top of page
Search

Narasi Perjuangan - Kartika Maharani

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 15, 2022
  • 9 min read

Perjalanan Meraih Asa


Dahulu, jika ditanya saat besar nanti ingin menjadi apa? Ada seorang anak yang selalu menjawab “Kalau sudah besar nanti, saya mau jadi dokter.” Saat itu kalimat itu merupakan kalimat yang diucapkan anak itu tanpa keseriusan dari hati. Semakin ia beranjak dewasa, kalimat tersebut semakin memiliki makna. Anak kecil itu adalah saya.


Halo semua! Perkenalkan nama saya kartika Maharani. Teman-teman saya lebih akrab menyapa saya dengan panggilan Kartika atau Tika. Saya lahir pada tanggal 23 September 2004 di Jakarta. Sebelum bergabung ke dalam keluarga FKUI ini, saya menghabiskan masa putih dan abu saya di SMAN 28 Jakarta, sebuah sekolah dengan tembok hijau yang memanjang di sepanjang Jalan Jatipadang, Jakarta Selatan. Sekolah yang mengukir banyak kisah dan cerita yang dapat kuceritakan di masa yang akan datang. Banyak rintangan yang saya hadapi selama bersekolah di sini, tangis dan tawa, suka dan duka datang silih berganti dalam mendampingi perjalanan saya hingga dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia program reguler melalui jalur SNMPTN. Sungguh, ini merupakan suatu hal yang sangat tidak terduga yang datang kepada saya di tahun ini.


FKUI. Hal pertama yang terbesit di benak saya tentang hal ini tentu saja selalu tentang pamornya. Keprestisiusan yang melekat erat dengan universitas ini sendiri menambah nilai plus FKUI di kalangan umum. Sebuah universitas kedokteran tertua dan tak perlu diragukan lagi yang terbaik di Indonesia ini memiliki daya tariknya sendiri di mata saya. Tak perlu diragukan juga bagaimana kuatnya ikatan alumni yang terjalin di sini.


Saya lahir di dalam keluarga kecil yang lumayan asing dengan dunia kedokteran. Mama saya maupun Bapak saya bukanlah seorang dokter. Bisa dibilang sama sekali tidak ada dokter dalam keluarga saya. Hal ini membuat keinginan saya untuk menjadi dokter menjadi sebuah hal yang sangat dibanggakan. Saya pernah beberapa kali ke rumah sakit saat kecil untuk diperiksa oleh dokter atau hanya sekadar mengantar kakek atau nenek. Mama saya memberi tahu saya bahwa saat saya berumur enam bulan, saya pernah dirawat di rumah sakit karena diare. Awalnya saya tidak terlalu menghiraukan hal tersebut, namun sekarang jika saya pikirkan kembali, dokter yang merawat saya kala itu sangat berjasa untuk saya, pasti tidak mudah untuk memasang infus pada bayi berusia enam bulan kala itu. Selain itu, saat saya masih kelas 1 SD saya pernah mengalami kecelakaan motor karena kaki saya masuk ke jari-jari roda motor. Saya pun langsung dibawa ke rumah sakit dan langsung ditindaklanjuti. Saya masih ingat bagaimana saya menangis sejadi-jadinya saat kaki kanan saya dibersihkan dengan alkohol sebelum dijahit. Jahitan itu berasa di kaki saya selama dua minggu sebelum akhirnya dilepas dan saya bisa kembali ke sekolah. Awalnya saya sempat tidak mau dekat-dekat dengan dunia kesehatan. Namun, seiring bertambah umur, saya kembali tertarik dengan dunia medis. Sambil melihat balik ke belakang, saya jadi termotivasi menjadi dokter dan memantapkan hati saya terhadap cita-cita yang ingin saya raih tersebut. Saat itu yang saya pikirkan tentang dokter hanyalah bahwa dokter itu keren bisa mengoperasikan banyak alat medis serta bisa kerja di tempat yang nyaman seperti rumah sakit.


