top of page

Narasi Perjuangan - Jonathan Surya Widi Setiawan

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 14, 2022
  • 12 min read

Halo semuanya! Perkenalkan nama saya Jonathan Surya Widi Setiawan, biasa dipanggil Jo/ Jojo. Saya berasal dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kota Bogor, provinsi Jawa Barat. Puji Tuhan, tahun ini saya diberikan kesempatan untuk diterima menjadi salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia (FKUI) angkatan tahun 2022, program studi pendidikan dokter kelas reguler. Saya masuk ke FKUI melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), atau yang lebih familiar dikenal oleh banyak orang dengan nama jalur masuk “undangan”. Banyak yang menganggap bahwa jalur masuk SNMPTN itu untung-untungan, hoki-hokian, atau bahkan ada yang frontal menyebutnya sebagai gambling. Nyatanya, jalur SNMPTN tidak seremeh itu dan tidak serendah itu. Memang banyak faktor kelulusan/penerimaan yang kurang dimengerti dengan baik, karena memang rubrik penilaian SNMPTN tidak pernah diberi tahu secara terang-terangan. Namun ada hal seperti: kemampuan memproyeksi masa depan berbasis rasionalitas, kecermatan melihat situasi, kecakapan menentukan valuasi diri, kepiawaian mengatur strategi, dan persiapan diri secara holistis adalah beberapa variabel yang masih berada dalam area kontrol pribadi sehingga dapat dioptimalkan semaksimal mungkin untuk dapat meningkatkan kemungkinan diterima.


Perlu persiapan dan rencana yang matang untuk saya dapat sampai ke tahap yang sekarang ini. Ini FKUI, bukan sembarang fakultas kedokteran (FK). Saya yakin sebagian besar dari kita sudah tidak asing lagi dengan FKUI. Dari banyak sumber, melalui selancar dunia maya, pembicaraan orang, dan representasi alumni nya, saya telah jatuh hati pada kualitas yang ditawarkan oleh FKUI. FKUI adalah fakultas kedokteran tertua dan terbaik di Indonesia saat ini. Lewat sejarahnya yang panjang, sudah barang tentu FKUI memiliki segudang pengalaman dan kontribusi besar bagi dunia kesehatan di bumi Nusantara. Kiprahnya di kancah nasional bahkan internasional sudah tidak perlu diragukan lagi. FKUI memang sejak dahulu didesain untuk menjadi pusat pendidikan dan pelayanan kesehatan nasional. Karena valuasinya tersebut, ribuan putra-putri terbaik dari seluruh pelosok Nusantara berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk dapat masuk FKUI. Hal ini menjadikan FKUI memiliki threshold/ambang batas kelulusan seleksi masuk yang sangat tinggi.


Perjalanan saya untuk menjadi Maba FKUI 2022 dimulai sedari saya duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Saya mulai mengerucutkan pilihan cita-cita saya menjelang akhir masa SD. Saya mendapatkan banyak insight mengenai profesi dokter saat ada program peningkatan motivasi belajar yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan tingkat II di daerah tempat saya bersekolah. Pada program peningkatan motivasi belajar tersebut, sekolah saya kedatangan orang-orang dengan beragam profesi yang membagikan pengalaman mereka di dalam dunia kerja. Berbagai macam profesi hadir saat itu, termasuk juga profesi dokter. Dokter yang hadir saat itu membagikan pengalamannya saat melakukan pengabdian bagi masyarakat di daerah terpencil. Beliau banyak bercerita mengenai fokus program pengabdiannya untuk menyehatkan ibu dan anak di daerah tersebut. Melalui pengalaman yang dibagikan dokter tersebut, saya mulai tergerak hatinya untuk menjadi dokter. Agaknya jika ditanya mau jadi apa kelak, jawaban saya akan lebih banyak menyebutkan mau menjadi dokter pada saat itu.


