Narasi Perjuangan - Jennyfer Febrina Widjaya
- FKUI 2022
- Aug 14, 2022
- 8 min read
Kerja Keras, Kegagalan, dan Semangat Perjuangan
Pada tanggal 18 Februari 2004, di RS Honoris Tangerang, saya dilahirkan dengan nama lengkap Jennyfer Febrina Widjaya. Sejak kecil hingga sekarang, nama panggilan Jenny atau Jen selalu melekat kepada diri saya. Saya sendiri berasal dari SMAN 2 Tangerang sebelum memasuki FKUI program reguler melalui jalur SBMPTN.
Sebelum berhasil masuk ke FKUI hingga sekarang, saya memiliki beberapa pandangan tentang FKUI. Salah satunya adalah FKUI merupakan fakultas kedokteran terbaik di Indonesia. Dengan banyaknya pengalaman yang telah dimiliki sebagai fakultas kedokteran tertua di Indonesia, saya percaya bahwa FKUI dapat membimbing semua mahasiswanya untuk menjadi dokter-dokter yang tangguh dan kompeten. Banyaknya fasilitas yang memadai juga sangat menunjang program studi yang akan dilaksanakan di FKUI. Selain itu, biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan program studi kedokteran di FKUI masih terbilang sangat murah dibandingkan dengan PTN-PTN lainnya dan tentunya FK PTS di Indonesia. Tak kalah penting dari kedua hal itu, proses seleksi yang sangat ketat untuk memasuki FKUI membuktikan bahwa hanya putra-putri terbaik bangsa yang berkesempatan untuk berkuliah di sana. Terbaik di antara yang terbaik, saya percaya bahwa FKUI adalah tempat yang sempurna bagi para calon dokter untuk mengembangkan segala kemampuan yang mereka miliki.
Pandangan-pandangan tersebut lah yang akhirnya menjadi akar dari motivasi saya untuk memperjuangkan FKUI sebagai pilihan utama saya. Terlepas dari semua pandangan tersebut, pengalaman mengikuti lomba NMGBC 2019 saat saya berada di bangku kelas 11 menjadi faktor utama penentuan pilihan saya. NMGBC yang ketika itu masih dilaksanakan secara luring memberikan kesempatan bagi saya untuk melihat secara langsung suasana dan fasilitas-fasilitas yang akan saya temui semisal saya berhasil masuk dan menjadi bagian dari keluarga besar FKUI. Saya jatuh hati dengan FKUI sejak lomba itu dilaksanakan. Selain itu, restu kedua orang tua dan keluarga yang hanya memperbolehkan saya untuk memasuki FK PTN di Pulau Jawa membuat saya semakin yakin untuk memperjuangkan FKUI yang merupakan fakultas kedokteran terdekat dengan rumah saya. Masalah biaya pendidikan juga menjadi faktor utama lainnya. Walaupun keluarga saya masih berkecukupan dan terbilang beruntung dalam masalah finansial, biaya pendidikan di FK PTS di luar kemampuan keluarga saya. Masuk FK PTN adalah satu-satunya peluang yang saya punya untuk mewujudkan mimpi saya menjadi dokter. Berbekal semua hal itu, saya pun memantapkan hati untuk memperjuangkan kursi saya di FKUI.
Sebenarnya, perjuangan saya untuk mengejar cita-cita saya menjadi dokter tidak hanya dimulai pada saat SMA. Semenjak kecil pun, saya sendiri sudah tahu bahwa saya ingin menjadi dokter. Masa kecil saya dipenuhi dengan ingatan kunjungan ke rumah sakit karena saya belum memiliki daya tahan tubuh yang baik. Penyakit datang silih berganti. Kunjungan ke RS setiap bulan menjadi hal yang lumrah bagi keluarga kami. Di sana, saya bertemu dengan dokter spesialis anak yang sangat baik kepada saya sehingga saya mulai menyukai profesi dokter.
Setelah saya tumbuh lebih besar dan mulai menjadi lebih sehat, cerita dari nenek saya memantapkan sosok kecil saya untuk memilih menjadi dokter. Sambil mengenang masa mudanya, nenek saya becerita tentang bagaimana kakek saya meninggal dunia karena tidak mendapatkan pertolongan medis pada waktunya karena tidak mampu membayar biaya pengobatan yang diperlukan. Posisi keluarga nenek dan kakek saya yang waktu itu penuh kekurangan justru malah membuat dokter-dokter yang ada pada waktu itu enggan mengobati kakek saya. Padahal, tidak seharusnya ada orang yang tidak mendapatkan pertolongan medis hanya karena masalah biaya. Hati kecil saya tergugah. Pada waktu itu, saya langsung mengetahui bahwa menjadi seorang dokter adalah mimpi saya.
