Narasi Perjuangan - Ariel Christina Subekti
- FKUI 2022
- Aug 14, 2022
- 8 min read
Nama saya Ariel Christina Subekti, secara formal, biasanya saya dipanggil dengan nama panggilan “Ariel”. Namun, teman-teman saya memanggil saya dengan nama singkatan “Ri” atau “Riel”. Asal SMA-ku adalah SMA Santa Laurensia, Alam Sutera, saya sudah menginjak kaki di sekolah tersebut sejak awal saya menduduki bangku SMP.
Saat SD, saya bersekolah di Saint John’s Catholic School, BSD. Dulu, saya merupakan anak yang sangat aktif. Oleh karena itu, ibu saya memasukan saya ke berbagai macam kursus mulai dari kursus calistung (baca, tulis, dan menghitung), kursus menggambar, kursus piano, kursus ballet, dan kumon. Biasanya sepulang sekolah, ibu saya akan menjemput saya dan mengantar saya untuk pergi ke tempat kursus, orang tua saya sering bertanya-tanya kepada saya apakah saya tidak capai untuk mengikuti aktivitas yang sangat banyak diusia yang masih tergolong kecil. Namun, saya selalu menjawab bahwa saya sangat menyukai kesibukan dan saya selalu suka untuk mempelajari hal baru setiap harinya, seperti belajar bermain lagu karangan Mozart di hari Senin dan belajar menari sembari diiringi oleh lagu Mozart di hari Selasa, kemudian bertemu dengan angka di keesokan harinya. Di Pertengahan kelas 1 SD, saya menyadari bahwa saya tidak suka menggambar dan saya meminta ibu saya untuk berhenti les gambar, pada saat itu ibu saya lumayan kaget karena anak berusia 6 tahun sudah mengetahui apa yang dia suka dan tidak. Oleh karena itu, ibu saya memberhentikan saya dari kursus menggambar. Pada saat kelas 1-2 SD, saya ingin bekerja sebagai ayah saya, walaupun dulu saya belum mengerti ayah saya bekerja sebagai apa, saya melihat ayah saya bekerja dengan sangat santai namun kebutuhan kami sekeluarga tidak pernah kurang. Saya juga merupakan anak yang sangat sosial, saya gampang berbuat teman. Pada saat SD, saya sangat jago matematika maka dari itu, saya sering mengajari teman saya matematika ketika mereka tidak mengertinya. Menurut ibu saya, saya juga tergolong anak yang sangat mandiri karena sejak SD, orangtua saya tidak pernah menyuruh-nyuruh saya untuk melakukan tugas dan belajar, semua hal sudah saya lakukan dengan mandiri dan dengan penuh tanggung jawab.
Saat saya kelas 3 SD, saya berteman dengan orang yang berinisial I, kami menjadi sangat dekat di kelas dan ternyata I tinggal sekomplek dengan saya. Kami sering main sepedah di komplek dan membuat slime bareng. Dari situ, saya meng ide untuk berjualan slime kepada teman-teman saya. Singkat cerita saya mendapatkan uang yang cukup lumayan dari penjualan slime tersebut. Setelah trend slime menghilang, tentu saya hasil penjualan saya menurun drastis maka saat itu saya berputar otak untuk menjual hal baru namun tidak kepikiran. Namun, suatu hari saya memakai tato (tato mainan, bukan permanen) dan saya menunjukkan tato tersebut kepada teman-teman sekolah dan ballet saya, mereka sangat tertarik dan saya memutuskan untuk menjual tato. Tak disangka, ternyata hasil penjualan tato saya lebih menguntungkan dibandingkan slime. Oleh karena itu saya bercita-cita untuk kuliah jurusan bisnis dan kelak membuat suatu perusahaan.