Lulus dari SD, saya melanjutkan studi di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat mulai masuk SMP, saya sudah lebih terbayangkan rencana kedepannya saya mau menjadi apa. Waktu itu, saya banyak melihat berbagai film dokumenter yang menampilkan kisah pengabdian dokter-dokter di daerah terpencil. Saya mulai memantapkan hati untuk melanjutkan studi saya ke FK. Waktu itu saya mulai membuka komunikasi dengan kedua orang tua dan mulai mendiskusikan terkait rencana studi saya. Saya mencari tahu berbagai informasi mengenai FK, baik mengenai jalur masuk, apa saja yang perlu dipersiapkan, apa saja yang akan dipelajari selama berkuliah, dan seperti apa lini masa kuliah di FK. Dan saat itu saya sangat mempertimbangkan FKUI sebagai pilihan pertama saya dalam rencana studi. Setelah dikomunikasikan kepada kedua orang tua, mereka sangat mendukung rencana studi saya. Di dalam rencana studi, saya menetapkan target untuk dapat masuk FKUI sebisa mungkin melalui jalur nontes sehingga dapat meminimalisir pengeluaran biaya. Sejak saat itu saya membulatkan tekad untuk masuk FKUI. Untuk dapat ke sana, saya harus cermat memilih pijakan dalam setiap fase studi yang saya jalani. Sehingga untuk rencana studi pasca-SMP, saya memilih untuk melanjutkannya di SMA yang memang memiliki kemampuan memberikan pengalaman belajar di luar yang biasanya. Yang terpikirkan saat itu adalah saya harus melanjutkan SMA di kota, bukan di kabupaten seperti tempat asal SMP saya.


Di SMP, saya berusaha sebanyak mungkin mengumpulkan pengalaman belajar baik dari dalam sekolah maupun luar sekolah untuk mendukung perkembangan kemampuan akademik saya. Jika saya hanya terus melihat standar belajar teman satu sekolah, maka akan sulit bagi saya nantinya jika harus bersaing dengan siswa-siswa di luar sekolah. Karena saat itu untuk seorang siswa SMP di kabupaten masih sangat sulit untuk bisa tembus ke SMA di kota. Apalagi KK (Kartu Keluarga) saya adalah KK DKI Jakarta dan PPDB SMA Jawa Barat saat jadwal saya mencari SMA masih sangat memprioritaskan penerimaan melalui jalur zonasi. Maka dari itu, satu-satunya jalan bagi saya untuk bisa masuk ke SMA di kota adalah melalui jalur prestasi. Waktu itu pilihan yang terbuka bagi saya adalah mencari pengalaman lomba di bidang matematika atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Karena mempertimbangkan tingkat kesulitan perlombaan matematika di jenjang SMP, maka saya memilih mencari pengalaman lomba di bidang IPA. Namun pada titik ini, Tuhan memiliki rencana lain bagi saya. Di saat inilah saya merasa gagal dan down sebab saya gagal lolos seleksi 2 tahun berturut-turut Olimpiade Siswa Nasional (OSN) IPA SMP tingkat kabupaten. Padahal saya sangat mengharapkan bisa menambahkan bukti kejuaran di OSN sebagai bahan pertimbangan agar saya dapat diterima Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) melalui jalur prestasi.


Maka sejak saat itu, saya mulai menyusun ulang strategi saya untuk dapat membidik tepat sasaran SMAN 1 Bogor sebagai bagian dari rencana besar saya untuk dapat masuk FKUI. Saya sempat berkonsultasi dengan wali kelas dan kedua orang tua saya mengenai hal ini. Awalnya, saya tidak tahu jika pada program PPDB dominan zonasi masih bisa menggunakan murni nilai ujian nasional (UN) untuk masuk. Namun wali kelas saya dan guru BK saya memberi tahu bahwa saya bisa mendaftar PPDB melalui jalur prestasi UN. Pada akhirnya saya mendapatkan arahan untuk mencoba jalur masuk nilai UN. Fokus rencana saya mulai menjadi meraih nilai UN setinggi mungkin. Satu tahun yang tersisa di SMP saya habiskan untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi UN. Karena satu dan lain hal, saya tidak memakai jasa bimbingan belajar untuk membantu saya dalam persiapan UN. Oleh sebab itu, saya memaksimalkan mungkin kegiatan belajar di sekolah dan buku-buku yang diberikan sekolah untuk saya pergunakan mengeksplor materi dan berlatih soal. Waktu terus berjalan dan hari UN pun tidak terasa telah tiba. Saya merasa soal yang diujikan tidak terlalu jauh dengan apa yang selama ini telah saya pelajari, dan puji Tuhan nilai yang keluar cukup memuaskan. Dengan modal nilai UN tetsebut, saya mendaftar PPDB. Penantian panjang selama 3 tahun di SMP berbuah manis, jerih lelah dan kerja keras saya terbayarkan saat saya diterima di SMAN 1 Bogor.


