top of page

Narasi Perjuangan - Josia Nathanael Wiradikarta

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 14, 2022
  • 10 min read

Saya, Josia Nathanael Wiradikarta, atau biasa dipanggil Josia, adalah seorang mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2022. Saya adalah lulusan dari SMAK 1 BPK Penabur Bandung. Saya berhasil masuk ke dalam program studi Pendidikan Dokter kelas reguler Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) melalui jalur UTBK-SBMPTN.


FKUI adalah salah satu fakultas yang sangat saya idolakan karena sejarah dan dampaknya yang besar, baik bagi masyarakat maupun bagi bangsa dan negara Indonesia. Secara historis, FKUI yang berawal dari Sekolah Dokter Jawa atau STOVIA, salah satu lembaga pendidikan tinggi pertama di Indonesia, berperan penting dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial masyarakat di Hindia-Belanda saat itu.


Selain itu, STOVIA memiliki andil besar dalam berkembangnya kehidupan sosial politik di era kolonial. Tokoh-tokoh nasional yang hebat seperti dr. Soetomo, dr. Wahidin Soedirohusodo, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, dan lainnya, merupakan lulusan STOVIA yang kemudian membawa dampak nyata pada kesejahteraan masyarakat dan kehidupan berbangsa. Hal ini bisa terjadi karena STOVIA merupakan wadah yang dapat mengumpulkan pikiran-pikiran cerdas dari berbagai pelosok Nusantara untuk bersatu, berdiskusi, dan bertukar pikiran, hingga akhirnya mereka bisa membawa perubahan bagi lingkungan mereka.


Hal serupa terjadi di FKUI pada masa kini. Mahasiswa-mahasiswa cerdas yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul dan mengemban ilmu di bawah naungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Di dalamnya tentu terjadi pertukaran pendapat, diskusi, dan kerja sama dalam menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan sehingga akhirnya mereka lulus menjadi dokter-dokter yang berkualitas, baik secara ilmu, keahlian, dan akhlak. Dengan demikian, saya sangat berharap untuk bisa menjadi bagian dari FKUI dan turut terlibat dalam salah satu fakultas kedokteran tertua dan terbaik di Indonesia.


Walau demikian, harapan dan cita-cita ini bukanlah sesuatu yang awalnya saya impikan. Sejak kecil, hampir tidak pernah terbesit dalam pikiran saya bahwa saya akan menempuh pendidikan sebagai mahasiswa kedokteran. Namun setelah saya memasuki kehidupan SMA, saya menyadari panggilan saya, yakni untuk mengabdi bagi Tuhan, bangsa, dan masyarakat dan supaya saya bisa menjadi berkat di manapun saya berada. Dengan demikian, saya memutuskan untuk berusaha agar bisa mengejari ilmu di fakultas kedokteran, terutama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sebagai salah satu fakultas kedokteran unggulan yang diimpikan oleh ribuan orang lainnya.


Tentunya perjalanan sampai saya diterima di FKUI bukanlah proses yang singkat, melainkan perjalanan panjang yang terdiri atas proses-proses penting yang terus berlangsung sejak saya kecil. Saya yakin apabila ada suatu aspek atau proses dalam kehidupan saya yang hilang, sekecil apapun itu, saya tidak akan berada di posisi saya sekarang. Saya percaya bahwa setiap hal yang telah terjadi di dalam kehidupan saya bukanlah suatu kebetulan, melainkan semuanya adalah bagian dari rencana Tuhan yang indah bagi kehidupan saya.


Sejak saya memasuki Sekolah Dasar (SD), saya sudah dibesarkan untuk membudayakan membaca. Ayah dan Ibu saya keduanya memang memiliki hobi membaca dan mereka juga kerap kali membacakan buku komik edukatif kepada saya. Dari situlah asal mula kecintaan saya pada membaca, suatu hobi yang mendorong saya untuk terus belajar, mencari informasi, dan menikmati tulisan-tulisan yang saya baca, baik itu fiksi maupun nonfiksi. Kerap kali saya menghabiskan waktu istirahat sekolah saya untuk membaca buku di perpustakaan. Buku-buku komik, novel, biografi, edukatif, dan lain-lain saya baca di perpustakaan sekolah saya.


Selain itu, saya juga dididik untuk berpikir logis dan kritis. Di saat teman-teman sekelas saya belajar untuk ujian dengan menghafalkan catatan, saya dituntut untuk bisa mengerti dasar logika di balik hafalan itu sendiri. Di saat teman-teman saya menghafalkan metode dan langkah-langkah untuk melakukan suatu soal matematika, saya dituntut untuk mengerti mengapa metode tersebut digunakan. Alhasil, saya memiliki kemampuan untuk berpikir logis dan kritis, serta mampu mendeteksi pola-pola dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari.


