top of page

Narasi Perjuangan - Fathir Rayyan Kanam

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 14, 2022
  • 8 min read

Nama saya Fathir Rayyan Kanam, biasa dipanggil Rayyan atau Kanam. Belakangan ini, saya baru saja lulus dari SMA Negeri 28 Jakarta yang berlokasi di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tidak lama setelah acara kelulusan, pada tanggal 23 Juni 2022 kemarin, saya menerima kabar yang sangat baik karena saya telah dinyatakan lulus Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di program studi pendidikan dokter reguler dari fakultas dan perguruan tinggi impian saya, yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Esai ini saya tulis untuk menceritakan perjuangan saya.


Keinginan saya untuk berkuliah di Universitas Indonesia sudah ada sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Seiring waktu, sambil meng-explore diri saya sendiri, saya merasa terdorong untuk menjadi dokter lulusan FKUI. Saya sadar bahwa diterima di FKUI bukanlah hal yang sangat mudah, sejak dulu saya selalu memandang FKUI yang sangat berprestise sebagai hal yang mustahil untuk digapai karena banyak alasan. Keketatannya yang sangat tinggi serta saingan yang beragam dari seluruh Indonesia membuat saya berpikir bahwa hanya orang-orang terbaik dan sangat beruntung yang bisa diterima dan lulus dari FKUI. Meskipun tadinya saya merasa saya tidak mungkin bisa diterima di FKUI, saya tidak berhenti mencoba karena reputasi besar FKUI sebagai fakultas kedokteran pertama dan salah satu yang terbaik di Indonesia. Saya percaya FKUI memiliki fasilitas yang sangat baik, dosen-dosen paling terkualifikasi, dan secara keseluruhan lingkungan kampus dan teman-teman positif yang bisa membantu membentuk diri saya, calon dokter, menjadi dokter yang bermanfaat bagi masyarakat.


Perjalanan saya selama menempuh pendidikan dari SD sampai SMA memberikan sesuatu bagi saya yang tadinya tidak saya miliki, yakni tujuan dan motivasi. Saya bersekolah di Al-Bayan Islamic School, SD swasta di Tangerang yang tidak terlalu jauh lokasinya dari rumah saya di Jakarta Barat. Selama duduk di bangku SD, jarang sekali terlintas rencana jangka panjang di pikiran saya untuk menjadi dokter. Dulu cita-cita saya berubah hampir setiap bulan tergantung film atau kartun yang saya tonton. Misalnya, setelah menonton acara TV tentang luar angkasa saya sangat ingin menjadi astronot atau astrofisikawan. Namun, beberapa bulan kemudian setelah menonton dokumenter hewan laut, saya jadi semangat untuk menjadi marine biologist. Meskipun tujuan hidup saya dulu belum jelas, melihat dua jaket kuning di lemari orang tua saya menginspirasi saya untuk selalu mengejar pendidikan terbaik dari sekolah-sekolah yang unggul dan kuliah harus di Universitas Indonesia atau di luar negeri.


Pada tahun 2014, tepatnya saat saya duduk di bangku kelas 5 SD, dr. Evert D. C. Poetiray, Sp.B-Onk menemukan 4 tumor sebesar anggur di payudara ibu saya. Mengetahui bahwa nenek saya memiliki riwayat kanker payudara, pikiran kehilangan ibu saya karena kanker menghantui saya setiap malam. Namun, alhamdulillah, operasi ibu saya berjalan dengan lancar. Momen ini merupakan turning point pertama di kehidupan saya. Saat itu, saya merasa akhirnya saya menemukan tujuan yang saya cari—sebuah karir di bidang kesehatan yang memungkinkan saya untuk menolong orang lain, memberi dampak positif bagi diri saya dan masyarakat, melayani dan menyelamatkan kehidupan orang lain. Sama seperti dr. Evert menolong ibu saya dan keluarga saya, saya berharap menjadi dokter dapat memenuhi tujuan hidup saya.