Perjuangan yang sebenarnya untuk masuk FKUI baru saja dimulai. Tinggal selangkah lagi dalam rencana saya menuju FKUI. Sedini mungkin sejak memulai masa SMA saya telah menentukan langkah demi langkah yang akan saya ambil dalam rencana studi saya di fase yang baru ini. Saya telah mengetahui bahwa ada berbagai jalur masuk ke perguruan tinggi yang dapat diikuti. Jalur SNMPTN adalah tujuan utama saya, tanpa tes, cukup memasukan nilai rapor, tanpa uang pangkal, namun memang perlu persiapan yang paling lama dan perlu perjuangan yang resilient selama menempuh 5 semester pertama di SMA. Jalur SNMPTN pun menjadi tujuan utama saya. Perlu kelinearan mutlak antara kelas program di SMA dengan kluster keilmuan jurusan perguruan tinggi yang akan dituju. Jika saya ingin masuk FKUI, maka saya harus masuk dulu ke program MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam). Setelah melakukan pengisian lembar kuesioner peminatan, psikotes, dan tes kemampuan akademik, saya akhirnya mendapatkan penempatan di kelas program MIPA.


Saya telah berhasil masuk program MIPA, maka langkah selanjutnya adalah tinggal belajar yang baik dan cari hal-hal yang sekiranya dapat mendukung saya untuk memaksimalkan kemungkinan saya lolos di jalur SNMPTN. Saat itu saya mendapatkan informasi dari kakak kelas dan teman bahwa sertifikat perlombaan yang penyelenggaranya kredibel dapat menjadi poin tambahan saat di SNMPTN nanti. Yang terbersit dalam pikiran saya saat itu adalah karena tujuan saya adalah kedokteran, maka saya akan sangat diuntungkan jika ikut perlombaan yang berbau biologi. Hitung-hitung balas dendam pengalaman pahit lomba sewaktu SMP, sekaligus mencoba merasakan sendiri materi di FK itu akan seperti apa sebab pastinya ilmu biologi sangat erat kaitannya dengan dunia kedokteran. Karena itulah saya memantapkan pilihan untuk ikut Kompetisi Sains Nasional (KSN) bidang biologi.


Awal mulai belajar di SMA saya banyak merasa takut sebab saya benar-benar bertemu dengan orang yang sama sekali belum saya kenal serta saya masih meraba atmosfer akademik di SMA. Banyak bayang-bayang perasaan tidak mampu bersaing dengan yang lainnya dan tidak mampu melakukan adaptasi dengan baik adalah hal yang kerap datang di pikiran dan menggoyangkan semangat saya. Namun saya beruntung mendapatkan kelas yang sangat suportif dan pengertian satu sama lain. Berkat mereka juga saya mampu melakukan adaptasi kehidupan SMA dengan baik dan dapat terus memiliki semangat belajar.


Setelah mulai memahami situasi dan kondisi belajar di SMA, saya kembali melanjutkan usaha pencarian pengalaman lomba. Waktu itu ada perkumpulan di SMA yang mewadahi siswa-siswa yang ingin mengikuti olimpiade, di dalamnya juga diselenggarakan seleksi sekolah untuk mengirim kontingen terbaik yang akan bertanding di tingkat kota. Tentu saja pada saat itu saya langsung tertarik bergabung ke dalamnya. Waktu itu saya belum mengetahui bahwa seleksi yang dilakukan menggabungkan angkatan saya dan kakak kelas tepat di atas saya. Lemes rasanya saat mengetahui bahwa seleksi yang dilakukan adalah digabung. Bersaing dengan teman seangkatan saja belum tentu berhasil, apalagi ini dengan angkatan atas yang notabene pasti telah memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan terkait bidang yang diperlombakan. Namun tekad saya untuk mencari pengalaman melalui lomba sebanyak mungkin mengalahkan pandangan saya tersebut. Disitu saya termotivasi untuk mengejar ketertinggalan dengan kakak kelas. Saya mulai membaca materi-materi biologi yang biasa keluar dan sering ditanyakan di KSN. Menjadi tantangan tersendiri bagi saya dimana saya harus membagi waktu antara belajar reguler dengan belajar untuk lomba. Namun apa yang saya lakukan ini tidaklah sia-sia. Puji Tuhan, saya bisa lolos seleksi sekolah dan berkesempatan lanjut ke tingkat kota.


