Narasi Perjuangan - Fauzan Muhammad Putera Siregar
- FKUI 2022
- Aug 14, 2022
- 9 min read
Mencapai Asa yang Terlihat Mustahil
Dalam kehidupan, banyak hal yang berawal dari sebuah mimpi dan keinginan. Tidak mudah untuk membentuk dan membangun persepsi diri dalam menentukan tujuan.
Saya Fauzan Muhammad Putera Siregar, akrab dipanggil Fauzan, dimana doa kedua orang tua saya tersemat di dalam nama saya. Fauzan, memiliki makna diantaranya keberhasilan dan kejayaan. Muhammad, diambil dari nama Nabi kebangaan umat Islam. Putera, yang berarti anak laki-laki, dan Siregar merupakan marga dari leluhur pihak ayah. Saya menjalani pendidikan di SMA Negeri 35 Jakarta, berada di kawasan Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Melalui jalur undangan Talent Scouting, saya mendapat kesempatan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri yang saya idamkan, yaitu Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Kelas Khusus Internasional. Banyak hal yang ingin disampaikan tentang perjalanan dan perjuangan saya menjadi salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, suatu tempat pendidikan yang menjadi tujuan sebagian besar pelajar. Sebagai bagian dari sejarah pendidikan kedokteran di Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan Fakultas Kedokteran tertua dan salah satu Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia. Banyak kalangan intelektual medis terkenal dan hebat yang telah menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jika ditanya apa pandangan saya terhadap FKUI, Saya pasti akan menjawab bahwa FKUI memiliki keunggulan tersendiri khususnya di dunia kesehatan. Sejak dulu, saya sering membaca melalui media sosial mengenai banyaknya penanganan kesehatan yang berhasil ditangani oleh dokter-dokter lulusan FKUI, satu diantaranya, adalah keberhasilan pemisahan kembar siam dempet kepala pertama yang dilakukan di RSCM. Hal tersebut menimbulkan kekaguman dan menjadi cikal bakal keinginan saya untuk dapat menjalani pendidikan Kedokteran di Universitas Indonesia.
Tumbuh besar di dalam lingkungan keluarga yang sebagian besar menjalani pendidikan kedokteran, menumbuhkan ketertarikan saya terhadap dunia kesehatan sejak kecil. Dimulai dari nenek dan kakek saya yang merupakan guru besar di dunia kedokteran, diikuti keempat anaknya yang mendalami bidang kedokteran. Tanpa saya sadari, ini membentuk sudut pandang saya yang luar biasa terhadap dunia kedokteran, ditambah generasi ketiga dari kakek dan nenek saya yang juga menjalani pendidikan kedokteran. Dari tujuh generasi ketiga (cucu), enam orang diatas saya menjalani pendidikan kedokteran. Saya merupakan cucu ketujuh, dan tiga diatas saya merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran UI. Dimana hal ini menjadi pendorong dan motivasi terbesar dalam hidup saya untuk dapat mengikuti jejak mereka, yaitu menjadi salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Meskipun saya tahu tidak mudah untuk mencapai tujuan tersebut dikarenakan banyaknya pesaing dan seleksi yang ketat, saya tetap yakin bahwa suatu saat nanti impian saya bisa terwujud. Dukungan yang diberikan keluarga tentu juga menambah semangat dan percaya diri saya untuk menggapai impian saya.
“kalau sudah besar kalian semua mau jadi apa nanti?” Saya mau jadi dokter bu! Itulah jawaban yang sering saya dengar ketika saya masih menduduki bangku SD. Banyak teman saya yang mengatakan ingin menjadi dokter, tetapi seiring bertambahnya waktu, satu per satu dari mereka berubah pikiran. Bagaimana dengan saya? Apakah saya juga berubah pikiran seperti mereka? Jawabannya adalah tidak. Seperti yang sudah saya katakan tadi, tumbuh di lingkungan keluarga kedokteran sejak kecil menyebabkan adanya ketertarikan saya terhadap profesi dokter, sehingga saya sungguh-sungguh ingin menjadi dokter sejak kecil. Saat kelas 3 SD, sekolah saya membuat tim dokter kecil yang membuat saya senang sekali karena bisa merasakan apa saja yang dilakukan seorang dokter. Saya pun langsung mendaftarkan diri untuk menjadi salah satu anggota dokter kecil dan betapa bahagianya saya saat tahu bahwa terdapat nama Fauzan di lembar seleksi mengenai murid yang diterima kedalam dokter kecil. Kegiatan dokter kecil ini semakin mendorong keinginan saya untuk menjadi dokter saat sudah besar nanti. Waktu terus berjalan sehingga tidak terasa saya sudah menduduki bangku kelas 6 SD, dan bersiap untuk duduk di bangku SMP.