Semasa SD pun saya diajarkan untuk tidak pernah memadamkan rasa penasaran dan rasa ingin tahu saya. Ayah saya selalu mengajak saya berpikir dan membimbing saya apabila saya memiliki suatu pertanyaan sehingga saya terbiasa untuk terus memiliki rasa keingintahuan dan kerinduan untuk terus mencari ilmu dan belajar, baik melalui sarana formal seperti sekolah, maupun melalui media lainnya seperti buku, internet, dan lain-lain.


Kesukaan saya untuk terlibat dalam berbagai kompetisi pun dimulai dari SD. Saat saya masih berada di kelas 4 SD, saya diajak untuk ikut kompetisi Spelling Bee oleh pembimbing ekskur English Club saya. Walaupun saya tidak menang dan hanya lolos sampai babak semifinal, saya mulai meyukai tantangan yang dihadapi saat menghadapi kompetisi atau perlombaan.


Selain itu saya juga diajak untuk mengikuti kompetisi matematika yang diselenggarakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia di kelas 6 SD. Saya masih ingat bahwa masa-masa pelatihan untuk lomba itu merupakan hari-hari yang sangat menyenangkan sekaligus sangat menantang. Saya dengan teman-teman sekelompok saya diperhadapkan dengan soal-soal dan konsep-konsep matematika SMP yang belum pernah kami pelajari sebelumnya. Bersama-sama kami bekerja keras untuk memahami setiap topik yang diajarkan kepada kami setiap harinya, bahkan rela untuk pulang sore demi berlatih sedangkan teman-teman kami lainnya pulang jauh lebih cepat. Namun, usaha tidak mengkhianati hasil dan kami berhasil meraih medali emas pada kompetisi tersebut. Melalui pengalaman tersebut, saya belajar bahwa hal-hal yang sulit di dalam kehidupan memang ada untuk dihadapi bersama-sama.


Pengalaman-pengalaman saya semasa SMP pun banyak mendukung saya menjadi versi terbaik diri saya. Saya menempuh pendidikan SMP di SMPK 1 BPK Penabur Bandung, salah satu sekolah menengah pertama terbaik di Jawa Barat. Dengan demikian, tentunya siswa-siswa yang berada di dalamnya merupakan orang-orang yang cerdas. Persaingan ketat yang saya rasakan selama saya sekolah di sana mendorong saya untuk memiliki tekad untuk terus memperbaiki dan mengembangkan diri. Teman-teman sekelas saya adalah orang-orang yang sangat kritis, sehingga apabila ada presentasi atau forum diskusi, kerap terjadi pertukaran pikiran dan argumen-argumen di antara kami. Hal ini semakin memacu saya untuk bisa berpikir kritis dalam waktu yang singkat, serta menyalurkannya menjadi sebuah argumen yang logis.


Saya juga tetap aktif dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dan mengikuti berbagai kompetisi. Berbagai ekskur mulai dari klub matematika, klub fisika, sampai kelas Photoshop saya ikuti untuk menambah wawasan. Saya mengikuti kompetisi matematika, fisika, riset dan inovasi, band, kompetisi sains nasional, dan lain-lain. Dalam menghadapi kompetisi-kompetisi tersebut, ada serangkaian pelatihan dan persiapan yang perlu dilakukan.


Untuk kompetisi fisika dan matematika, saya berlatih soal-soal dan memahami materi-materi SMA setiap pulang sekolah bersama pelatih. Waktu yang tersedia untuk melakukan persiapan tersebut tidaklah panjang, sehingga saya dilatih untuk bisa menguasai materi baru dengan cepat dan efisien. Selain itu, saat pelaksanaan lomba, saya belajar untuk berpikir cepat dan tepat di bawah tekanan. Saya pun berhasil meraih peringkat kesatu dalam perlombaan fisika yang saya ikuti.