Menginjak kelas 4 SD, saya mengikuti ekskul masak. Walaupun saya tidak bisa masak dan setiap kali ekskul masak kompor saya selalu berantakan, saya sangat menyukainya. Saya memberitahu orang tua saya akan hal tersebut, dan kebetulan kedua nenek saya suka memasak, dan setiap bulan saya akan menginap selama 2 hari di rumah nenek saya untuk memasak. Maka dari itu, saya mengganti cita-cita saya dari memiliki suatu perusahaan menjadi koki. Saat itu, orang tua saya sangat suportif dengan mimpi saya, bahkan ayah saya selalu mengatakan kepada saya dan kerabat bahwa saat kuliah saya akan mengambil jurusan memasak di Swiss.
Karena ayah saya adalah mantan atlet basket, dan hobi adik saya adalah bermain basket, pada saat 5 SD saya dipaksa untuk mengikuti basket. Awalnya saya tidak mau namun ayah saya tetap memaksa saya dengan alasan postur tubuh saya yang kurang bagus (bungkuk). Namun setelah berlatih basket untuk pertama kalinya dengan ayah saya, menurut saya basket lumayan seru juga ya.
Di kelas 6 SD, saat guru saya menanyakan semua orang di kelas, kami ingin menjadi apa, saya bingung menjawabnya karena saya tidak ingin lagi menjadi koki. Disaat itu saya hanya diam saja ketika teman-teman saya meneriakan dengan lantang cita-cita mereka. Sepulang sekolah ketika saya dijemput oleh ibu saya, saya berpikir bahwa menjadi ibu rumah tangga seperti mama saya enak juga ya, tidak perlu bekerja hidupnya sudah enak. Maka dari itu saat kelas 6 SD, saya pernah berpikir untuk menjadi ibu rumah tangga, namun saya tidak memberi tahu orang tua saya akan hal tersebut.
Duduk di bangku SMP, saya pindah sekolah, saya dikenalkan kepada lingkungan yang baru, dan juga orang-orang yang baru. Pada hari pertama sekolah saya merasa grogi karena saya tidak memiliki teman, namun pada saat saya sampai kelas saya juga melihat banyak orang yang berada di posisi sama yang sama seperti saya, dan saya merasa tenang. Minggu pertama sekolah adalah minggu orientasi ada kakak kelas OSIS yang membantu orientasi, di minggu pertama saya sudah mendapatkan banyak teman-teman seangkatan maupun kakak kelas.
Jujur saja, pada saat saya SMP (kelas 7-9) saya tidak terlalu peduli dengan sekolah, karena dengan saya bermain-main dan tidak serius saya selalu mendapatkan nilai yang baik dan saya selalu dapat mengikuti kelas tanpa adanya masalah. Maka dari itu, saya memutuskan untuk mengikuti organisasi seperti OSIS. saya mendaftar menjadi anggota OSIS dan di tahun pertama saya masuk ke divisi social and publication, menurut saya menjadi anggota OSIS sangat seru, saya dapat mengenal kakak kelas dan dapat menyusun event. Di tahun kedua, pada saat kelas 8, saya memutuskan untuk mendaftar menjadi anggota OSIS lagi, di tahun ini saya menjabat sebagai kepala divisi social and publication. Naik ke kelas 9, saya banyak menghabiskan waktu saya untuk bermain dan berlatih basket, seminggu saya dapat berlatih sebanyak 4 kali. Pada Januari 2019, saya terpilih untuk mewakili tim Banten dalam Kejuaraan Basket Nasional di Medan. Pada saat itu, saya tidak bersekolah selama 2 minggu, dan balik-balik masuk sekolah langsung tryout, namun saya tidak memiliki masalah. Maka dari itu, pada saat SMP, saya bingung ingin menjadi apa, walaupun saya melakukan banyak hal, namun rasanya tidak ada yang pas di hati. Sempat terlintas pikiran di benak saya untuk menjadi atlet basket profesional, namun secara prospek hal tersebut tidak meyakinkan.