Ketika saya menduduki bangku SMP, ketertarikan saya terhadap kegiatan ekstrakulikuler basket membuat tidak stabilnya nilai yang saya dapatkan dan keinginan saya menjadi dokter mulai menghilang secara perlahan. Tibalah hari ketika keinginan saya menjadi dokter membara kembali, yaitu hari abang kandung saya berhasil diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur SNMPTN. Melihat ekspresi abang saya, impian yang hampir saya lupakan mulai muncul kembali dan saya berjanji kepada diri saya sendiri kalau suatu saat nanti saya bisa mengikuti jejak abang saya. Sejak hari itu saya mencoba untuk fokus kembali kepada nilai akademik dan mencoba untuk menjauh dari basket demi mengejar cita-cita yang sempat saya lupakan. Hanya satu yang saya pikirkan saat itu, “harus masuk kedalam SMA favorit yang memiliki banyak alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.” Waktu tidak terasa, dan tiba-tiba ujian nasional dan ujian sekolah sudah di depan mata. “Penyesalan selalu datang terlambat” walaupun saya mendapatkan nilai ujian nasional yang tidak jelek, tetapi nilai yang saya dapatkan tidak cukup jika ingin masuk ke SMA favorit.
Duduk di bangku SMA, saya tidak mau mengulangi kesalahan yang pernah saya buat saat SMP. Sejak kelas 10, saya mencoba untuk mengerjakan latihan soal UTBK dan juga SIMAK UI yang terdapat di online, demi mewujudkan impian saya menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pada saat ini juga, sepupu saya berhasil diterima Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur undangan Talent Scouting. Hal tersebut semakin mendorong dan memotivasi saya untuk mengikuti jejak abang dan sepupu saya. Memasuki kelas 10 semester 2, suatu hal yang tidak terduga terjadi. Pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan mengharuskan semua kegiatan dilakukan di rumah, sehingga pembelajaran sekolah harus dilakukan secara daring. Saat itu, saya agak khawatir nilai saya akan turun mengingat banyaknya gangguan yang bisa terjadi ketika pembelajaran secara daring dan kejenuhan yang terjadi dikarenakan tidak bisa bertemu teman-teman saya. Mengingat impian saya yang susah untuk digapai, saya mencoba untuk mencari cara agar saya tidak jenuh dan tetap bisa mempertahankan bahkan meningkatkan nilai akademik. Saya pun mencoba untuk mengadakan zoom bersama teman-teman saya, guna untuk menghilangkan kejenuhan dan membahas materi atau tugas yang baru saja diberikan. Saya juga mulai mencari informasi mengenai Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan mengetahui bahwa ada beberapa jalur yang bisa saya ikuti agar dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pandemi yang saya harapkan cepat berakhir, ternyata masih belum berakhir ketika saya menduduki bangku kelas 11. Saya mencoba untuk mengerjakan lebih banyak latihan soal guna untuk meningkatkan nilai saya. Ketika saya merasa lelah, selalu ada support dari keluarga dan teman-teman yang membuat saya lebih semangat dan mereka selalu mengingatkan bahwa usaha tidak akan menghianati hasil. Ketika saya sedang zoom daring, muncul kabar bahwa sepupu saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur Talent Scouting. Hal itu pun menjadi motivasi terbesar saya untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengingat bahwa ada 3 dari 7 cucu diterima di Universitas Indonesia. Suatu saat, saya pernah mengalami ketakutan dan stres dikarenakan saya merupakan cucu terakhir dan saya baru mengetahui bahwa belum ada yang berhasil masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dari SMA saya. Muncul pikiran “kalau saya tidak diterima di Universitas Indonesia, nanti bagaimana ya?” Tetapi saya mencoba untuk menghilangkan pemikiran tersebut dan tetap yakin bahwa saya akan diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Memasuki kelas 12 semester 1, masa pandemi masih juga belum berakhir. Saat itu, saya berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan nilai ke enam mata pelajaran yang menjadi syarat untuk mendapatkan kesempatan undangan. Saya juga