Untuk lomba-lomba riset dan inovasi, saya beserta teman-teman tim saya menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk berbagai persiapan, antara lain memikirkan ide inovasi dengan prinsip design thinking, membuat hipotesis, melakukan percobaan, dan membuat laporan hasil percobaan dari riset dan inovasi yang kami lakukan. Inovasi kami saat itu adalah dalam bidang computer science yang bermanfaat dalam dunia medis dan perawatan pasien. Kami merancang alat untuk membantu pasien-pasien pengidap stroke, multiple sclerosis, dan pasien lainnya yang memiliki kendala dalam berkomunikasi, agar mereka dapat menginformasikan kebutuhan mereka melalui gestur tangan sederhana. Lalu, kami mempresentasikan mengenai hasil riset dan inovasi kami di hadapan panel juri dari berbagai bidang keahlian. Presentasi terebut dilakukan di Anglo Chinese School (Independent), sebuah sekolah swasta di Singapura. Melalui semua proses tersebut, saya belajar untuk berinovasi, melakukan riset, berbicara di depan audiens, menyampaikan gagasan dalam bahasa Inggris, juga berpikir cepat saat menjawab pertanyaan para juri.


Selain itu, saya juga mengikuti perlombaan band dan memenangkan juara kedua bersama teman-teman saya. Saya belajar untuk memiliki percaya diri ketika tampil atau berada di depan banyak orang. Selain itu, saya juga belajar pentingnya kekompakan dan kerja sama dalam satu tim.


Masa-masa saya di SMA pun menjadi pengalaman yang tak kalah penting bagi saya. Walaupun memang saya hanya mengalami sekolah dan pembelajaran secara luring selama kurang lebih 7 bulan, baik pengalaman singkat saya bersekolah luring maupun pengalaman saya bersekolah daring memberikan dampak yang besar bagi saya saat ini. SMAK 1 BPK Penabur Bandung adalah salah satu sekolah terbaik di Indonesia. Bahkan menurut pemeringkatan yang dibuat oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi Negeri (LTMPT), SMAK 1 BPK Penabur Bandung menempati peringkat kelima peraih rata-rata nilai UTBK tertinggi tahun 2021. Di tengah-tengah lingkungan berisi orang-orang cerdas yang sangat kompetitif, tentu saya juga terpacu untuk memaksimalkan kegiatan pembelajaran dan berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik selama SMA. Selama SMA, saya selalu masuk ke dalam peringkat lima besar di kelas saya dan akhirnya berhasil menjadi lulusan terbaik keempat dari program Bilingual dan Klasikal saat saya lulus.


Tidak hanya secara akademik, saya juga berusaha untuk tetap berprestasi secara nonakademik melalui berbagai kegiatan kompetisi dan perlombaan.


Saya kembali mengikuti lomba inovasi dan riset yaitu Young Scientist Competition tingkat provinsi, yang diselenggarakan oleh Center for Young Scientist dan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Jawa Barat. Dalam perlombaan ini, saya bersama dengan rekan saya masuk ke dalam kategori riset Environmental Science dan merancang bioplastik berbahan limbah singkong. Selama kurang lebih tiga bulan, kami menghabiskan waktu di laboratorium untuk membuat hipotesis, melakukan eksperimen, uji coba material, dan lain-lain. Seringkali kami baru pulang dari laboratorium sekolah kami saat hari sudah gelap, bahkan terkadang sampai tengah malam. Lalu kami mempresentasikan hasil inovasi dan riset kami di hadapan panel juri. Usaha dan kerja keras kami terbayarkan dan kami berhasil membawa pulang medali perunggu. Melalui pengalaman ini saya kembali dilatih untuk melakukan riset, menulis laporan ilmiah dengan format yang benar, mencari sumber-sumber referensi yang terpercaya, membaca jurnal-jurnal ilmiah, dan membuat sitasi dengan format yang tepat.


Saya juga memiliki pengalaman pelatihan dan persiapan untup Kompetisi Sains Nasional bidang informatika. Setiap minggu saya mendapat pelatihan dalam bidang informatika sampai akhirnya saya berhasil masuk pada seleksi tahap provinsi. Dari sini saya belajar untuk berpikir logis, matematis, dan akurat.


Bukan hanya itu, saya juga terlibat dalam kompetisi debat hukum tingkat SMA. Saya menjalani pelatihan debat selama beberapa bulan, mulai dari cara berpikir kritis, menyusun argumen, melakukan riset, sampai berbicara dan menyampaikan argumen logis dengan sistematis secara percaya diri menggunakan bahasa yang formal. Saya juga belajar untuk menyusun argumen dan sanggahan secara cepat di bawah tekanan. Hampir setiap hari saya dan rekan-rekan setim saya berlatih serta melakukan riset mengenai mosi-mosi yang mungkin digunakan saat perlombaan debat. Bahkan kami rela mengorbankan waktu liburan kami untuk melakukan latihan dan riset dari pukul 8 pagi hingga 10 malam setiap harinya. Dalam perlombaan ini, kami berhasil menjadi juara 1 nasional.