Naik ke bangku SMA, saya lumayan sedikit panik karena pelajaran matematikanya sangat susah, pernah sekali waktu saya mendapatkan nilai 18/100 dalam quiz saya. Disana saya menyadari bahwa saya tidak dapat bersantai-santai seperti saya di SMP karena pelajarannya sudah susah, maka dari itu pelan-pelan saya mencoba untuk mereview bahan matematika agar nilai saya tidak anjlok. Di Pertengahan kelas 10, saya bingung karena saya diwajibkan untuk memilih mata pelajaran yang saya ingin mendalami (antara biologi, kimia, matematika, dan fisika). Karena pada saat itu saya tidak ingin mengetahui saya ingin menjadi apa, saya asal pilih biologi dan kimia dengan alasan saya benci fisika dan pada saat itu nilai matematika saya jelek. Tanpa sadar, saya sangat menyukai pelajaran biologi dan saya suka research materi-materi di luar sekolah. Maka dari itu pada saat saya duduk di bangku SMA saya membuat research paper yang berjudul “Study Of Acetic Acid As An Effective Tuberculosis (Mycobacterium tuberculosis) Disinfectant” dan “Study Of Plant Natural Polyphenols (Flavonoids) In The Stem Of Broccoli (Brassica oleracea var italica) To Help Reduce The Risk Of Atherosclerosis” saya juga mengikuti berbagai macam lomba dan dari situlah saya menyadari bahwa saya sangat tertarik mempelajari tentang tubuh manusia. Maka dari itu, saya yakin menjadi dokter.
Setelah saya yakin menjadi dokter, saya memberitahu kepada orang tua saya, meskipun mereka mendukung mimpi saya, mereka terus memastikan saya bahwa perjalanan menjadi dokter tidaklah mudah. Di awal kelas 12, saya memutuskan untuk mengikuti salah satu bimbel untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti SBMPTN. Sebenarnya di tahap ini saya masih dalam tahap penyangkalan bahwa saya tidak mau kuliah di luar negeri, karena di sekolah saya 90% murid kuliah di luar negeri dan saya ingin mencoba untuk kuliah di luar negeri dan belajar budaya luar. Maka dari itu, saya juga mendaftar beberapa universitas di luar negeri dan puji Tuhan saya diterima dan mendapatkan beasiswa. Namun tetap cita-cita saya menjadi dokter dibandingkan keinginan saya untuk belajar diluar negeri, maka dari itu saya tidak putuskan untuk berkuliah di Indonesia saja. FKUI kelas internasional menjadi target saya karena pandangan saya terhadap FKUI adalah, orang-orang yang bisa masuk ke FKUI adalah orang-orang yang keren dan hebat karena FKUI adalah universitas kedokteran terbaik di Indonesia, dan tentu saja tanpa diragukan, dokter lulusan FKUI sangat berkompeten. Motivasi saya untuk masuk FKUI adalah, saya ingin menjadi dokter pertama di keluarga dan saya ingin lulus dari fakultas kedokteran terbaik di Indonesia
Diakhir bulan Februari guru saya mengatakan bahwa saya masuk menjadi salah satu murid eligible SNMPTN. Awalnya, saya tidak ingin mengambilnya karena untuk masuk ke kelas internasional tidak bisa lewat SNMPTN. Namun orang tua saya menyuruh saya untuk tetap mengambil kesempatan tersebut karena mereka mengatakan bahwa kesempatan tidak selalu datang dua kali, dan siapa tau rezeki saya disana. Pada saat pengumuman SNMPTN saya tidak diterima, perasaan saya saat itu biasa saja karena dibandingkan siswa dari sekolah lain nilai saya biasa saja dan juga tidak ada alumni. Mulai dari bulan Maret, saya belajar secara intensif untuk persiapan SBMPTN, saya les dari hari Senin-Jumat pukul 16:30-20:00 dan mengikuti tryout setiap weekend, saya merasa sangat capek dan lelah, namun saya mengingat kembali bahwa ini adalah awal dari perjalanan untuk meraih mimpi saya. Singkat cerita, saya pun tidak lolos SBMPTN, pada saat saya membuka pengumuman SBMPTN saya merasa sangat kecewa dengan diri sendiri, saya merasa sedih dan marah, karena saya lihat di media sosial bahwa banyak orang yang tidak belajar namun lolos, sedangkan saya yang belajar tidak lolos. Namun, saya harus mengontrol perasaan saya dan terima hasil apa adanya.
