Narasi Perjuangan - Keanvito Abyaz Brahma
- FKUI 2022
- Aug 15, 2022
- 9 min read
Perkenalkan nama saya Keanvito Abyaz Brahma, bisa dipanggil Vito. Saya diterima sebagai mahasiswa S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur Talent Scouting, program Kelas Khusus Internasional (KKI). Sebelum menjadi mahasiswa, saya menempuh pendidikan di SMA Labschool Kebayoran. Di mata saya, FK UI merupakan tempat sebaik-baiknya seseorang yang ingin menjadi dokter. Dikaruniai oleh kedua orang tua alumni FK UI, tidak dapat dipungkiri bahwa sudah menjadi mimpi saya sejak kecil untuk mengikuti jejak kesuksesan orang tua saya untuk belajar di FK UI. Tidak jarang pula saya melihat mahasiswa mengenakan jaket kuning kebanggaan dengan makara hijau yang membuat saya makin ingin memilikinya.
Kedua orang tua yang selalu saya idolakan merupakan motivasi terbesar saya untuk berjuang sekeras mungkin agar bisa sampai di titik ini. Mereka adalah sosok yang membuka mata, hati, dan pikiran saya mengenai betapa mulianya seseorang yang bekerja sebagai dokter. Satu kalimat yang terucapkan dari mulut Ibu saya yang akan selalu saya pegang dekat dengan hati yakni “Mulianya menjadi seorang dokter ialah mengorbankan waktu hidup kita demi kesehatan orang lain.” Hal tersebut membuat saya sadar bahwa profesi yang saya cita-citakan adalah dokter. Saya tahu pasti bahwa jalan menuju FK UI akan menghadiri berbagai rintangan dan hambatan besar sehingga diperlukan ketekunan dalam belajar yang sangat sungguh-sungguh.
Masa sekolah dasar saya tempuh di SD BHAKTI YKKP. Waktu kecil, saya merupakan orang yang pemalu dan penakut, namun ada beberapa teman baik yang membantu saya dalam kehidupan sosial untuk pertama kalinya. Setiap hari berlalu seperti hari sebelumnya, belajar bersama guru dan teman-teman yang ramah, lalu pulang ke rumah. Tetapi, hadirlah tantangan pertama yang harus saya hadapi yaitu pelajaran matematika. Semasa SD, saya memiliki kemampuan berhitung yang tidak secepat dan setepat teman lainnya.
Setiap pulang ke rumah, ibu saya terkadang mengajarkan materi tambah, kurang, kali, dan bagi dengan tegas sampai kertas tugas lembab karena tertetes air mata saya. Namun, berkat bimbingan ibu, saya mampu meraih hampir setiap ulangan matematika dengan nilai yang baik. Memasuki kelas empat, saya mulai tertarik dengan mata pelajaran biologi yang pada saat itu sedang membahas mengenai organ manusia. Bentuk, struktur, dan warna aneka ragam organ yang tercetak di dalam buku biologi itu mendorong saya untuk membaca dan memahami materi yang belum dijelaskan oleh guru. Hal tersebut membuahkan hasil berupa tingginya nilai ujian biologi saya yang melebihi mata pelajaran lainnya. Pada saat itulah saya merasa bahwa saya lebih pintar dan lebih menyukai mata pelajaran biologi.
Memasuki waktu pendaftaran SMP, saya ingin sekali menjadi siswa baru di SMP Labschool Kebayoran. Seiring waktu berjalan, saya makin tekun dan rajin mengerjakan soal soal seleksi siswa baru. Pada hari-H ujian seleksi siswa baru, saya merasa kesulitan dengan soal soal yang disajikan, dan pulang ke rumah dengan perasaan yang kurang percaya diri. Di hari pengumuman, saya bersama keluarga membuka situs web pengumuman dan saya dinyatakan sebagai cadangan nomor lima. Tangis seorang lelaki kecil itu tidak dapat diredam oleh tebalnya dinding rumah. Saat itu, saya berdoa setulus hati agar pada pengumuman gelombang kedua, saya diterima sebagai siswa baru. Tibalah pengumuman tersebut dan alhamdulillah saya diterima di SMP Labschool Kebayoran. Saya merasa sangat lega dan berpikir bahwa saya sudah puas dalam prestasi di masa SD. Namun, hal tersebut membuat saya hilang fokus dalam mempersiapkan ujian nasional.
Pada saat wisuda, raut wajah kecewa orang tua dapat saya lihat saat membuka NEM ujian nasional. Sesampainya di rumah, ayah saya sangat kecewa dan marah, menyatakan bahwa saya tidak lulus SD, namun hanya sekedar lolos, mengakhiri masa SD ini dengan sebatas nilai yang tidak membanggakan. Pada malam itu juga saya berjanji kepada diri saya bahwa saya akan belajar lebih rajin.