Orang tua dan keluarga saya mendukung mimpi itu. Belum pernah ada dokter yang lahir dari garis keturunan keluarga kami. Walaupun sempat ada periode di mana keluarga saya memiliki cukup uang untuk bersekolah kedokteran, darah etnis Tionghoa yang mengalir kental di keluarga kami malah menjadi penghalang dalam meraih mimpi itu. Kesempatan itu baru datang pada generasi saya, setelah reformasi terjadi dan perlahan-lahan masyarakat menjadi lebih toleran terhadap keberadaan kami.
Menjadi dokter bukanlah perkara mudah. Keluarga dan orang tua saya berkali-kali mengingatkan saya untuk selalu berusaha keras. Meski tidak pernah dituntut untuk mencapai nilai sekian, saya sudah mengerti bahwa saya harus mengupayakan yang terbaik. Selama bersekolah di SD dan SMP Prince’s, saya aktif dalam berbagai lomba dan kegiatan yang diadakan di sekolah. Peringkat saya tidak pernah jauh-jauh dari tiga besar. Menang dan kalah lomba menjadi hal biasa bagi saya. Mengikuti berbagai misi budaya juga menjadi hal lumrah bagi saya. Program sekolah saya waktu itu untuk menyebarkan budaya Indonesia yang melibatkan anak-anak sekolah memberikan saya banyak kesempatan untuk mengikuti study tour dalam program cultural exchange di beberapa negara, seperti Singapura, Malaysia, dan Australia. Berbekal semua hal itu, saya pun berhasil mencapai nilai UN yang cukup memuaskan dan beberapa prestasi sebagai bekal masuk SMA.
Pilihan SMA saya sendiri jatuh kepada SMAN 2 Tangerang karena memiliki cukup banyak alumni yang berhasil masuk ke PTN melalui jalur undangan. Tak hanya itu, saya juga akan meringankan beban orang tua karena saya tidak harus membayar ke sekolah bahkan hingga lulus. Saya kemudian mengupayakan untuk menjaga nilai yang bagus dan kestabilan nilai selama tiga tahun, memberikan kontribusi dalam beberapa organisasi, dan mengikuti berbagai lomba-lomba sehingga saya bisa berkesempatan untuk mengikuti jalur undangan. Walaupun saya pada waktu itu belum mengetahui FK PTN pilihan saya, saya tetap berusaha mengikuti lomba-lomba di bidang akademis yang relevan seperti lomba-lomba biologi yang diselenggarakan oleh berbagai PTN.
Setelah bertemu dengan FKUI melalui NMGBC, pilihan saya mantap. Saya ingin masuk ke FKUI. Memilih FKUI dengan tingkat keketatan yang sangat tinggi membuat saya harus mengevaluasi ulang rencana saya. Saya sendiri mulai mencicil belajar SBMPTN sejak kelas 11 semester 2 sambil tetap menjaga kestabilan nilai dan mengikuti lomba-lomba lainnya. Saat kelas 12 pun, saya juga lebih fokus untuk belajar SBMPTN. Perjuangan saya mulai berbuah ketika saya sendiri mendapat peringkat parallel 2 di SMA saya sehingga saya bisa memilih FKUI sebagai pilihan SNMPTN.
Sayangnya, ketiadaan alumni sejak 6—7 tahun terakhir menjadi batu sandungan yang akhirnya membuat saya gagal di SNMPTN. Saya tidak putus asa, mengingat SNMPTN hanyalah bonus yang saya dapat dari hasil kerja keras saya selama SMA. Saya pun kembali fokus untuk belajar UTBK. Sayangnya, saya juga tidak beruntung. Saya gagal di SBMPTN. Berbekal tekad yang masih tersisa, saya memutuskan untuk mencoba Kembali di berbagai seleksi mandiri yang terbuka. SIMAK UI, CBT UTUL UGM, SPMB UNSOED, SMUB, dan jalur mandiri UNS, semuanya saya coba daftarkan. Hasilnya nihil. Saya tidak diterima di satu pun jalur mandiri. Tanpa cadangan perguruan tinggi swasta, saya pun memutuskan untuk mengambil gapyear demi memperjuangkan mimpi saya menjadi seorang dokter.