Tujuan yang jelas memotivasi saya untuk semakin giat belajar untuk menggapai mimpi saya yaitu menjadi dokter lulusan UI, nilai Ujian Nasional (UN) SD saya cukup untuk diterima di SMP Negeri 75, yang saat itu merupakan SMPN terbaik di Jakarta Barat. Selama SMP, saya mengikuti organisasi PMR dengan harapan menambah wawasan tentang bantuan dasar dan pertolongan pertama. Di luar kegiatan nonakademik, saya juga cukup aktif dalam mengikuti lomba-lomba akademik selama SMP terutama di bidang ilmu yang sangat saya minati yaitu biologi dan ilmu pengetahuan alam. Saya memenangkan juara 3 Kompetisi MGMP IPA di provinsi DKI Jakarta, berpartisipasi dalam Olimpiade Sains Nasional, serta ikut aktif dalam beberapa kompetisi serupa tingkat sekolah di masa-masa kelas 7 dan 8 SMP. Waktu yang saya habiskan mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba-lomba tersebut menyadarkan saya bahwa saya memiliki semangat untuk belajar, terutama belajar hal-hal baru. Rasa semangat ini semakin memotivasi saya untuk mengejar impian menjadi dokter.


Selama kelas 9 SMP, saya tidak lagi ikut organisasi maupun kegiatan akademik di luar sekolah. Saya menghabiskan waktu saya mengikuti bimbel di Ganesha Operation untuk mempersiapkan diri mengikuti Ujian Nasional SMP. Setiap hari Rabu saya berangkat sekolah dilanjut dengan bimbel dari matahari terbit sampai langit sudah gelap, saya belajar dengan tekun demi diterima di SMA favorit saya saat itu, SMAN 28 Jakarta. Saya merasa lingkungan SMAN 28 dapat memfasilitasi penyaluran minat dan bakat saya. Di luar itu, SMAN 28 juga dikenal lumayan unggul secara akademis sehingga saya merasa pilihan SMA saya adalah langkah yang tepat untuk diterima di FKUI. Selama mempersiapkan diri untuk UN dan menunggu hasilnya, saya diberi beberapa cobaan yang membuat saya sempat merasa down, seperti wafatnya almarhum kakek saya dan kucing pertama saya. Namun, tanpa terasa, hasil UN saya keluar dan saya merasa perjuangan saya terbayar karena hasilnya memuaskan. Puji syukur di tahun 2019 saya berhasil diterima di SMAN 28 Jakarta.


Saya merupakan satu-satunya siswa asal SMP saya yang diterima di SMAN 28. Berada di lingkungan yang benar-benar baru memaksa saya untuk harus beradaptasi dengan cepat. Untungnya, saya sendiri tidak merasa kesulitan untuk bergaul di awal masa SMA. Saya ditempatkan di kelas yang nyaman dan dikelilingi banyak teman yang suportif. Saya mendaftarkan diri saya di organisasi pencinta alam SMAN 28 yang bernama URaL. Selama kelas 10, saya merasa saya lebih fokus ke kegiatan di luar sekolah dibanding sekolah itu sendiri seperti berteman, main, dan ekstra kurikuler. Tanpa disadari, saya secara tidak langsung meremehkan sekolah dan nilai saya yang biasanya relatif cukup baik mulai turun. Tidak jarang saya meninggalkan sekolah terutama di hari Rabu demi hal-hal yang saya sebut sebelumnya. Nilai seperti ukuran sepatu di mata pelajaran tertentu tidak mengejutkan saya lagi. Hal ini menyebabkan saya sempat tidak percaya diri untuk mengejar kedokteran UI sehingga saya sempat mencari alternatif jurusan lain yaitu teknik sipil UI.