Siapa menyangka, di tengah perjalanan kelas 10 pandemi Covid-19 datang merebak. Semua aktivitas belajar mengajar yang dilakukan di sekolah kini harus dilakukan dari rumah. Interaksi dengan guru menjadi sangat terbatas sehingga saya dituntut untuk mencari, membaca, dan memahami materi sendiri. Walaupun pada awal pandemi belum terlalu intens kegiatan belajar mengajar daringnya kerena guru-guru juga beradaptasi, tetapi guru hanya memberikan tugas dan asesmen. Memastikan bahwa murid-muridnya paham akan materi yang sedang disampaikan bukanlah konsentrasi utama guru. Sehingga beban belajar kini menjadi lebih berat. Namun di satu sisi, pandemi Covid-19 memberikan lebih banyak waktu dan kesempatan untuk saya dapat mengeksplor materi-materi olimpiade. Dan pada akhirnya, saya dapat berhasil sampai ke tahap tingkat nasional.


Saat menjalani persiapan bertanding di tingkat nasional, saya tengah berada di kelas 11 awal. Pembelajaran sekolah secara daring saat itu semakin intens dan ada kegiatan regenerasi ekstrakurikuler yang saya ikuti. Tantangan tersendiri bagi saya untuk dapat membagi waktu dengan baik agar tetap bisa mengikuti pembelajaran di kelas dengan baik namun tetap dapat juga mempersiapkan diri untuk menghadapi seleksi tingkat nasional. Apalagi saat itu saya banyak mendapatkan dispensasi untuk tidak mengikuti kelas pembelajaran jarak jauh (PJJ), waktu saya untuk belajar memahami pelajaran di kelas pun menjadi semakin terbatas. Namun saya harus tetap mengerjakan tugas dan asesmen yang diberikan dengan baik agar nilai rapor saya tetap terjaga dengan baik progres nya. Tidak terasa akhirnya saya tiba pada hari pelaksanaan seleksi tingkat nasional, saya mengerjakan seleksi yang ada semampu yang saya bisa karena memang soalnya sangat sulit. Hari pengumuman pun tiba, dan ternyata saya tidak berhasil mendapatkan medali. Jujur di saat itu saya kembali merasa down dan sedih. Tapi saya tahu saya tidak boleh berlarut-larut dan harus kembali bangkit, sebab saya harus mengejar ketertinggalan materi di kelas akibat saya yang sering mendapatkan dispensasi.


Selama di kelas 11, saya berusaha mungkin untuk belajar dengan baik agar mendapatkan nilai yang bagus sehingga dapat mendukung saya untuk bisa masuk ke FKUI. Di semester 3 penghujung, saya mendapatkan kesempatan untuk kembali mencoba mengikuti KSN bidang biologi. Dengan hasil evaluasi diri yang saya lakukan, kali ini saya akan lebih banyak melakukan latihan soal ketimbang membaca materi. Kesempatan ini dapat saya manfaatkan untuk mendapatkan pengalaman lomba lebih sekaligus mengumpulkan sertifikat untuk mendaftar diri melalui SNMPTN. Akhirnya perjalanan panjang saya selama kurang lebih 4 semester mengikuti rangkaian KSN akhirnya membuahkan hasil. Akhirnya pada KSN tahun 2021 lalu, saya berhasil membawa pulang medali perunggu. Hitung-hitung saya bisa melampiaskan kekecewaan saya pada hasil yang saya peroleh di tingkat nasional setahun yang lalu. Saat itu saya sudah berada di kelas 12 awal.


