Narasi Perjuangan - Bernadet Christabel
- FKUI 2022
- Aug 14, 2022
- 8 min read
Updated: Aug 15, 2022
“Tidak ada kesuksesan tanpa usaha dan kerja keras”. Perkenalkan, nama saya Bernadet Christabel yang akrab dipanggil Abel. Saya berhasil masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur SBMPTN dengan program reguler. Saya berasal dari SMAK 1 BPK Penabur Jakarta.
Pastinya nama dan kehormatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sudah tidak asing terdengar di kalangan masyarakyat. Fakultas Kedokteran nomor satu di negri yang diminati dan diincar oleh banyak siswa. Begitu agung dan hormat almameternya yang memiliki banyak alumni yang telah berkontribusi memajukan negri dalam berbagai bidang. Saya pun memiliki pandangan yang sama, saya memandang FKUI sebagai tempat untuk para calon dokter genius menempuh ilmu. FKUI adalah sesuatu yang sangat jauh dan kecil kemungkinannya untuk bisa orang seperti saya gapai. Begitu megah fakultas dan universitas nya sampai menjadi impian ribuan individu.
Pada awalnya, saya merasa bahwa FKUI hanyalah bayang-bayang mimpi yang tidak realistis untuk diwujudkan. Namun, dengan dukungan tanpa henti dari keluarga dan orang-orang terdekat, saya termotivasi untuk mencoba berjuang. Saya juga terinspirasi melihat kehidupan dan perjuangan para tenaga kesehatan selama masa pandemi Covid-19, mereka berperan sebagai gardu terdepan dalam mengatasi situasi darurat ini. Hal tersebut menstimulasi dedikasi saya untuk bisa diterima di FKUI dan menjadi dokter yang mengabdi kepada kemanusiaan. Ketika melihat kehidupan para dokter, saya merinding dan terkagum bagaimana pekerjaan seseorang bisa sangat mulia, menyelamatkan banyak nyawa dan menciptakan harapan untuk banyak umat manusia. Mereka mengorbankan hidup mereka demi kemanusiaan. Tidak mungkin kita semua bisa hidup dengan tenang di situasi sekarang akibat angka covid yang jauh lebih baik tanpa jasa para tenaga kesehatan. Vaksin yang berhasil dibuat juga pasti melewati riset dan uji coba yang sangat panjang yang membuat dunia ini selamat dari pandemi. Hal tersebut menginspirasi saya untuk menjadi salah satu bagian dari mereka, yang mendedikasikan hidup untuk kemanusiaan.
Tidak pernah terlintas dalam pikiran saya sejak kecil untuk menjadi dokter. Jika banyak anak SD lainnya ketika ditanyakan cita-citanya mereka akan menjawab dokter, tetapi berbeda dengan saya. Cita-cita saya kerap berganti dari astronot, koki dan pemadam kebakaran. Saya tergolong sebagai siswa SD yang lumayan bandel, tidak jarang saya ditegur karena terlalu berisik dan sering terlambat. Saya menjalani 6 tahun SD dengan tanpa beban dan pikiran sama sekali akan menjadi mahasiswa kedokteran 6 tahun kemudian.
Berbeda dengan sekolah SD saya, sekolah SMP saya terletak sangat jauh dari rumah yang membuat saya harus menaiki bis sekolah setiap hari dan pulang sore. Di SMP, saya jauh lebih mandiri dan dewasa. Saya menghabiskan 3 tahun SMP saya dengan berorganisasi, mengikuti kompetisi, klub olahraga, ekskur dan berbagai kepanitiaan. Saya merasa sangat senang berorganisasi karena bisa berkenalan dengan banyak teman. Ketika SMP, saya sangat sibuk sampai hampir setiap hari pulang larut malam. Saya sangat sedih ketika disuruh untuk pindah sekolah saat SMA oleh orang tua saya karena sudah merasa nyaman dengan teman dan lingkungan SMP. Ditambah lagi, SMA saya sangatlah berbeda dengan SMP saya yang kebanyakan memberi tugas projek dan makalah. Saya bersekolah di SMA yang sistemnya banyak ulangan bukan projek, yang membuat saya kesulitan beradaptasi pada masa awal sekolah. Selain itu, SMA saya sangat jauh jaraknya dengan SMP saya mengakibatkan saya seorang diri yang pindah dari sekolah SMP saya. Kebanyakan siswa lainnya berasal dari SMP penabur dan sudah punya banyak teman, tetapi tidak dengan saya.