Selama gap year, saya pun mengevaluasi kesalahan saya. Akhirnya, saya menemukan bahwa akar dari kesalahan saya berada di fondasi mental yang kurang kuat. Walaupun saya sudah belajar semaksimal mungkin, ada titik-titik keraguan yang muncul di hati saya. Saya ragu dengan kemampuan diri sendiri karena belum ada alumni yang berhasil masuk kembali ke FKUI sehingga saya takut dengan pilihan saya. Saya pun berusaha untuk fokus memulihkan mental saya agar benar-benar yakin dengan kemampuan saya sambil terus belajar untuk UTBK. Selama masa gap year, saya juga akhirnya berkesempatan untuk mengeksplorasi apa saja hal-hal yang sekiranya saya butuhkan agar saya bisa menghadapi kegiatan perkuliahan dengan sebaik-baiknya. Akhirnya, saya mengerti bahwa penolakan-penolakan yang saya terima memang seharusnya terjadi karena saya memang belum siap kuliah pada waktu itu. Bahkan, saya sangat bersyukur bahwa saya masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri saya dalam bentuk masa gap year. Apabila tahun lalu saya langsung masuk FK, saya mungkin tidak dapat menyelesaikan program studi saya.
Setelah melalui proses gap year yang sangat panjang dan melelahkan, saya akhirnya bisa sepenuhnya yakin dengan kemampuan saya dan memilih FKUI sebagai pilihan pertama dan FKUNSOED sebagai pilihan kedua di SBMPTN. Sedia payung sebelum hujan, sebelum pengumuman SBMPTN keluar, saya juga sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti berbagai ujian mandiri lainnya, seperti SIMAK UI dan UTUL UGM. Akhirnya, perjuangan panjang saya berbuah manis. Pucuk dicinta ulam pun tiba, saya lolos di pilihan pertama SBMPTN, yaitu FKUI.
Sebelum pengumuman SBMPTN keluar, saya sendiri sudah berjanji untuk berkomitmen dalam membuat sebuah thread yang berisi tips belajar dan hal-hal yang membantu perjuangan saya apabila saya berhasil menjadi bagian keluarga besar FKUI. Hingga saat esai ini ditulis, thread tersebut masih saya tulis sedikit demi sedikit sambil mengerjakan berbagai tugas mahasiswa baru. Selain itu, saya juga berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam mengatur waktu sehingga tidak terbiasa menunda-nunda pekerjaan yang ada dan berkomitmen untuk lebih tegas lagi dalam menetapkan boundaries diri sendiri agar memiliki ruang untuk melakukan hal-hal yang diinginkan dan tidak didorong oleh rasa tidak enak terhadap orang lain. Setelah diterima di FKUI, saya sendiri akan berkomitmen untuk mematuhi segala peraturan yang berlaku, melaksanakan tanggung jawab akademik dengan sebaik-baiknya, menjadi mahasiswa yang aktif dalam membantu teman-teman seangkatan, dan mengikuti berbagai kegiatan di luar rangkaian perkuliahan yang dapat menjadi pelajaran tambahan bagi perjuangan saya sebagai calon dokter.
Harapan saya untuk beberapa tahun ke depan, saya akan mampu menjadi mahasiswa yang aktif tidak hanya secara akademis tetapi juga di luar akademis dan berprestasi di kedua bidang tersebut. Saya juga berharap saya dapat diberikan kesempatan untuk menerima beasiswa dan mengikuti program pertukaran pelajar ke luar negeri. Selain itu, besar harapan saya untuk meraih gelar minimal cum laude dan lulus di waktu yang tepat. Selain itu, saya juga berharap bisa mengikuti setidaknya satu perlombaan, satu kepanitiaan, dan satu organisasi agar bisa mendapatkan pelajaran-pelajaran baru di luar ruang kuliah. Untuk angkatan saya sendiri, saya berharap bahwa FKUI 2022, Brilian, dapat menjadi angkatan yang penuh dengan kekeluargaan, saling membantu dan menopang satu sama lain, menjadi contoh angkatan yang baik bagi angkatan-angkatan FKUI selanjutnya, dan tetap solid dengan menjaga hubungan baik hingga akhir hayat nanti.