Duduk di bangku sekolah menengah pertama, pandangan saya terhadap dunia luar mulai terbuka. Saya mulai membuka pikiran bahwa menjadi dokter tidak sekadar bekerja di rumah sakit dan memakai jas putih. Menjadi dokter berarti bisa menolong banyak orang dan menyelamatkan banyak nyawa. Di SMP ini pula saya pertama kali mendengar tentang FKUI, saat itu saya belum mencari tahu lebih lanjut tentang dunia perkuliahan seperti jurusan dan universitas yang saya inginkan nanti, yang saya tahu saat itu hanyalah bahwa saya ingin menjadi dokter. Setelah hari itu, saya mencari tahu lebih dalam tentang FKUI dan UI tanpa memikirkan bagaimana cara masuk ke sana serta betapa sulitnya itu semua. Bisa dibilang masa putih biru saya ini lebih banyak diisi dengan canda tawa daripada serius belajar. Ikut organisasi, menonton di kelas, serta pergi bersama teman setelah pulang sekolah untuk sekedar jajan dan mengobrol menjadi kegiatan yang mengisi masa SMP saya. Naik ke kelas 9, saya baru mulai serius belajar untuk UN agar saya bisa masuk ke SMA yang saya dambakan. Saat kelas 9 juga, saya menggali lebih dalam tentang jalur masuk perguruan tinggi mulai dari jalur undangan hingga ujian. Saat itu pula saya menentukan pilihan untuk masuk ke SMAN 28 Jakarta. Kenapa SMAN 28 Jakarta ? sebab sekolah ini merupakan salah satu sekolah favorit di Jakarta yang mana sekolah favorit biasanya memiliki kesempatan lebih tinggi untuk siswanya diterima ke perguruan tinggi favorit lewat jalur undangan, salah satunya UI.


Proses PPDB pun berlalu dan saya diterima di SMAN 28 Jakarta, sekolah yang memang saya inginkan sejak dulu. Naik ke bangku SMA saya baru sadar bahwa persaingan masuk ke perguruan tinggi tidaklah semudah itu dan mulai muncul banyak keraguan dalam diri ini, tak jarang juga saya mempertanyakan hal ini, “Apa kelak saya bisa melanjutkan pendidikan di sini?” karena bukan rahasia lagi bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini merupakan salah satu fakultas dengan keketatan masuk tertinggi di UI. Ribuan bahkan mungkin jutaan orang memiliki impian untuk melanjutkan kuliah di sini dan sayangnya tidak semua orang itu bisa diterima.

Walau begitu, bukan berarti saya harus menyerah pada mimpi saya. Keteguhan hati saya yang ingin menjadi dokter di masa depan kelak selalu menyadarkan saya saat saya ragu. Bagi saya sendiri, dokter merupakan pekerjaan yang sangat mulia karena dengan itu saya bisa membantu bahkan menyelamatkan nyawa banyak orang. Maka dari itu, FKUI merupakan hal terbaik yang bisa saya impikan sebagai gerbang pembuka jalan menuju cita-cita saya. Selain itu, sejak dahulu mbah saya selalu berkata agar kelak nanti saya menjadi dokter. Mbah saya selalu menanyakan bagaimana belajar saya dan mendoakan saya selalu. Setiap pembagian rapot saya akan selalu mengabari mbah saya dan mbah saya selalu memuji saya serta berkata bahwa saya pasti bisa menjadi dokter kelak. Kata orang-orang, mbah saya selalu berkata bahwa saya, cucu pertamanya, akan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namun, pada saat saya kelas 11 mbah saya meninggal dunia ini tanpa sempat melihat saya menjadi dokter kelak.

Lika liku persaingan kini sungguh terasa. Setiap orang memiliki caranya sendiri untuk hal itu. Sejak kelas 10 mama saya selalu mewanti-wanti saya agar tidak terlena dengan kehidupan remaja putih abu hingga melalaikan kewajiban saya untuk belajar. Sungguh, terasa atmosfer ambisius antar pelajar di sini dan banyak karakter baru yang saya temui di bangku SMA ini. Pada awal kelas 10 saya sempat merasa tidak percaya diri akan sisi akademik saya. Banyak sekali yang berlomba-lomba untuk terlihat mencolok di kelas demi nilai namun hal tersebut tidak berlaku untuk saya. Kala itu, saya masih belum terlalu berani dan percaya diri dalam menyampaikan pendapat saya dalam menjawab soal karena saya takut salah. Namun, saya bersyukur karena dipertemukan dengan orang-orang baik di kelas ini, lama kelamaan saya pun mulai berani dan lebih percaya diri dari sebelumnya. Meski begitu, di semester awal ini saya sempat merasa kewalahan dalam belajar karena saya terlalu mendorong diri saya untuk mengalahkan semua orang. Dari hal tersebut saya pun belajar bahwa sebenarnya lawan saya bukanlah teman-teman saya melainkan diri saya sendiri. Saya tidak perlu fokus pada mereka juga pada apa yang mereka lakukan karena sejatinya saya hanya perlu terus mengembangkan potensi dalam diri saya untuk menjadi yang terbaik.