Walaupun saya berhasil mendapatkan berbagai prestasi akademik maupun nonakademik, tidak semuanya berjalan dengan mulus. Berkali-kali saya gagal dalam kompetisi-kompetisi yang saya ikuti. Saya tidak lolos dalam kompetisi inovasi (bidang teknologi informasi dan komputasi) dan lomba karya ilmiah (bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan) yang diadakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Walau demikian, saya tidak patah semangat dan bangkit kembali untuk mengikuti lomba-lomba lainnya. Bagi saya, segala kegagalan yang saya alami merupakan bahan pembelajaran untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi ke depannya.


Secara akademik pun demikian. Saya pernah beberapa kali mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal dalam mata pelajaran matematika, sedangkan teman-teman saya mendapatkan hasil yang baik dengan cara-cara yang tidak jujur. Bahkan mereka mengajak saya untuk melakukan kerja sama saat penilaian harian. Sejujurnya, saya sempat tergoda untuk meninggalkan integritas akademik dan melakukan kecurangan, bahkan saya sempat merasa iri kepada orang-orang yang mendapatkan hasil baik dengan kecurangan. Walau demikian, Tuhan mengingatkan saya bahwa hasil dari penilaian harian bukanlah yang terpenting, melainkan proses pembelajaran itu sendirilah yang penting bagi saya. Terlebih saya diingatkan untuk tidak bersandar pada kekuatan saya sendiri maupun mengandalkan kekuatan manusia, melainkan berserah kepada Tuhan Yang Mahakuasa.


Seusai semester pertama dari kelas 12, mulailah saatnya bagi saya untuk memutuskan perguruan tinggi yang akan saya kejar. Saat saya mempertimbangkan apa yang saya inginkan di masa depan, saya menemukan bahwa saya ingin menjadi seseorang yang berdampak bagi lingkungan saya. Saya juga ingin menjadi sumber pertolongan bagi orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Terlebih saya ingin menjadi berkat di manapun saya berada. Di masa inilah saya memutuskan bahwa saya ingin melanjutkan pendidikan untuk menjadi seorang dokter kelak. Selain karena keinginan dan cita-cita saya untuk menjadi berkat, saya juga sangat menyukai biologi, khususnya mengenai tubuh manusia, serta kimia, khususnya kimia organik.


Saya tahu bahwa FKUI adalah fakultas kedokteran terbaik di Indonesia, sehingga saya sangat ingin belajar mengenai ilmu kedokteran di FKUI. Mulailah saya melakukan konsultasi dengan guru Bimbingan Konseling di sekolah saya mengenai jalur untuk bisa masuk ke FKUI. Saat pendaftaran SNMPTN sudah dibuka, saya segera mendaftarkan program studi Pendidikan Dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai pilihan pertama saya.


Awalnya saya merasa cukup yakin diterima melalui SNMPTN, karena saya adalah siswa peringkat keempat di angkatan saya yang mendaftar SNMPTN, serta siswa lain yang memiliki peringkat lebih tinggi dari saya tidak ada yang mendaftarkan diri ke FKUI juga. Selain itu, sekolah saya juga berada pada peringkat kelima dalam database LTMPT, sehingga seharusnya tidak sulit untuk bisa diterima dari sekolah saya ke perguruan tinggi negeri. Saya berpikir kalaupun saya tidak diterima di pilihan pertama saya, setidaknya bisa diterima di pilihan kedua. Selama menunggu pengumuman hasil SNMPTN, tidak lupa saya berdoa dan beribadah, meminta agar saya bisa diterima di FKUI. Walau demikian, Tuhan punya rencana yang berbeda, sehingga ketika saya membuka pengumuman SNMPTN, hasil yang saya terima adalah bahwa saya tidak lolos melalui jalur SNMPTN. Menyikapi hasil tersebut, saya tetap bersyukur dan optimis bahwa Tuhan pasti punya rencana yang lebih indah bagi kehidupan saya.


