top of page

Narasi Perjuangan - Aqilla Katrita Zaira Nugroho

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 14, 2022
  • 13 min read

Updated: Aug 15, 2022


Kisah Dibalik Keberhasilan Memasuki FK UI


Assalamualaikum Wr. Wb. Halo semuanya!

Syukur alhamdulillah saat ini saya telah berhasil diterima sebagai mahasiswa FK UI 2022, dan cerita dibalik itu tidaklah singkat ataupun mudah. Saya akan coba menceritakan kisah perjuangan saya dalam usaha mencapai mimpi saya sebagai dokter. Sebelumnya, salam kenal semua, nama saya Aqilla Katrita Zaira Nugroho, saya sendiri biasa dipanggil Lala, atau Aqilla. Saya adalah alumni dari SMAN 78 Jakarta, di Jakarta Barat. Menjadi dokter adalah impian saya, entah sejak mulai kapan. Menjadi mahasiswa FK UI menjadi impian saya sejak SMP, sejak saya mulai banyak cari tahu tentang Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia. Oleh karena FK UI adalah salah satu Fakultas kedokteran terbaik di Indonesia, maka tentu proses seleksi untuk diterimanya tidaklah mudah. Oleh karena itu saya bertekad untuk berusaha dan mencoba segala jalan seleksi penerimaannya.

Memasuki FK UI sudah menjadi impian saya dari akhir tahun SMP. Sejak saat itu saya sudah mencari-cari informasi mengenai hal-hal yang dapat membantu memudahkan jalan saya untuk memasuki FK UI, seperti target nilai UTBK, nilai rapor yang aman untuk SNMPTN, serta bentuk strategi belajar yang efektif. Sejak awal, saya sudah menyadari bahwa saya pribadi memiliki ketertarikan, dan kesenangan dalam mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem organ tubuh manusia, jenis-jenis penyakit, dan cara untuk mencegahnya yang biasa dipelajari dalam mata pelajaran Biologi saat SMA. Selain itu, saya juga menyadari bahwa pendidikan kedokteran membutuhkan waktu yang cukup lama, namun hal ini tentunya bisa membantu saya mendapatkan banyak keuntungan dalam kehidupan. Seperti ilmu kedokteran yang berharga, ilmu tentang etika dan sopan santun, pengalaman pendidikan yang berharga, dan kesempatan bagi saya untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya. Selain itu, seperti yang kita tahu FK UI merupakan salah satu Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia. Dengan mengetahui hal itu saya menjadi semangat bertanya kepada kakak tingkat, yang merupakan teman saya semenjak SD, mengenai “Bagaimana sih rasanya menjadi mahasiswa baru FK UI?”, “Metode pembelajaran yang digunakan di sana seperti apa?”, “Apakah sulit menjalani kesibukan di FK UI?”. Jawaban-jawaban teman saya membuat saya menjadi lebih bersemangat untuk persiapan usaha memasuki FK UI.

Saya tahu, usaha dan passing grade untuk masuk FK UI itu luar biasa. Oleh karena itu, begitu masuk SMA saya memutuskan untuk menjadi siswa yang aktif mengikuti perlombaan dan menjaga nilai akademik. Usaha itu saya mulai dengan mengikuti kelas Akselerasi (Layanan 2 tahun). Awal tahun SMA, saya masih aktif dalam menjadi bagian dari OSIS PK 78 dan menjadi Anggota Divisi Hubungan Masyarakat. Selain itu, saya juga ikut serta pada kepanitiaan pentas seni sekolah saya, yaitu Sekoria dengan menjadi salah satu panitia pada seksi sponsor. Saya mencoba ikut seleksi sekolah untuk perwakilan KSN nasional, dan berhasil mewakili sekolah di mata pelajaran Biologi. Pada pertengahan tahun, saya mengikuti beberapa perlombaan paduan suara tingkat internasional, dan telah berhasil mendapatkan Gold Medal, winner of the category sebanyak 2 kali. Selain itu saya juga mengikuti perlombaan desain poster di berbagai lembaga seperti FLS2N, dan Opsilon. Semua sertifikat kemenangan tersebut saya kumpulkan dengan harapan bisa membantu saya di proses seleksi penerimaan mahasiswa baru. Keaktifan sosial juga saya jaga dengan menjadi tim kreatif dalam kepanitiaan BTS (Buku Tahunan Sekolah). Hingga akhirnya datanglah saat-saat paling sibuk di SMA, yaitu akhir tahun. Saya dan teman-teman kelas Akselerasi harus menyelesaikan minimal 3 modul (bab) per-mata pelajaran dalam seminggu. Dilanjut lagi dengan datangnya masa US (Ujian Sekolah) dan UPRAK (Ujian Praktik). Untungnya, saya memiliki teman-teman yang suportif dan suka berbagi pada saat-saat genting.