Setahun berlalu, saya pun naik ke kelas 11. Rintangan yang saya hadapi pun berbeda seperti kelas 10. Saya memiliki prinsip untuk menjaga stabilitas nilai saya dan berusaha fokus ke diri saya daripada sibuk menanyakan keadaan teman saya. Di kelas 11 ini saya harus pintar-pintar membagi waktu belajar dengan organisasi karena banyaknya program kerja yang diadakan OSIS sekolah saya. Seringkali saya menunda untuk mengerjakan tugas karena lebih memilih melakukan kegiatan OSIS. Saya pun sering tidur larut malam untuk belajar sebab pada siang dan sore sibuk mengerjakan kegiatan lain. Hal ini berdampak pada nilai rapot saya, rata-rata rapot saya turun sekitar 0,7. Saya pun sempat merasa bahwa SNMPTN merupakan hal yang tidak mungkin lagi. Namun, saya tidak bisa terus meratapi nasib, pada semester berikutnya saya pun mencoba lebih giat lagi dalam belajar. Kala itu, time management saya masih sangat kurang karena saya banyak mengorbankan waktu tidur untuk menyeimbangkan kegiatan OSIS dan belajar. Tidak jarang juga saya merasa mengantuk di kelas, tetapi kini nilai dan hasil yang saya dapatkan lebih memuaskan dari sebelumnya. Grafik nilai saya naik lumayan tinggi berkat itu.


Menduduki bangku kelas 12 saya semakin tertampar realita. Saya merasa bahwa saya belum siap untuk menghadapi ini semua terlebih UTBK. Sebagai bentuk persiapan menuju UTBK saya pun mengikuti bimbel di INTEN. Saya sangat terbantu dengan sistem belajar dan cara guru-guru di sini mengajar. Tiga hari dalam seminggu saya mengikuti kelas di INTEN mulai dari jam setengah lima sore hingga jam delapan malam. Selain itu, saya juga berusaha lebih aktif di kelas guna mendapat nilai tambahan dari guru. Kebiasaan saya menunda tugas pun ikut berkurang. Saya juga memiliki kelompok belajar bersama tiga teman saya untuk saling membantu dalam mengerjakan latihan soal. Hari demi hari saya lalui dengan belajar, mengerjakan soal, dan tidak lupa berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memudahkan semuanya. Saya pun mendapat hasil yang sangat memuaskan pada saat pembagian rapot. Namun ternyata itu tidak cukup, saat pembagian rapot ternyata dibanding rata-rata nilai teman saya, nilai saya termasuk lumayan kecil daripada mereka. Lagi-lagi hal ini membuat saya down, mulai dari situ saya pun benar-benar membuang jauh-jauh harapan saya akan SNMPTN.


Semester dua pun mulai dan saya benar-benar mendorong diri saya lebih keras guna meraih mimpi masuk FKUI. Lebih banyak tangis yang tercucur kali ini karena sering kali saya mempertanyakan kepantasan diri saya untuk ini semua. Sebenarnya perasaan ini hanya membuat saya patah semangat dan kehilangan percaya diri. Perbedaan nilai dengan teman saya ternyata sangat berpengaruh pada tingkat kepercayaan diri saya saat itu. Memang benar jika ada yang berkata bahwa nilai hanyalah angka, tetapi tak dapat dipungkiri angka-angka itu dapat mempengaruhi tingkat semangat belajar saya.


Hari-hari pun berlalu dan tiba hari pengumuman siswa eligible, terkejut bukan main saat saya melihat daftar siswa yang ada beserta peringkatnya. Saya ternyata termasuk dalam daftar tersebut dan yang lebih membahagiakan adalah saya mendapat peringkat lima di sekolah yang mana berarti kesempatan saya untuk bisa masuk ke FKUI lewat jalur SNMPTN semakin besar. Saya pun langsung memberi kabar mama saya dan menangis bahagia. Beberapa hari setelahnya pun saya mendaftar ke jurusan ini lewat SNMPTN setelah memantapkan hati dan berdoa. Saya pun mengisi hari-hari penantian dengan INTEN serta berdoa. Tidak lupa saya meminta doa restu ke Mama dan Bapak saya untuk hal ini.