Awal-awal masa SMA merupakan masa yang berat untuk saya karena belum memiliki teman dan mengalami kesusahan beradaptasi dengan sistem sekolah baru. Pada pameran pendidikan yang di selenggarakan oleh SMA saya pada kelas 10, saya tertarik untuk kuliah di Singapur atau Hong Kong mengambil jurusan biomedicine atau biochemistry. Saya masih merasa bahwa tidak mungkin orang seperti saya bisa masuk kedokteran, jurusan yang amat sulit. SMA menjadi 3 tahun yang berat dan penuh perjuangan, terutama pada proses pemilihan kuliah yang melibatkan banyak perdebatan dengan orang tua. Kedua orang tua saya mendorong saya untuk mencoba kedokteran yang pada awalnya saya sangat pesimis. Namun suatu saat muncul keinginan yang sangat kuat dalam diri saya untuk menjadi dokter. Keinginan saya yang sangat kuat membuat saya memutuskan untuk mencoba berjuang terlebih dahulu dan melihat hasilnya nanti.
Pada tahun ketiga di SMA, saya menghabiskan waktu saya untuk belajar mempersiapkan SBMPTN dan SIMAK UI. Saya mengorbankan waktu bermain saya untuk belajar. Saya juga mulai merubah kebiasaan belajar saya selama 2 tahun SMA yang cenderung malas. Saya tidak berharap apapun pada SNMPTN karena saingan saya di sekolah memiliki peringkat yang jauh diatas saya. Maka dari itu, saya hanya memfokuskan UTBK yang masih bisa saya kejar. Saya mengikuti talent scouting karena saya kira peluang saya masuk akan lebih besar dibandingkan SNMPTN dan SBMPTN. Saya sangat berharap bisa diterima dan tidak usah mempelajari materi UTBK. Tetapi saya bahkan tidak lolos tahap seleksi dokumen yang membuat saya sempat sangat sedih dan terpuruk. Namun, saya percaya masih banyak jalur lain untuk masuk ke FKUI. Setiap malam saya berpikir apakah saya mampu untuk menjadi satu yang terpilih diantara ribuan siswa lainnya yang cerdas, mengingat persentase yang diterima sangatlah kecil.
Ketika ujian sekolah sudah usai, teman-teman saya pergi berlibur dan bermain. Rasanya saya pun juga ingin menikmati libur SMA. Tetapi saya tetap fokus bimbel mengingat tanggal UTBK yang sudah dekat. Pastinya saya juga sempat meragukan diri saya, sempat saya ingin menyerah terhadap UI dan mencari universitas lain. Dukungan orang tua lah yang mendorong saya untuk terus maju. 2 bulan sebelum UTBK saya intensif mengikuti bimbel setiap hari dan masih mengejar materi di rumah. Saya mendapat UTBK pada hari kedua yang sempat membuat saya menyesal daftar terlalu cepat. Saya merasa belum siap dan masih banyak materi yang belum saya kuasai padahal UTBK sudah didepan mata. Saya pasrahkan semuanya kepada yang Mahakuasa dan mengerjakan UTBK semaksimal mungkin.
Sampai akhirnya pada tanggal 23 Juni saya dinyatakan lolos UTBK. Saya awalnya hanya berharap diterima di pilihan kedua tetapi saya berhasil lolos di UI. Perasaan ketika membuka pengumuman sangat tidak bisa diekspresikan, haru, gembira, lega semua tercampur menjadi satu. Saya langsung menangis sendu dan tidak percaya bahwa tertulis universitas Indonesia di pengumuman yang saya buka. Saya merasa ini semua masih mimpi dan terus me- refresh web pengumuman takut ada kesalahan. Rupanya sekarang saya sudah resmi menjadi maba UI, setelah melewati perjuangan yang penuh haru dan tidak bisa saya lupakan.