Pada Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), saya berusaha untuk aktif menjalani kegiatan orientasi dan memahami tata krama dan budaya di Labschool. Kebetulan, ketua umum osis yang menjabat saat itu adalah kakak kelas saya saat SD. Kami sering berbincang dan saya mendapatkan berbagai informasi yang sangat membantu saya selama MPLS. Pada hari terakhir, saya sangat terkejut bahwa peserta terbaik laki-laki untuk MPLS adalah saya. Menerima prestasi tersebut membuat saya sangat percaya diri untuk menjalani hari-hari di SMP.
Memasuki kelas tujuh, saya berusaha untuk berteman dengan orang-orang yang mampu mendorong saya untuk lebih rajin dalam menempuh ilmu. Seiring belajar, saya juga mengikuti kegiatan ekstrakurikuler berupa basket dan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Saya memiliki pandangan bahwa basket mampu memberi saya waktu untuk berolahraga bersama teman-teman dan menjadikan saya produktif dalam menggunakan waktu beristirahat dari belajar. KIR merupakan ekskul yang tepat bagi saya yang telah menumbuhkan ketertarikan di bidang sains dan eksperimen. Di tahun ini, saya merasa sangat bangga karena mampu melakukan berbagai kegiatan dan masih bisa mempertahankan nilai rapot yang tinggi.
Satu tahun berlalu dan saya naik ke kelas delapan. Saya berkenalan dengan teman-teman baru yang memiliki kepribadian yang jauh berbeda dengan teman-teman saya di kelas tujuh. Mereka menjalankan hari-hari di sekolah lebih santai dan gembira. Pada saat itu juga saya mengetahui game online yang sangat seru dimainkan saat waktu luang. Tanpa disadari, saya mulai kecanduan untuk bermain game yang mengganggu waktu belajar saya. Alhasil, nilai rapot semester tiga saya menurun. Pada saat itu, saya teringat janji yang saya buat saat SD, sehingga secara perlahan saya mulai mengatur waktu belajar menjadi efektif kembali. Dengan kesadaran tersebut, saya mampu meningkatkan nilai rapot semester empat dan memasuki ke jenjang terakhir SMP.
Di kelas sembilan, saya berusaha mengikuti kegiatan pertukaran pelajar ke Brewood, Inggris. Saya berlatih untuk berbahasa inggris dengan lancar dengan cara menggunakan Bahasa inggris sehari-hari di rumah. Pada saat seleksi wawancara dan penulisan essai, saya mengerjakan keduanya dengan penuh percaya diri. Seminggu kemudian, saya sangat bahagia bahwa lembar pengumuman yang dipajang di aula sekolah menyatakan bahwa saya lulus dan akan berangkat ke Inggris bulan September. Selama seminggu, kami ber-28 belajar di St. Dominic’s Grammar School. Teringat jelas suasana dimana saya menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di sekolah Inggris. Gedung bermodel tua dan siswa-siswi dari SD sampai SMA memakai seragam lengkap dengan jas yang berwarna biru tua. Kami jalani pembelajaran dengan gembira. Berakhirnya masa pertukaran pelajar, kami masih memiliki sisa-sisa hari untuk berwisata ke museum, tempat bersejarah, dan tempat wisata yang ikonik. Pengalaman pertukaran pelajar ini sangat penting dan bermanfaat karena hal tersebut membuka wawasan baru mengenai tata krama, kultur, dan cara bersosialisasi di negara lain.
Berpulangnya dari Inggris, saatnya saya untuk kembali serius dalam mengejar ilmu karena di semester lima adalah kesempatan terakhir untuk meningkatkan nilai rapot agar bisa lulus seleksi jalur undangan ke SMA Labschool Kebayoran. Saat itu, saya belajar sesungguh-sungguhnya. Buku dan alat tulis sudah ibarat badan yang dibawa kemanapun saya berada. Pada hari pengumuman, kami yang mendaftar diberikan surat yang menyatakan lulus atau tidak lulusnya kami dalam seleksi jalur masuk undangan. Namun, sangat ditekankan bahwa membuka surat tersebut hanya diperbolehkan apabila sudah sampai di rumah bersama orang tua. Hari itu berlangsung sangat lama, menunggu kedatangan orang tua sampai malam hari, saya hanya bisa berdoa. Pulangnya orang tua dari kerja, saya langsung mengajak mereka untuk membuka bersama surat tersebut dan alhamdulillah saya diterima di SMA Labschool Kebayoran melalui jalur undangan. Namun, saya belum puas. Masih ada satu tantangan lagi yang harus saya lewati dengan hasil yang membanggakan yakni Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) SMP.