mempersiapkan diri untuk mengikuti tes TOEFL dan mempersiapkan esai, sebagai syarat untuk bisa mendaftar di jalur Talent Scouting. Ketika saya merasa sudah siap, saya pun memberanikan diri untuk mengikuti tes TOEFL, dan Alhamdulillah nilai saya lebih tinggi dari syarat nilai minimal yang sudah ditentukan. Memasuki semester 2, saya mulai ragu dengan pilihan saya, mengingat bahwa belum ada yang berhasil masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dari SMA saya. Hari pengumuman siswa eligible pun tiba, ketika saya melihat ke kertas yang dipajang, terlihat nama saya disitu. Saya sangat bersyukur karena dengan ini kesempatan saya untuk diterima di Universitas Indonesia semakin besar. Hari pendaftaran pun tiba, saya segera mendaftarkan diri di jalur SNMPTN dengan memilih hanya 1 pilihan yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan juga jalur Talent Scouting. Sembari menunggu kabar baik yang saya harapkan datang, saya selalu berdoa kepada Allah SWT agar diberikan jalan yang terbaik bagi saya. Kabar baik pun tiba, saya dihubungi untuk mengikuti tes Minnesota Multiphasic Persinality Inventory (MMPI) dan setelah itu akan melakukan wawancara Multi Mini Interviews (MMI), yang berarti saya lolos di tahap seleksi berkas. Setelah mengikuti tes MMPI, saya selalu berlatih dengan abang saya untuk mengetahui jawaban seperti apa yang diinginkan nanti, semua usulan yang diberikan saya catat dan saya pelajari setiap hari. Tibalah hari wawancara, dan Alhamdulillah saya dapat menjalankan sesi wawancara dengan lancar.
Sembari menunggu hari pengumuman SNMPTN dan Talent Scouting, saya tak ada henti-hentinya selalu berdoa untuk diberikan jalan yang terbaik dan meminta agar perasaan ragu dalam diri saya bisa hilang. Hari pengumuman SNMPTN pun tiba, perasaan gugup, ragu, cemas; semua itu sudah tidak saya rasakan, saya hanya bisa berpasrah dan menerima apapun hasil yang saya dapatkan. Tanggal 29 Maret 2022, setelah salat asar, tepat pada pukul 16.00 WIB, saya pun memberanikan diri untuk membuka pengumuman. Warna merah terlihat di layar saya dan terdapat tulisan “ anda dinyatakan tidak lulus seleksi SNMPTN 2022”. Perasaan kecewa dan sedih sempat muncul dalam diri saya, tetapi ketika mendengar kabar baik yang didapatkan teman-teman saya, muncul perasaan senang dan saya yakin bahwa SNMPTN memang bukan rezeki saya. Selang beberapa hari, tanggal 1 April, tepatnya hari jumat, merupakan hari dimana pengumuman Talent Scouting tiba. Selesai melaksanakan salat jumat, saya pun bergegas jalan kerumah dan duduk di depan layar laptop. Tak henti-hentinya saya selalu membaca doa Nabi Yunus, dengan perasaan yang campur aduk, saya tetap yakin bahwa Allah SWT menyiapkan jalan yang terbaik untuk saya. Jam menunjukan pukul 13.00, dengan tangan yang gemetar, saya mulai memasukan nomor pendaftaran saya secara perlahan. Betapa terkejutnya saya, ketika melihat kalimat “Congratulations, you have been accepted as a prospective new student1 at Universitas Indonesia”. Tanpa pikir panjang, saya langsung sujud syukur dan memberikan berita bahagia ini kepada keluarga saya dan juga pihak sekolah. Hari itu, berbagai ucapan selamat saya dapatkan.
Menjadi mahasiswa FKUI, kesadaran saya untuk memperbaiki sifat-sifat atau kebiasaan buruk yang sering saya lakukan muncul. Sering kali ketika saya mengerjakan tugas, saya tidak bisa fokus, sehingga memakan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan tugas tersebut. Tidak hanya itu, sifat saya yang suka gelisah menyebabkan saya takut untuk mencoba sesuatu yang baru. Dengan diterimanya saya sebagai mahasiswa FKUI, maka akan ada lembaran bab baru di dalam kehidupan saya. Segala usaha, pengorbanan, dan jerih payah yang saya lakukan untuk sampai di titik ini, tidak akan saya sia-siakan. Maka dari itu, saya berkomitmen untuk memperbaiki segala sifat atau kebiasaan yang tidak mencerminkan seorang dokter, dan tidak akan menyerah apapun rintangan yang saya hadapi. Saya akan menunjukan bahwa saya layak dan pantas menjadi bagian dari FKUI.