Saat saya tidak lolos SBMPTN, saya langsung mendaftar SIMAK KKI dan SIMAK reguler. Di titik ini saya merasa sangat capek, karena saya melihat kebanyakan teman saya sudah mendapatkan universitas sedangkan saya belum masuk kemana-mana. Akan tetapi saya terus belajar dan tidak menyerah untuk SIMAK. H-2 sebelum SIMAK KKI badan saya sudah terasa enak, saya demam, sakit tenggorokan dan sakit kepala. Namun saya mengabaikan hal tersebut dan tetap fokus untuk tes SIMAK. Pada saat saya tes SIMAK KKI, saya merasa kesusahan apalagi di bagian matematika dan fisika, berbeda dengan SBMPTN, saya tidak dapat menebak jawaban karena ada sistem minus. Saya sudah merasa sangat pesimis. Namun beberapa hari setelah saya tes SIMAK KKI, saya dapat WA dari salah salah admin FKUI bahwa saya lolos tahap awal, dan saya dipanggil untuk interview dan personality test, saya merasa sangat senang karena saya mengira saya tidak akan lolos. Menurut saya, ketika saya melakukan personality test dan interview saya tidak mengalami kendala, karena pertanyaan yang diajukan bukan pelajaran.
Pada saat pengumuman simak yaitu 14 Juli 2022, saya merasa sangat tegang saya terus melihat HP saya untuk menunggu pukul 15:00. Tepat pukul 15:00, saya membuka pengumuman SIMAK KKI, dan tulisannya saya keterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kelas Internasional. Awalnya saya tidak percaya, sehingga saya refresh webnya, namun memang benar saya keterima. Tangan saya langsung gemeteran dan ayah saya langsung memeluk saya. Disaat itu, saya merasa kerja keras saya terbayarkan.
Harapan saya selama di FKUI adalah saya dapat belajar dan menangkap materi yang baik untuk menjadi dokter, serta membangun relasi dengan teman-teman saya. Saya juga berharap saya dapat menjadi mahasiswa yang berprestasi secara akademik maupun non akademik serta menjadi mahasiswa yang aktif. Rencana jangka pendek saya selama preklinik adalah, saya ingin mencari metode belajar yang terbaik untuk saya, sehingga selama perjalanan saya untuk menjadi dokter saya tidak menghabiskan waktu karena metode yang salah. Saya juga ingin mengikuti organisasi agar saya dapat mengenal lebih dalam budaya mahasiswa UI, khususnya FKUI serta membangun relasi dan menggunakan organisasi sebagai sarana untuk menggembangkan diri menjadi pribadi yang lebih aktif dan bertanggung jawab. Rencana jangka panjang saya selama preklinik adalah, mendapatkan IPK yang memuaskan sehingga saya dapat pergi ke UK untuk menjalani double degree saya. Rencana saya selama koas adalah, menjadi pribadi yang sigap dalam menolong pasien, dan memanfaatkan waktu berharga saya selama menjadi koas untuk belajar secara klinis bagaimana cara menyembuhkan pasien dengan baik dan benar.
Harapan saya jika saya menjadi dokter suatu hari adalah, saya dapat menjadi yang dokter peduli terhadap pasiennya, dapat melakukan diagnosa dan pengobatan yang tepat. Serta saya berharap saya dapat menjadi sumber inspirasi bagi para calon dokter lainya. Jika diberikan rezeki saya ingin memabangun klinik gratis di daerah pinggiran, sehingga masyarakat menengah-kebawah dapat berobat tanpa beban membayar.
Pesan saya untuk adik kelas yang mungkin ingin masuk FKUI adalah, tetap semangat dan jangan menyerah. Karena perjalanan untuk tembus masuk ke FKUI itu memang sangat susah, tapi saya yakin itu tiada bandingnya dengan perjalanan untuk menjadi dokter. Di tengah-tengah perjalan, adik-adik akan mengalami penolak, dan hasil-hasil yang tidak sesuai ekspektasi. Namun jangan jadikan hal tersebut suatu beban pikiran yang negatif, jadikanlah hal tersebut motivasi untuk terus menjadi lebih. Semangat berjuang!!
Comments