Setelah itu, mulailah saya mempersiapkan diri untuk menghadapi UTBK-SBMPTN. Saya mengikuti bimbingan belajar kelas super intensif selama satu bulan di BTA8 Jakarta. Saya mengejar materi dan ketertinggalan saya, serta terus berlatih soal dan melakukan try out secara rutin. Setelah segala persiapan dilalui, tibalah hari pelaksanaan UTBK. Saya melaksanakan UTBK di pusat UTBK Institut Teknologi Bandung kampus Ganesha. Walaupun saya merasa belum sepenuhnya siap untuk menghadapi UTBK, saya memberanikan diri untuk menghadapi soal-soal UTBK dengan dibekali pengetahuan dan doa. Puji Tuhan, pada tanggal 23 Juni 2022 saya bisa membuka hasil UTBK-SBMPTN dan membaca bahwa saya diterima masuk program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Dengan diterimanya saya di Fakultas Kedokteran UI, maka dimulailah halaman baru dari kehidupan saya. Selama 18 tahun saya tinggal di Bandung bersama-sama dengan keluarga saya, dan sekarang saya harus pergi untuk tinggal sendiri di Depok. Walau memang Depok dan Bandung tidak begitu jauh, mengingat banyak teman saya di FKUI2022 yang merantau dari daerah-daerah yang jauh bahkan dari luar Pulau Jawa, tapi menghadapi keharusan hidup mandiri beserta segala tanggung jawab yang harus saya hadapi, sejujurnya saya sempat merasa takut dan khawatir. Selain itu, selama ini saya bisa berbicara, makan bersama, dan melakukan banyak hal lainnya bersama-sama dengan ayah, ibu, dan adik-adik saya, tetapi sekarang sulit untuk bisa berhubungan secara langsung dengan mereka. Walau demikian, saya mau berkomitmen untuk belajar menjadi lebih mandiri dan lebih tangguh menghadapi kehidupan saya di FKUI ke depannya.


Saya berharap bahwa selama saya berada di FKUI saya bisa menjadi mahasiswa yang berprestasi baik dalam aspek akademik maupun nonakademik, aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, kepanitiaan, dan terlebih bisa menjadi berkat bagi semua orang di sekitar saya. Saya juga berharap saya bisa semakin akrab dengan teman-teman dari angkatan FKUI2022 Brilian! Harapan saya, angkatan kami ini bisa menyatukan tujuan dan terus menjadi yang terdepan.


Selama berkuliah di FKUI rencananya saya ingin belajar dengan giat agar bisa mendapatkan IPK yang tinggi. Selain itu saya juga ingin mengikuti beberapa organisasi atau Unit Kerja Mahasiswa, serta berbagai perlombaan dan kompetisi. Program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka juga menjadi suatu pilihan yang menarik bagi saya, khususnya mengenai program pertukaran pelajar dan riset/penelitian. Selain itu, jika memungkinkan, saya ingin mengambil program magister di FKUI sembari melaksanakan ko-asistensi, sehingga apabila saya lulus dan kelak menjadi dokter, harapannya saya bisa segera lulus magister juga, sehingga memenuhi salah satu kualifikasi untuk menjadi seorang dosen menurut SPPDI tahun 2019, yakni telah menjalani pendidikan minimal S2 atau spesialis. Secara jangka panjang, saya ingin menjadi seorang dokter spesialis, dan harapannya saya bisa mencari dan mendapatkan beasiswa untuk mengambil pendidikan dokter spesialis di luar negeri. Selain itu, apabila memungkinkan, saya memiliki cita-cita untuk bisa melakukan praktik dokter di tempat-tempat terpencil yang sulit mendapatkan akses bantuan medis, serta melakukan pendidikan mengenai kesehatan bagi mereka.


Saya berharap keberadaan saya di tengah-tengah masyarakat bisa menjadi pertolongan dan berkat bagi mereka, khususnya jika kelak saya bisa melakukan praktik dokter di daerah pelosok, saya berharap dengan adanya saya di sana, maka masyarakat mendapatkan bantuan dan hiburan dalam menghadapi berbagai permasalahan medis yang mungkin mereka alami. Saya juga berharap agar saya bisa terus mengedukasi masyarakat mengenai cara menjaga kesehatan dimulai dari sekarang agar masyarakat di sekitar saya bisa memiliki kesadaran menjaga kesehatan yang tinggi.


Akhir kata, untuk bisa masuk menjadi seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, salah satu fakultas kedokteran terbaik di Indonesia dengan sejarahnya yang amat panjang dan berdampak, tentu diperlukan serangkaian proses dan perjuangan yang mungkin, tanpa disadari, sudah dimulai sejak kecil. Oleh karena itu, pesan saya untuk adik-adik kelas saya yang ingin masuk ke FKUI adalah belajarlah dan berjuanglah tanpa patah semangat dan andalkanlah Tuhan dalam setiap langkah.


 
 
 

Recent Posts

See All

Comments


Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page