Banyak harapan yang saya ingin wujudkan pada diri saya. Mulai dari hal yang paling kecil, saya ingin menjadi sebuah kepribadian yang lebih baik. Saya berharap dengan kepribadian yang lebih baik, saya bisa menjadi sebuah dokter yang menunjukan sikap simpati dan empati kepada orang banyak. Saya juga berharap bisa menjadi dokter yang berkontribusi di bidang kesehatan, sehingga bisa membantu masyarakat dan tidak mengecewakan ekspetasi orang-orang terhadap saya. Harapan terakhir saya, tertuju kepada teman-teman FKUI 2022, brilian, semoga kita bisa melewati segala rintangan dan kesulitan bersama, tanpa harus ada yang tumbang. Saya berharap angkatan FKUI 2022 bisa menjadi suatu angkatan yang kompak, solid, membantu satu sama lain, dan berprestasi, sesuai dengan nama kami, brilian, dalam akademik dan nonakademik.
Selama masa preklinik, saya sudah menyiapkan beberapa rencana untuk membantu perkembangan diri saya. Saya akan memfokuskan perhatian saya terhadap 2 hal, yaitu sisi akademik dan sosial. Dilihat dari sisi akademik, harapan saya yang paling utama adalah lulus dengan predikat cum laude yang tentu diharapkan banyak orang. Untuk mewujudkan hal tersebut, saya akan menambah ilmu saya dengan mengikuti seminar yang tidak menggangu kegiatan perkuliahan saya. Dilihat dari sisi sosial, saya ingin berperan aktif dalam kegiatan organisasi dan nonakademik, guna untuk mengasah soft skill, keterampilan organisasi, dan untuk memperluas relasi baik dengan kakak tingkat, rekan seangkatan, maupun pihak eksternal. Mengenai gelar ganda yang saya dapatkan melalui jalur Talent Scouting, saya berminat untuk meneruskannya di University of Melbourne. Alasan utama saya memilih universitas tersebut dikarenakan jarak Australia dan Indonesia tidak terlalu jauh, sehingga jika terjadi sesuatu kepada saya atau keluarga saya, tidak memakan waktu yang cukup lama jika ingin mengunjungi satu sama lain.
Mengenai rencana panjang saya, ketika saya sedang menjalankan masa koas, pengalaman-pengalaman yang saya dapatkan akan saya gunakan untuk menemukan minat saya. Saat ini, saya masih tertarik untuk mengambil spesialis Penyakit Dalam. Saya berharap setelah saya menjalani masa koas, saya sudah bisa menemukan minat yang paling cocok dengan saya. Untuk menjadi seorang spesialis, tentu dibutuhkan usaha yang lebih keras dan melelahkan. Melalui koas, saya akan mencoba semaksimal mungkin memahami dan mempelajari setiap materi dan penanganan secara teliti, agar saya bisa menjadi dokter yang bisa diandalkan para pasien koas. Mengenai gelar ganda, saya akan menggunakan kesempatan tersebut dengan maksimal untuk menambah wawasan saya. Saya harap, saya bisa menjadi dokter yang berguna bagi orang banyak. Setelah saya lulus menjadi dokter, saya berencana akan bekerja di rumah sakit.
Untuk penutupan, saya ingin menyampaikan kepada para pejuang yang ingin masuk ke FKUI. Di dalam kehidupan, semua bisa terjadi, selama kalian punya harapan, maka kesempatan untuk mencapai harapan itu masih ada, bukan berarti jika kalian punya harapan, kalian tidak usah berusaha. Harapan bisa diwujudkan dari usaha dan kemauan dari diri kalian, jangan memikirkan hasil terlebih dahulu, karena pada akhirnya tuhan sudah menentukan jalan terbaik bagi kalian, kalian hanya perlu berusaha, berdoa, dan mendekatkan diri kepada tuhan. Ketika kalian terjatuh, bangkit kembali, percaya bahwa kalian bisa melewati segala rintangan dan jangan cepat menyerah, karena tempat yang kalian tuju bukan suatu hal yang mudah untuk digapai. Saya ingin menyampaikan sebuah kutipan yang membantu memotivasi saya di dalam perjalanan dan saya yakin kalian sudah sangat sering mendengarnya, yaitu “usaha tidak akan menghianati hasil.” Kutipan ini memiliki makna, yaitu hasil yang kita dapatkan sesuai dengan usaha yang sudah kita keluarkan.
Hidup itu bagaikan sebuah cerita, tidak mungkin ada cerita yang lurus-lurus saja, pasti ada jatuhnya dan ada bangkitnya, yang membuat sebuah akhir cerita berbeda adalah usaha dan kemauan sang karakter, dan di dalam hidup ini, kamulah karakternya.
Comments