Pada semester kedua di kelas 10, saya mulai lebih peduli dengan sekolah dan belajar mengatur waktu lebih baik. Nilai saya perlahan-lahan membaik dan saya tetap aktif di URaL. Tidak lama setelah pelantikan anggota ekstra kurikuler saya, kasus COVID-19 mulai bermunculan di Indonesia dan sekolah dilaksanakan secara daring. Saya yang baru saja beradaptasi dengan lingkungan SMAN 28 dihadapi dengan tantangan baru yaitu belajar full daring. Pada masa awal pandemi semangat belajar saya mulai memudar karena terlalu nyaman di rumah. Waktu yang leluasa membuat saya terlena. Namun, menyaksikan keluarga dan orang terdekat saya menghadapi COVID membangkitkan kembali semangat saya untuk mengejar jurusan yang memang saya mau dari awal, pendidikan dokter Universitas Indonesia. Saya mulai serius belajar dan menaikkan nilai sejak kelas 11, target utama saya saat itu adalah menjadi siswa yang eligible untuk mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) atau yang biasa disebut guru-guru jalur undangan. Di luar belajar, saya juga sangat aktif dalam menjalankan program-program organisasi selama kelas 11. Kegiatan ekstrakurikuler pencinta alam mengajarkan saya banyak hal seperti pentingnya solidaritas dan kepedulian untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Salah satu program kerja ekskur saya yang paling saya suka adalah Berbagi Bersama URaL (Berbaur), sebuah proyek yang melibatkan anggota aktif maupun alumni URaL untuk memberi bantuan barang konsumsi sehari-hari seperti makanan, keperluan dapur, dan health essentials seperti masker ke masyarakat. Berbaur disertai kegiatan sosial serupa lainnya yang saya aktif berkontribusi di dalamnya menyadarkan saya bahwa saya memang ingin mendedikasikan hidup saya untuk membantu dan menjadi bermanfaat bagi orang lain, terutama orang-orang yang tidak seberuntung saya sekarang. Realisasi ini adalah hal yang benar-benar menguatkan tekad saya untuk menjadi dokter suatu saat nanti. Selain itu, pada akhir masa-masa kelas 11 saya juga mengikuti Kompetisi Sains Nasional (KSN) di bidang biologi mewakili sekolah saya di tingkat kota dan mewakili Jakarta Selatan di tingkat provinsi. Motivasi saya mengikuti KSN adalah untuk menambah pengalaman serta sertifikat prestasi untuk SNMPTN tetapi sayangnya saya tidak lanjut ke tingkat nasional.


Memasuki awal kelas 12 pada pertengahan tahun 2021, saya berkomitmen untuk belajar dengan tekun baik untuk nilai semester 5 maupun persiapan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Saya mengikuti bimbingan belajar tambahan di luar sekolah yaitu Prosus Inten, ditemani teman-teman dari 28 yang sangat suportif dalam belajar. Setelah kurang lebih 7 bulan belajar dan mengikuti puluhan try out UTBK, SMA saya mengumumkan daftar siswa yang eligible untuk mengikuti SNMPTN dan alhamdulillah saya termasuk salah satu siswa yang bisa mendaftar. Namun, nilai dan peringkat saya tidak terlalu tinggi pada saat itu. Setelah berbagai pertimbangan, dengan berat hati saya mengganti pilihan SNMPTN saya dari FKUI menjadi FTUI. Meskipun saya sedih, saya selalu berdoa untuk dilapangkan dadanya apapun hasil SNM-nya, kalau saya lulus saya sangat bersyukur dan kalau tidak lulus saya akan kembali mengejar jurusan impian saya. Alhamdulillah pada tanggal 29 Maret 2022 saya dinyatakan tidak lulus SNMPTN, saya sedikit sedih tetapi tetap bersyukur karena saya bisa kembali mengejar FKUI melalui jalur UTBK SBMPTN. Setiap hari saya belajar, mengulas materi, dan latihan soal. Tidak sedikit keringat, usaha, dan air mata yang keluar selama fase proses mempersiapkan diri untuk UTBK. Untungnya saya didampingi keluarga dan teman-teman yang sangat suportif sehingga saya bisa melalui fase ini. Pada saat hari H saya ujian, saya merasa cukup takut karena ada beberapa soal yang tidak bisa saya jawab. Saya langsung fokus belajar untuk jalur mandiri PTN seperti SIMAK UI setelah selesai UTBK. Tidak banyak berharap, saya dikejutkan dengan ucapan selamat dari Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) pada saat membuka pengumuman SBMPTN. Saya sangat bersyukur dapat lulus di prodi pendidikan dokter UI berkat usaha dan doa-doa saya serta orang-orang terdekat.