Makin hari, makin tekun usaha saya dalam mempelajari materi-materi UNBK. Pada hari-H, saya mengerjakan dengan penuh ketelitian dan percaya diri. Alhasil, saya mendapatkan NEM 38.2/40. Saat itu, saya merasa bahwa saya telah memperoleh kembali diri saya dan membanggakan kedua orang tua saya.
Pada jenjang SMA, saya berusaha untuk mencari teman yang sefrekuensi dengan saya, memiliki kepribadian dan pandangan yang serupa, serta mampu menjadikan saya menjadi orang yang lebih baik. Basket dan KIR merupakan ekstrakurikuler yang saya juga daftarkan diri semasa SMA. Orientasi di jenjang SMA lebih menegangkan namun lebih mengenangkan karena banyak sekali suka dan dukanya.
Memasuki kelas sepuluh, saya mendaftarkan diri di acara teater musikal bernama ‘Skylite’ yang merupakan karya siswa siswi SMA Labschool Kebayoran. Di saat inilah saya merasa bahwa saya ingin mencoba hal baru di area yang belum pernah saya latih sebelumnya yakni bernyanyi, dansa, dan akting. Saat itu, saya mencoba berani keluar dari zona nyaman dan mengajukan diri untuk audisi sebagai salah satu pemain utama bernama ‘Denzel’. Seorang bocah laki-laki yang sok pintar dan kutu buku. Jadwal audisi masing-masing saya persiapkan dengan serius dan tak disangka, saya terpilih sebagai pemain utama tersebut. Selama latihan, saya bertemu dengan teman-teman dan kakak kelas yang baru. Saya merasa kewalahan dan kurang percaya diri untuk akting di depan teman-teman baru. Pada saat itu, saya sadar bahwa kemampuan bersosialisasi saya akan diuji.
Sayangnya, pandemi Covid-19 yang sudah menyebar ke Indonesia menyebabkan pertunjukkan Skylite dibatalkan. Latihan untuk tampil berbulan-bulan itu ternyata sia-sia. Menjadi angkatan pertama yang tidak memiliki pertujunjukkan Skylite membuat kami merasakan kekecewaan dan kesedihan yang tidak ada duanya. Pada tahun ini juga, saya mencoba memanfaatkan ketertarikan ke subjek biologi dengan cara mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang biologi. Namun, mau seberapa kuat saya coba untuk belajar, saya tidak mampu untuk memahami semua materi-materi yang diujikan, alhasil saya hanya mewakili sekolah namun tidak lolos babak pertama dari OSN. Saya juga berpartisipasi bersama dua teman lainnya di Lomba Cepat Tepat Biologi Institut Pertanian Bogor (LCTB ITB). Belajar dan bekerja sama yang kami lakukan dengan tekun mampu membawa kami ke tahap semifinal tapi tidak cukup untuk maju ke babak final.
Kelas sebelas merupakan saat dimana saya merasakan kebosanan karena belajar setiap harinya hanya membuka laptop dan menatap layar kaca tanpa interaksi langsung dengan siapapun. Lingkungan di rumah justru cenderung membuat saya semakin malas dan mudah terdistraksi. Namun, ini menjadi tantangan baru bagi saya berupa belajar mandiri. Banyak sekali kegiatan yang seharusnya sangat menarik apabila dilaksanakan secara luring seperti studi lapangan ke universitas favorit. Namun, acara tersebut diubah menjadi daring sehingga studi lapangan hanyalah sebatas menatap sambutan dan slide presentasi. Akhirnya, banyak tersedia waktu luang yang mampu saya manfaatkan untuk belajar. Pada tahun ini, saya mencoba lagi untuk berlomba di Kompetisi Sains Nasional (KSN) bidang biologi dan berhasil mewakili sekolah lagi. Namun, belajar materi kelas sebelas yang merupakan prioritas utama membuat saya lalai untuk menyiapkan KSN dan gugur pada tahap pertama juga. Dengan gugurnya berbagai lomba tersebut, saya merasa demotivasi.
Masa kelas sebelas juga merupakan waktu dimana semua siswa wajib membuat karya tulis ilmiah. Pengalaman saya menjadi anggota KIR membuat saya sangat bersemangat untuk membuat karya tulis ilmiah mengenai perbandingan sensitivitas metode pemeriksaan penyakit Covid-19 dengan mewawancarai beberapa ahli di rumah sakit besar. Penulisan karya tulis ini saya lakukan sesungguh-sungguhnya karena pada bidang kesehatan lah ketertarikan saya berada.