Memasuki FKUI tentu akan menjadi fase yang berat dalam hidup saya, saya merasa masih banyak kebiasaan buruk yang saya miliki. Komitmen perubahan saya sebelum di FKUI yang sudah berhasil saya lakukan adalah merubah pola belajar saya menjadi jauh lebih rajin. Dari yang memiliki kebiasaan untuk tidak mendengarkan guru dikelas, saya mencoba pelan-pelan untuk merubah kebiasaan buruk tersebut. Saya berkomitmen mengikuti bimbingan belajar setiap hari walaupun tempatnya sangat jauh dari rumah saya. Saya berkomitmen untuk tidak pergi main dengan teman pada saat jam belajar saya. Tentu saya juga memiliki komitmen perubahan setelah diterima di FKUI. Komitmen saya adalah saya akan merubah kebiasaan belajar saya yang suka menunda-nunda dan mengerjakan tugas mepet deadline. Saya juga mudah terdistraksi konsentrasinya ketika belajar, saya ingin mengubah kebiasaan tersebut. Saya akan mendengarkan dosen di kelas dengan seksama dan belajar setiap hari agar tidak ketinggalan materi. Mungkin akan sulit untuk merubah kebiasaan buruk, tetapi dengan keinginan yang kuat saya pasti bisa. Saya juga tergolong sebagai orang yang cukup malu untuk menghampiri orang lain terlebih dulu, yang kadang membuat saya kurang teman. Saya akan lebih berani mengajak orang lain berbicara terlebih dahulu. Saya juga akan memberanikan diri untuk lebih aktif bertanya kepada dosen dan teman sejawat, juga aktif mengikuti organisasi di kuliah. Saya tidak akan takut untuk mencoba walaupun gagal dan akan menjadi pribadi yang lebih tangguh. Saya tidak menyerah pada kegagalan dan terus semangat.
Harapan yang saya miliki pastinya tidak beda jauh dengan teman-teman seangkatan saya. Saya ingin lulus kuliah dengan nilai yang memuaskan dan tidak harus mengulang mata pelajaran apapun. Saya ingin membangun koneksi yang luas dan mendedikasikan waktu saya sebagai mahasiswa untuk hal yang positif. Saya ingin mengikuti organisasi dan kompetisi untuk mengisi waktu saya selang kuliah. Waktu preklinik saya ingin saya habiskan dengan semaksimal mungkin dan menjadikan momen ini sebagai momen yang tidak akan saya sesali. Tentunya perjalanan saya di FKUI masih sangat panjang, saya berharap saya bisa menjadi individu yang lebih bermanfaat dan dinobatkan sebagai dokter dengan terhormat. Harapan saya juga untuk teman-teman seangkatan agar kami semua bisa lulus dengan jumlah yang utuh. Saya berharap angkatan 2022 mencerminkan namanya, menjadi angkatan yang brillian. Mahasiswanya tangguh dalam menghadapi masalah dan saling membantu satu sama lain dalam masa perkuliahan. Saya tahu banyak dari angkatan FKUI 2022 yang berasal dari luar jabodetabek dan harus merantau jauh dari keluarga. Maka dari itu, saya berharap angkatan ini menjadi angkatan yang solid dan mengutamakan kekeluargaan, tidak mendiskriminasi teman dari latar belakang budaya, ras, suku dan agama.
Rencana saya untuk preklinik yang sudah di depan mata adalah dapat belajar dengan konsisten dan menemukan metode belajar yang efektif. Saya juga ingin mencari teman belajar kelompok yang memiliki satu tujuan dengan saya agar proses belajar menjadi lebih seru dan tidak bosan. Tentunya saya harus memiliki inisiatif untuk mengajak teman baru berkenalan. Saya juga ingin mengikuti organisasi AMSA dan mendapatkan kesempatan berharga untuk mewakili UI di ajang nasional maupun internasional. Mungkin itu rencana yang sulit, tapi saya akan berusaha dengan aktif dalam berbagai acara dan menunjukkan komitmen saya. Saya ingin menggunakan waktu saya untuk menjadi relawan jika ada kesempatan. Saya juga ingin sidang dan lulus masa preklinik tepat waktu. Usaha dan belajar yang keras sangatlah dibutuhkan untuk mewujudkan rencana-rencana saya.