Setelah diterima di FKUI, saya berkomitmen untuk memaksimalkan potensi diri saya selama perjalanan saya menjadi dokter. Belajar sungguh-sungguh, aktif dalam perkuliahan dan kegiatan non-akademik UI, serta memanfaatkan ilmu dan sumber daya yang saya miliki untuk sebisa mungkin selalu membantu orang lain. Harapan saya untuk diri saya sendiri adalah dedikasi saya untuk menjadi dokter dapat menjadikan saya mahasiswa yang unggul, berkontribusi banyak untuk masyarakat dan angkatan FKUI 2022, serta selalu menjunjung 9 nilai UI sepanjang perjalanan panjang saya menuju cita yang saya impikan. Saya juga berharap angkatan FKUI 2022 dapat menjadi angkatan yang sesuai dengan namanya, brilian. Semoga angkatan kami selalu bergerak bersama, saling merangkul, kompak, serta tentunya unggul secara akademis dan nonakademis, bersatu, dan tangguh.


Selama masa preklinik, saya berencana untuk lulus tepat waktu dengan IPK tertinggi dan proaktif dalam kegiatan nonakademik di luar kuliah. Untuk itu, saya akan mengikuti kuliah dengan sangat sungguh-sungguh dan menyalurkan minat dan bakat saya dengan mengikuti organisasi yang bisa meningkatkan leadership dan managing skills maupun kegiatan positif lain baik dari UI maupun di luar kampus yang saya minati. Saya juga perlu time management yang baik untuk mengimbangi kegiatan belajar dan bermain saya.


Jika saya sudah menjadi dokter, saya ingin menjadi dokter yang berkontribusi banyak ke masyarakat, selalu mengabdi dan berpegang teguh dengan sumpah dokter yang insya Allah akan saya ucapkan kelak nanti. Saya ingin menjadi dokter yang dijadikan pilihan keluarga-keluarga yang membutuhkan, yang selalu dapat menyaksikan senyuman dari pasien saya dan keluarganya. Fokus saya adalah menjadi dokter klinisi, dengan rencana mengambil spesialis bedah dan subspesialis bedah onkologi. Rencana saya untuk mencapai hal ini adalah tentunya selalu fokus dalam studi saya diiringi dengan doa dan kegiatan positif lainnya. Namun, seiring perjalanan saya, saya juga terbuka dengan pilihan bidang lain yang ingin saya tekuni sehingga target saya ini masih bersifat dinamis. Saya juga ingin menjadi dokter yang bisa mengedukasi masyarakat secara gratis tentang kesehatan. Harapan saya bagi masyarakat di masa depan adalah masyarakat semakin sehat dan peduli dengan kesehatan sehingga kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat meningkat.


Pesan utama saya bagi adik-adik yang memiliki keinginan yang sama dengan saya yaitu menjadi dokter lulusan FKUI adalah jangan takut atau berhenti mencoba. Saya pribadi sempat merasakan langsung salah satu hal yang menghambat saya untuk maju adalah ketakutan saya akan kegagalan. Akan tetapi, setelah mengalami kegagalan pertama saat SNMPTN, saya sadar bahwa gagal dalam sesuatu adalah hal yang lumrah dan bisa diubah menjadi suatu hal yang positif bagi diri sendiri. Kegagalan saya berhasil saya jadikan pelajaran dan motivasi. Pesan penting lainnya adalah jangan ragukan kemampuan diri sendiri, peribahasa ”Where there’s a will, there’s a way ” bukan sekadar omong kosong, percayalah jika ada niat yang diikuti usaha serta doa pasti ada jalan untuk mendapatkan apapun yang diinginkan. Selain usaha seperti belajar, penting juga untuk selalu berdoa, berbuat baik, dan menolong orang lain karena setiap kebaikan akan terbayar satu cara atau lain.


 
 
 

Recent Posts

See All

Comments


Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page