Tak terasa karena pandemi, saya sudah berada di kelas dua belas. Tahun ini, saya masih merasakan demotivasi dari kelas sebelas sehingga hal tersebut menghambat saya dalam menyicil materi untuk UTBK. Saya merasa kurang percaya diri bahwa saya akan lolos di jalur SNMPTN karena FK UI hanya memilih satu orang dengan peringkat tertinggi di sekolah saya. Namun, saat itu juga saya mengetahui adanya jalur talent scouting. Setelah diskusi yang sangat lama bersama orang tua, saya memutuskan untuk mendaftarkan diri di jalur talent scouting dengan alasan bahwa saya ingin memiliki kesempatan untuk merasakan kuliah di luar negeri dan mendapatkan gelar ganda. Segala hal dari pendaftaran, data diri, essai motivasi, sampai wawancara saya laksanakan dengan penuh ketelitian dan keseriusan tanpa menganggap kecil hal apapun. Pada tanggal satu April jam 13.00, saya membuka pengumuman bersama orang tua saya dan alhamdulillah saya diterima di FK UI KKI. Tangis seorang lelaki remaja itu tidak dapat diredam oleh tebalnya dinding rumah. Namun saat ini bukanlah tangisan sedih yang direnungkan, melainkan terharunya saya dan keluarga atas terbayarnya jerih payah dan kerja keras selama ini. Bahwa saya termasuk salah satu dari putra terbaik bangsa yang dipilih untuk melanjutkan studi di Fakultas Kedokteran terbaik yang ada di Indonesia. Bahwa saya dapat melanjutkan jejak kaki orang tua saya. Saat itu, saya merasakan kegembiraan yang tiada duanya.
Tentunya remaja berumur 18 tahun ini bukanlah manusia yang sudah sempurna. Masih ada banyak aspek dalam diri saya yang mampu saya perbaiki dan tingkatkan agar menjadi pribadi dengan karakter yang lebih baik. Selama masa SMA, terdapat fase dimana saya hilang semangat untuk belajar, kurang mampu bersosialisasi dengan baik, dan kurangnya peran dalam membantu angkatan. Selama berjalannya waktu, komitmen saya semasa SMA ialah belajar dengan sungguh-sungguh agar diterima di FK UI. Setelah diterimanya saya di FK UI, saya memiliki komitmen untuk merubah diri menjadi lebih baik. Saya berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih rajin dalam menuntut ilmu, lebih berperilaku baik, menjaga sopan santun, serta lebih aktif dan berkontribusi terhadap angkatan.
Harapan selama saya belajar di FK UI adalah saya berharap dapat menjadi mahasiswa yang aktif dalam kelas kuliah, mampu mengatur waktu dengan baik, mengikuti berbagai kegiatan akademik maupun nonakademik, berteman dengan orang-orang yang mampu mendorong saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dan meraih IPK yang membanggakan. Adapun harapan untuk angkatan FK UI 2022 yakni menjadi angkatan yang saling peduli satu sama lain, aktif, meraih prestasi akademik maupun nonakademik setinggi-tingginya, serta menjadi satu kesatuan angkatan yang tangguh dan satu.
Untuk saat ini, saya memiliki rencana jangka pendek selama menjalankan preklinik yakni menjalani kuliah dengan aktif dan penuh semangat. Beberapa hal yang dapat dilakukan agar dapat tercapainya rencana tersebut yakni berusaha untuk beradaptasi dengan cepat, membuat jadwal untuk mempermudah mengatur waktu, menyiapkan buku yang sekiranya diperlukan untuk kuliah, dan mengelilingi diri dengan teman-teman yang baik. Adapun rencana jangka panjang selama preklinik berupa memperluas relasi dengan cara mengikuti organisasi, himpunan, dan perlombaan serta memperoleh IPK yang membanggakan. Hal tersebut dapat tercapai dengan cara memegang teguh komitmen yang telah dibuat, menjaga konsisten nilai IP, dan aktif dalam mencari organisasi yang ingin diikuti sesuai minat.
Pada masa klinik (koas), rencana yang akan saya lakukan adalah mempraktikkan ilmu yang sudah didapatkan selama preklinik sebaik-baiknya. Hal itu dapat saya raih dengan cara mempelajari implementasi ilmu kedokteran dengan sungguh-sungguh pada pasien dan belajar berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain.
Bagi masyarakat, saya berharap agar masyarakat dapat mengikuti arus perkembangan dunia kesehatan. Tentunya beberapa rencana yang dapat mempermudah hal tersebut berupa menumbuhkan kesadaran diri untuk selalu belajar, ingin mencari tahu, serta mengadakan penyuluhan topik kesehatan terkini yang belum diketahui mayoritas masyarakat.
Bagi adik kelas yang bercita-cita memasuki FK UI, saya sampaikan pesan ini. Belajarlah di saat orang lain masih tertidur, berdoalah disaat orang lain masih tertidur, serta mulailah tumbuh dan kembangkan karakter pribadi seorang dokter. Bertemanlah dengan orang-orang yang selalu menuntun kalian ke dalam kebaikan dan jangan lupa untuk menikmati masa SMA kalian. Semangat!
Yorumlar