Tak terasa, tanggal 29 Maret 2022 pun tiba. Rasa tegang dan takut menghantui dari saya bangun tidur. Rasanya benar-benar tidak tenang, saya pun jalan mengelilingi rumah karena saat itu saya benar-benar khawatir dan tidak bisa diam. Saya benar-benar tidak fokus untuk melakukan apa apa dan terlalu banyak melamun selagi menunggu jam tiga. Hari itu, saya masih ada jadwal INTEN jadi saya pun ikut terlebih dahulu sambil menunggu jam tiga. Jam istirahat pun tiba yang artinya jam tiga juga sudah tiba. Mama saya pun menghampiri saya ke kamar untuk ikut melihat hasil seleksi SNMPTN. Sungguh detik-detik yang menegangkan, saya pun berdoa berkali-kali sebelum tangan saya bergerak untuk membuka pengumuman di layar laptop namun, saya benar-benar tidak berani untuk menekan mouse laptop. Akhirnya, mama saya pun menekan mouse tersebut untuk saya. Saat hasilnya munncul saya pun terdiam sejenak sebelum akhirnya sadar bahwa saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya pun langsung menangis bahagia sambil memeluk mama saya dan berulang kali mengucap syukur. Rasanya benar-benar seperti mimpi.


Berhasil bergabung dengan keluarga besar FKUI bukan berarti perjuangan saya telah selesai, ini justru adalah awal dari mimpi besar saya. Saya bertekad untuk mengembangkan diri saya menuju Kartika dengan versi terbaiknya. Seperti yang umum diketahui, pembelajaran pada pada fakultas kedokteran sangat padat, selain itu juga diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam hal ini. Maka dari itu, saya akan menjadi pribadi yang lebih rajin dan tekun dalam menjalani proses belajar saya dengan selalu memberikan usaha yang maksimal pada setiap hal yang saya kerjakan. Selain itu, saya juga berkomitmen untuk bisa lebih bertanggung jawab terhadap segala hal yang saya pilih. Saya berharap dalam perjalanan yang akan saya tempuh di FKUI ini, saya bisa terus mengukir prestasi yang membanggakan seperti mendapat IPK 4,0 dan lulus dengan predikat cumlaude, maka dari itu saya akan berusaha sebaik mungkin untuk mewujudkan hal tersebut. Semoga saya senantiasa dikelilingi oleh teman-teman yang baik yang bisa saling mendukung di kala suka dan duka. Terakhir, saya juga berencana untuk mengikuti organisasi yang ada serta meningkatkan partisipasi saya dalam kegiatan angkatan untuk melatih soft skills saya. Dengan ini, saya berharap untuk meningkatkan kemampuan komunikasi serta public speaking saya yang saya rasa masih kurang. Lewat ini juga, saya berharap time management saya menjadi lebih baik dari sebelumnya.


Bila masa preklinik saya sudah selesai, saya akan membuka lembaran baru yang akan diisi dengan masa co-ass atau dokter muda sebelum saya bisa benar-benar jadi dokter. Pada masa ini saya akan berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam menerapkan segala materi dan teori yang telah saya dapat selama kuliah. Saya akan menjadikan ini sebagai ajang untuk memperdalam wawasan saya di bidang ini. Saat saya sudah berhasil mewujudkan impian saya nanti, saya berharap bahwa saya selalu berada pada jalan yang benar dan teguh pada niat awal saya yaitu menjadi dokter yang bisa membantu banyak insan. Saya juga punya sebuah mimpi untuk membangun rumah sakit atau klinik kecil yang ditujukan kepada mereka yang kurang mampu agar bisa mendapat pengobatan selayaknya. Semoga di masa depan nanti semua ini bisa tercapai tentunya diiringi kerja keras dan doa karena saya percaya Allah SWT pasti memiliki rencana yang saya nanti.


Saya berharap di masa yang akan datang nanti saya dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Semoga kelak masyarakat di luar sana memiliki kesadaran lebih akan pentingnya kesehatan diri serta peran tenaga kerja di bidang ini.


Teruntuk kalian yang masih berjuang untuk masuk FKUI teruslah berjuang dan jangan patah semangat. Perbanyak waktu untuk belajar dan mengulang materi serta perbanyak sholat dan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Jangan mudah terpengaruh dengan apa yang didapatkan dan dimiliki oleh orang lain. Percayalah dengan rencana Yang Maha Kuasa karena setiap orang memiliki takdir yang berbeda-beda. Mungkin akan ada hari-hari di mana kalian merasa lelah dan putus asa namun, semua itu pasti akan terbayar dengan hasil indah yang menunggu kalian di depan.




 
 
 

Recent Posts

See All

Commentaires


Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page