Memasuki dunia klinik atau yang biasa disebut koas adalah fase yang lebih berat dari sebelumnya. Kami, para mahasiswa, dihadapkan langsung dengan situasi nyata di rumah sakit. Saya berencana untuk menjalani koas dengan sepenuh hati agar tidak terlalu merasa lelah. Dengan tidak banyak mengeluh dan mencintai kegiatan saya akan meringankan beban dan tidak merasa terlalu lelah. Saya akan benar-benar memanfaatkan waktu klinik untuk menyerap ilmu sebanyak mungkin dari dokter-dokter senior yang hebat dengan seksama. Dengan cara memperhatikan dokter senior yang sudah banyak pengalaman dan tidak ragu untuk mengajukan pertanyaan. Saya percaya bahwa kesempatan klinik sangat berharga karena kita bisa mendapatkan banyak ilmu yang sangat berguna sebagai bekal saya di masa yang akan datang. Terlebih lagi, di kesempatan ini saya juga ingin berinteraksi dengan para pasien dan mempelajari ilmu kedokteran lebih dalam lagi.
Tahukah Anda bahwa hipertensi masuk sebagai salah satu dari lima penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakyat Indonesia? Hipertensi sangat sering terjadi di negara kita akibat tingkat pencemaran udara yang sangat buruk. Kemajuan zaman mengakibatkan pesatnya pembabatan lahan alam untuk keperluan industri. Pabrik industri memproduksi limbah gas seperti karbon monoksida, Nitrogen Oksida, Sulfur Oksida, Photochemical Oksida dan mikropartikel yang sangat berbahaya bagi tubuh.1 Belum lagi ditambah dengan maraknya penggunaan transportasi pribadi yang masih berbahan bakar bensin. Jika partikel udara yang sudah tekontaminasi ini terhirup oleh manusia, maka akan berakibat fatal seperti menganggu sistem pernafasan tubuh dan menyebabkan tekanan darah tinggi. Menurut Hasil Riset Kesehatan pada tahun 2013, 3 dari 10 orang Indonesia menderita hipertensi.1 Saya berharap angka ini dapat terus ditekan turun dengan cara memperbaiki tata kota di Indonesia, yaitu dengan memperbanyak lahan hijau dan hutan kota. Selain itu, masyarakyat Indonesia juga harus didorong untuk menggunakan transportasi umum dengan cara membenahi fasilitas transportasi dan menambah jumlah kendaraannya.
Harapan saya berikutnya adalah agar kesehatan seluruh masyarakyat di Indonesia dapat merata. Indonesia adalah negara kepulauan membuat banyak masyarakyat luar pulau yang sulit dijangkau. Saya berharap permasalahan ini bisa lebih diperhatikan. Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menyediakan fasilitas dan tenaga medis yang layak di seluruh Indonesia, jangan hanya terpusat di kota-kota besar. Kontribusi saya sebagai dokter adalah untuk menjadi relawan ke daerah-daerah terpencil untuk sosialisasi dan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya kesehatan dan memberikan perawatan bagi mereka yang sakit.
Perjuangan untuk diterima di FKUI memang tidak mudah dan penuh lika-liku, apalagi perjuangan di dalamnya yang juga tidak sebentar. Maka dari itu, untuk adik-adik kelas saya, mulailah mempersiapkan diri sedini mungkin. Tetapi tetaplah nikmati masa-masa remaja kalian yang mungkin tidak akan terulang kembali. Jangan jadikan harus diterima di FKUI menjadi beban yang sangat berat, karena apapun yang telah dilakukan apabila Allah tidak merestukan, maka tidak akan terjadi. Percayalah bahwa kalian semua orang hebat jika sudah berani mulai berjuang, karena bahkan banyak orang yang sudah menyerah sebelum mencoba. Jangan hanya menjadi dokter karena paksaan dan gengsi, tetapi refleksikan sebenarnya apa tujuan yang ingin dicapai jika sudah menjadi dokter. Semangat untuk semua pejuang FKUI, masa-masa itu memang sangat sulit, tetapi percayalah hasilnya akan sepadan dengan usaha yang telah diberikan.
Aryanti S. Dampak pencemaran udara (polusi udara) terhadap penyakit hipertensi [Internet]. Lampung: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2019 Dec 20 [cited 2022 Aug 11]. Available from: http://p2ptm.kemkes.go.id/subdit-penyakit-kanker-dan-kelainan-darah/dampak-pencemaran-udara-polusi-udara-terhadap-penyakit-hipertensi
Comments