Euforia KSN tidak lama. Ada sesuatu yang harus saya kembali kejar. Mengikuti KSN atau lomba-lomba yang lainnya memang dapat memberikan kita pengalaman yang luar biasa dan mampu menspesifikan kemahiran kita terhadap bidang ilmu yang kita minati. Namun di sisi lain, mengikuti perlombaan membuat saya harus mengambil banyak waktu belajar materi di kelas. Walaupun tidak bisa mengikuti pelatnas akibat satu dan lain hal, namun saya bersyukur karena saya diberikan waktu oleh Tuhan lebih banyak untuk mengejar ketertinggalan materi. Mengingat saat itu posisi saya sudah kelas 12 dan saya sudah tidak punya banyak waktu yang tersisa di semester 5. Serta saat itu karena satu dan lain hal, terutama pula terkait dengan kondisi ekonomi keluarga saya, saya tidak mengikuti bimbingan belajar apapun. Otomatis saya benar-benar harus memaksimalkan pembelajaran yang diberikan oleh sekolah di samping tentunya harus mem-follow up sendiri perkembangan pemahaman materi.


Akhirnya tiba juga di fase yang paling ditunggu-tunggu sekaligus paling menakutkan. Awal semester 6. Pemberitahuan eligible SNMPTN, proses pendaftaran SNMPTN, dan pengumuman SNMPTN. Dari tahun ke tahun untuk jalur penerimaan SNMPTN FKUI dari sekolah saya hanya menerima 1 orang saja. Maka dari itu mau tidak mau saya harus mengamankan posisi terbaik di pe-ranking-an paralel sekolah agar bisa menang persaingan terlebih dahulu di tingkat sekolah. Ada perasaan pesimis yang datang, tidak yakin bahwa diri saya mampu mengamankan posisi tersebut. Maka dari itu, saya sempat menyusun ulang rencana saya. Beberapa pilihan pindah universitas atau bahkan pindah prodi sempat terpikirkan oleh saya sebagai alternatif rencana bila seandainya memang saya tidak berada di posisi aman untuk memilih FKUI di SNMPTN atau bahkan tidak berkesempatan untuk mendaftar SNMPTN. Sambil itu juga, saya mempersiapkan kemungkinan terburuknya jika harus mengikuti UTBK. Saya telah membeli buku-buku latihan soal dan buku-buku materi UTBK untuk menunjang autodidak persiapan UTBK yang saya lakukan.


Puji Tuhan, ternyata saya diperbolehkan mengikuti SNMPTN dan yang menggembirakannya lagi saya juga berhasil mengamankan posisi untuk bisa mendaftar ke FKUI. Ada kegembiraan dan rasa syukur tersendiri bisa berkesempatan ada di poin ini. Satu langkah lagi lebih dekat dengan FKUI yang sekarang benar-benar sudah di depan pandangan. Ketika waktu untuk mengisi pilihan prodi tiba, dengan berbagai macam pertimbangan dan diskusi dengan kedua orang tua saya, saya akhirnya hanya mengisi satu pilihan yakni hanya FKUI. Secepatnya saya melakukan finalisasi untuk mencegah eror dan kendala server down. Bukti pendaftaran pun saya berikan kepada orang tua saya dan guru BK saya untuk kepentingan arsip. Setelahnya saya tinggal menunggu jadwal pengumuman sambil memperbanyak doa.


Setelah daftar SNMPTN, masih ada yang harus dilakukan. Ujian sekolah yang menjadi penentu kelulusan di SMA tinggal menghitung hari. Ujian sekolah praktek dan teori memakan waktu kurang lebih 1 bulan, dan hari terakhir ujian sekolah adalah hari pengumuman SNMPTN. Saya harus fokus dalam mengikuti ujian sekolah dan ini membuat perhatian saya teralihkan dari SNMPTN, sehingga tidak terasa saya sudah tiba di hari pengumuman. Waktu mendekati jam pengumuman, saya tertidur dan saat bangun dan melihat jam dinding ternyata sudah jam 3 sore lewat. Kaget, panik, takut karena sudah waktu pengumuman. Dari kamar tanpa mempedulikan apapun saya langsung pergi ke meja belajar saya. Cepat-cepat saya membuka laptop dan masuk ke laman pengumuman. Sebelum memasukan nomor pendaftaran dan tanggal lahir, saya terlebih dahulu berdoa menyerahkan hasilnya kepada Tuhan. Tanpa disangka saat hendak mengecek jam melalui handphone, ternyata ada pesan whatsapp dari ayah saya yang menunjukkan tangkapan layar pengumuman SNMPTN yang menyatakan saya diterima di FKUI. Sontak saya kaget dan merasa tidak percaya saya mendapatkan banner warna biru dari laman pengumuman SNMPTN, saya langsung memasukan nomor pendaftaran dan tanggal lahir untuk membuka hasil pengumuman. Dan ternyata benar, saya diterima di FKUI. Saya langsung menelpon ayah saya dan kemudian setelahnya ibu saya, yang saat itu keduanya sedang tidak ada di rumah, untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas dukungan dan doa yang selama ini telah diberikan. Saya menangis haru. Sungguh perjuangan panjang yang sangat melelahkan terbayar lunas oleh sebuah tampilan layar yang menyatakan saya lolos SNMPTN di FKUI.