Untuk rencana jangka pendek selama masa preklinik, saya sendiri bertekad untuk menjadi salah satu mahasiswa yang berprestasi di FKUI. Pada tahun pertama, saya akan memfokuskan usaha saya untuk beradaptasi dengan kehidupan perkuliahan mahasiswa kedokteran sambil berusaha untuk mendapatkan beasiswa. Saya juga akan mencari tahu tentang organisasi apa saja yang sejalan dengan nilai-nilai yang saya pegang dan bergabung dengan organisasi tersebut. Selain itu, saya juga akan mencari tahu tentang program exchange yang ada serta berbagai perlombaan kedokteran. Untuk tahun kedua sendiri, saya akan lebih fokus pada bidang akademik dan tetap berusaha untuk mencari beasiswa seandainya upaya saya pada tahun pertama belum berbuah. Saya juga akan lebih aktif dalam berbagai pelombaan, organisasi, dan kepanitiaan. Sementara untuk tahun ketiga sendiri, saya akan lebih fokus untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi tugas akhir. Tergantung pada hasil research saya terhadap program-program pertukaran pelajar yang tersedia, saya mungkin akan mengikuti exchange pada tahun kedua atau ketiga.
Setelah preklinik, rencana jangka panjang saya selama masa klinik dan menjadi dokter adalah dengan menjadi sosok dokter yang bisa memberikan informasi dan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Saya berencana untuk fokus seutuhnya pada masa klinik agar saat menjadi dokter saya dapat menggunakan ilmu yang saya pelajari dengan sebaik-baiknya. Kemudian pada saat internship dan sudah menjadi dokter umum, saya akan memberikan pelayanan terbaik saya pada masyarakat. Saya juga akan mengikuti berbagai kegiatan volunteering sebagai seorang dokter yang akan mengabdi pada masyarakat.
Setelah itu, saya sudah memiliki dua rencana tergantung pada situasi dan kondisi yang dialami. Rencana pertama adalah mengejar pendidikan dokter spesialis pada bidang yang saya minati selama masa klinik. Rencana kedua saya adalah tetap berprofesi sebagai dokter umum, tetapi saya akan mengabdi pada tempat-tempat yang memang membutuhkan bantuan medis. Kemudian, setelah salah satu dari kedua rencana tersebut tercapai, saya akan tetap berusaha melanjutkan jenjang pendidikan saya hingga ke gelar professor atau Ph.D. Dengan demikian, saya akan berkesempatan untuk menjadi salah satu dosen yang bisa memberikan ilmu yang dibutuhkan oleh calon-calon dokter hebat lainnya yang dapat memajukan kesehatan masyarakat Indonesia.
Harapan saya, dengan menjalankan rencana panjang tersebut, akan semakin banyak masyarakat yang teredukasi dengan informasi medis yang tepat dan semakin banyak juga masyarakat Indonesia yang bisa mengakses layanan kesehatan tanpa pandang masalah biaya. Saya berharap saya bisa menjadi salah satu bagian dari gelombang perubahan baik yang akan terjadi pada pelayanan kesehatan masyarakat Indonesia. Saya juga berharap dengan keberadaan saya dan teman-teman sejawat lainnya, terutama teman-teman seangkatan saya di FKUI, masyarakat bisa menghindari informasi-informasi medis yang tidak benar yang bahkan bisa berbahaya apabila dilakukan serta terbiasa untuk mengecek kembali informasi yang diterima. Selain itu, jika di masa depan saya memang berkesempatan untuk menjadi dosen pada bidang kedokteran, saya berharap dapat mengajarkan ilmu-ilmu yang berguna bagi calon-calon dokter di masa depan sehingga mereka dapat berkontribusi kepada kesehatan masyarakat Indonesia. Saya juga berharap bahwa sosok diri saya di masa depan akan menjadi inspirasi bukan hanya bagi calon-calon dokter dan rekan-rekan sejawat saya, tetapi juga bagi masyarakat luas sebagai bentuk kebaikan dan ketulusan hati yang murni.
Terakhir, pesan saya untuk adik-adik yang ingin menjadi bagian dari keluarga besar FKUI, jangan takut untuk mengejar mimpi! Walaupun kamu gagal dan jatuh berkali-kali, percayalah, Tuhan menyimpan sebuah rencana yang jauh lebih indah dari yang kamu bayangkan. Ada hikmah dari setiap perjalanan yang kamu lewati. Tetap semangat dalam mengejar mimpi, ya? Have fun on your learning journey dan sampai jumpa di FKUI!
Comments