapa guru mulai menempatkan nama saya di beberapa kompetisi yang berbeda karena keunggulan saya dalam bahasa Inggris dan mampu menggambar. Saya menangis dan memohon untuk tidak bergabung dengan mereka pada awalnya tetapi guru saya tetap meminta saya untuk mengikutinya, akhirnya saya memberanikan diri untuk ikut bekerja sama. Diawali dengan lomba poster dari FLS2N.

Dari satu kompetisi lanjut ke kompetisi mendongeng, dimana sekolah yang saya wakilkan mendapatkan juara pertama tingkat Asean. Selain itu, saya mengikuti kompetisi komik digital dan saya lolos sampai tingkat nasional .Dan akhirnya kompetisi penelitian saya dan teman-teman saya memenangkan medali emas.


Akhir tahun 2021, teman saya Syahfa, meyakinkan saya untuk memulai persiapan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri setelah mendengar dia sudah bergabung dengan dua lembaga bimbingan belajar. Saya membeli satu set buku 'the KING' dan berlangganan Bimbel online yang disebut pahamify. Mulai Oktober 2021 dan seterusnya sudah penuh dengan persiapan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Saya berhenti menonton acara televisi, membaca novel dan menjaga hiburan saya seminimal mungkin. Syahfa membujuk Rifky dan saya untuk mulai shalat sunnat tahajjud untuk persiapan keagamaan. Maju cepat hingga akhir Januari, saya dianggap sebagai salah satu mahasiswa yang memenuhi syarat yang dapat mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.


Seperti yang dinyatakan sebelumnya jelas saya ingin belajar kedokteran untuk menjadi dokter, tetapi pertanyaannya adalah universitas mana yang harus dilamar. Saya meneliti untuk universitas kedokteran terbaik di Indonesia dan mempersempit pilihan menjadi Universitas Indonesia. Ketika memasukkan fakultas dan Universitas tempat kami melamar Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri, guru-guru saya menyarankan saya untuk mempertimbangkan kembali dan memilih universitas yang kurang dikenal atau jurusan yang kurang dikenal karena mereka berasumsi nilai yang saya capai masih kurang tinggi jika dibandingkan dengan anak-anak di sekolah unggulan di DKI. Tapi tekad saya tetap ingin mencoba Universitas Indonesia.


Saya mendaftar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.Saya berusaha untuk tidak terlalu berharap untuk diterima melalui SNMPTN karena saya tidak ingin kecewa dan siap untuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri sebagai gantinya, untuk kesempatan yang jauh lebih pasti untuk diterima dan dipersiapkan untuk melakukan International English Language Testing System atau Test of English as a Foreign Language sehingga saya bisa mengajukan permohonan jalur mandiri kki sehingga saya bisa masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


2 bulan kemudian adalah pengumuman untuk Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Saya sedang menjalani final saya pada saat itu dan berusaha untuk tidak membiarkan pengumuman itu mengganggu pikiran saya atau mengecilkan hati saya jika saya tidak masuk. 1 jam sebelum pengunguman, yaitu pada pukul 4:00, saya duduk di balkon saya dan berkata pada diri sendiri bahwa saya tidak diterima. Saya berkata pada diri sendiri bahwa saya akan melihat warna merah di situs web, dan itu benar-benar baik-baik saja. Dengan begitu saya tidak akan kecewa dan siap untuk yang terburuk. Setelah mengulanginya berkali-kali saya memeriksa ponsel saya dan mengetahui sudah waktunya untuk pengumuman.


Ibu saya datang ke kamar saya dan bergabung dengan saya, sayangnya ayah saya sedang bekerja dan tidak dapat bergabung sebagai dukungan moral. Saya membuka situs web untuk pengumuman dan mengetik nama dan tanggal lahir saya. Saya kemudian melihat apa yang saya tidak siap sama sekali. Saya melihat bahwa saya diterima. Saya tidak bisa mempercayai apa yang saya lihat, dan akhirnya memutuskan bahwa saya tidak di-prank oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi, dan bahwa saya benar-benar diterima. Saya menangis setelah berbulan-bulan tidak menangis, dan mendengar bahwa 2 teman ambisius saya yang mendaftar dengan saya, juga diterima di Universitas Indonesia.


Saya termotivasi dari ayah saya yang jika saya tanyakan apa yang diinginkan dalam hidupnya? Ayah saya selalu menjawab: "I want to be a meaningful person”. Ini juga jawaban ayah saya bilamana sedang dalam interview untuk mendapatkan pekerjaan. Ayah saya ingin menjadi seseorang yang bermakna dan berguna bagi masyarakat, dan itu sekarang menjadi moto yang saya jalani. Saya tidak pandai dalam sastra, debat, matematika, kimia, humaniora, musik, sejarah atau teknologi. Tetapi saya tahu saya mencintai biologi ingin belajar lebih banyak tentang tubuh manusia, saya ingin dapat menolong orang lain yang memerlukan bantuan, itulah yg paling ingin saya lakukan dalam hidup saya, dengan menggunakan privilise untuk mungkin suatu hari nanti dapat membantu dan menyelamatkan nyawa. Saya ingin menjadi seseorang yang berarti dalam hidup, itulah tujuan hidup saya.


Ke depan, saya berharap dapat mempertahankan motivasi saya dalam belajar dan menjadi lebih ambisius dari sebelumnya. Saya berharap dapat memenuhi impian saya ketika saya masih muda dan dapat mengabdikan 6 tahun hidup saya untuk kemanusiaan dan membantu orang lain. Dengan esai ini, saya berharap saya dapat menyampaikan perjalanan saya dan menggambarkan bagaimana saya sampai di tempat saya sekarang. Saya ingin berguna, dan diingat oleh orang lain. Saya tahu bahwa perjalanan saya tidak mendekati akhir tetapi baru saja dimulai. Saya sadar bahwa akan ada banyak rintangan dan tidak semuanya akan berjalan sesuai rencana. Saya tahu bahwa akan ada banyak tipe orang yang akan saya temui dan beberapa mungkin bukan pengaruh yang sangat baik tetapi saya tidak akan membiarkan itu membuat saya putus asa untuk menjadi seperti yang selalu saya inginkan.


Saya berpesan kepada siapapun yang ingin bergabung dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia agar tidak berkecil hati dengan orang lain, untuk menjadi ambisius dan berani. Dan seperti yang dikatakan Presiden Soekarno Hatta "Reach your ambition as high as the skies. Dream it as high as the skies. Because if you fall, at least you will fall with the stars". Artinya: Capai ambisi Anda setinggi langit. Bermimpilah setinggi langit. Jika kamu jatuh, setidak-nya kamu akan jatuh bersama bintang-bintang. Kutipan indah inilah yang memotivasi dan saya harap akan memotivasi Anda juga


Sekian dan Terima kasih dari saya.


 
 
 

Recent Posts

See All

Comments


Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page