Titik ini barulah sebuah permulaan bagi saya untuk melakukan kembali perjalanan panjang menuju sumpah dokter saya. Dunia perkuliahan menanti saya dengan segala ke-hectic-kannya. Setelah masuk di FKUI, saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi untuk mendukung saya menjadi dokter yang hebat. Perubahan diri menjadi pribadi yang lebih tangguh, lebih berwawasan luas, dan memiliki kemampuan manajemen diri yang lebih baik lagi melalui penerapan nilai-nilai UI dan nilai-nilai luhur seorang dokter. Harapan saya kedepannya, saya dapat melakukan adaptasi dengan baik di dunia perkuliahan ini dan dapat belajar dengan sungguh-sungguh mempersiapkan diri saya untuk dapat menjadi dokter yang benar-benar dibutuhkan saat ini. Bukan hanya yang sekadar menjadi dokter tanpa kemampuan yang mendukung, namun saya berharap dapat menjadi dokter yang profesional dalam pelayanan, humanis, dan dapat turut serta membangun negeri lewat pengabdian dan penelitian di tengah masyarakat.


Rencana saya kedepannya setelah diterima di FKUI untuk jangka pendek adalah mendapatkan IP (Indeks Prestasi) setinggi-tingginya, tidak mengulang modul, dapat lulus sarjana tepat waktu, dan memperluas relasi. Hal itu dapat dicapai dengan cara mencari pengalaman belajar sebanyak mungkin dan membuka diri untuk mencari kawan seluas mungkin. Memaksimalkan kegiatan pembelajaran yang ada dan aktif menambah wawasan dengan membaca juga dapat dilakukan. Untuk rencana jangka panjangnya adalah saya dapat lulus pendidikan profesi tepat waktu dengan hasil yang semaksimal mungkin, dapat langsung memulai praktek, berkesempatan melanjutkan studi profesi menjadi seorang spesialis anak serta berkesempatan melanjutkan studi keilmuan ke luar negeri dengan pendanaan beasiswa. Saya tertarik untuk memperdalam biomolekuler kedokteran, bidang ilmu yang mempelajari detail-detail kecil yang menjadi dasar bagi sistem organisasi tubuh manusia. Saya pikir jika berfokus pada hal-hal dasar, detail, dan kecil kita dapat membongkar banyak titik buta untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan dengan skala yang lebih besar. Dengan dasar ilmu biomolekuler harapannya saya dapat membuat riset mendalam untuk mencoba mengatasi tren permasalahan kesehatan saat ini, seperti mempelajari perilaku kanker dan mencari cara mengobatinya, mempelajari imunologi manusia (khususnya pada anak) untuk mencari cara terbaik mengatasi penyakit infeksius, serta mempelajari metabolisme tubuh dengan baik untuk mencari cara mengatasi gizi buruk pada anak. Saya berharap kesemuanya itu dapat saya lakukan untuk mendukung kemajuan bidang kesehatan di Indonesia dan membantu menaikkan kualitas generasi muda bangsa.


Bagi adik kelas saya yang saat ini tengah berjuang menggapai cita-cita, tetap semangat dan jangan mudah berputus asa. Pergunakan setiap kesempatan untuk membangun kualitas diri dan jejaring pertemanan. Tahu kapan harus belajar, kapan harus berelasi, kapan harus bersenang-senang, dan kapan harus beristirahat. Yakinlah dengan masa depan yang kalian citakan. Apapun mimpi yang diimpikan, janganlah ragu untuk terus memperjuangkannya. Semangat semua!


 
 
 

Recent Posts

See All

Comments


Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page