Banyak yang bertanya “Didn’t you just throw away your special youth in high school?” atau “bukankah kamu baru saja membuang masa muda-mu di SMA?”. Terkadang saya memikirkan hal yang sama. Kenapa harus ikut kelas akselerasi? Kenapa harus belajar tekun? Bukannya masa SMA adalah masa paling indah? Saya dan teman-teman kelas akselerasi saya sering dibicarakan oleh banyak orang karena dinilai ‘terlalu ambisius’. saya kehilangan cukup banyak hal karena kesibukan saya. 3 pertanyaan tadi saya bahas dengan diri sendiri, dan saya analisa, “Kenapa saya merasa salah bila saya bersiap-siap untuk masa depan yang akan datang? Apakah saya paranoid?”. Pada akhirnya saya mendapatkan jawaban yang sempurna dari ibu saya. “Bedakan yang mana yang menikmati masa muda, dan yang mana yang merusak masa depan. Orang-orang yang tidak tahu pentingnya masa depannya, akan terus sibuk bersenang-senang.” “Bersenang-senang itu boleh, tetapi selama 3 tahun di SMA itu tidak bersenang-senang terus-kan, seharusnya?” Sebelumnya saya merasa rendah diri, namun setelah mendengar perkataan ibu, saya mulai bisa menertawakan komentar orang-orang disekitarku mengenai status pendidikan “anak akselerasi”.

Pada masa-masa penentuan eligible nilai rapor untuk SNMPTN, alhamdulillah saat itu saya masuk dalam daftar eligible. Tetapi rank saya tidak terlalu tinggi, tidak cukup untuk memilih FK UI sebagai pilihan pertama. Ternyata perkataan orang-orang benar, saya terlalu ambisius untuk berharap bisa masuk FK UI. Sebelum ini, banyak orang yang meragukan impian saya, termasuk guru BK. Beliau bilang saya tidak mampu memasuki FK UI, ditambah dengan fakta bahwa saya anak akselerasi yang hanya mempelajari materi secepat mungkin dan tidak mendalaminya. Beliau meminta saya memilih fakultas lain seperti kesehatan masyarakat atau mipa yang kemungkinan besar saya bisa diterima. Hal itu tentu bertolak dari impian saya, seperti dipatahkan rasanya. Saya harus mempertimbangkan untuk melepas impian saya menjadi dokter karena ada orang lain yang beranggapan saya kurang mampu. Saya bingung, apakah ini demi kebaikan saya beliau berbicara seperti itu? Atau demi membantu sekolah agar mempertahankan julukan sebagai ‘Sekolah yang memiliki track record lulusan SNMPTN yang cukup tinggi’? “Kamu mending tahu diri aqilla, ada kakak kelasmu tahun lalu yang keras kepala seperti kamu untuk masuk FK UI pada akhirnya juga ga dapet. Jangan egois, kalau kamu tidak mau menurunkan standard pilihan, lebih baik serahkan peluang SNMPTN-mu ke anak lain yang berharap bisa masuk jurusan yg lebih ringan” kata beliau. Syukur alhamdulillah, saya mendapat dukungan dari orangtua dan guru PA saya untuk tetap mengejar FK UI. Ternyata, guru PA saya juga menentang perkataan guru BK saya, dia ingin saya untuk mencoba semua portal untuk menjadi maba FK UI. Hingga saatnya pengumuman SNMPTN, saya tidak lolos. Semangat saya patah. Ditambah dengan fakta bahwa dulu saya tidak begitu peduli dengan akademik dan rindu bersenang-senang, saya ragu kepada diri sendiri. Apakah benar saya mampu berusaha lebih keras lagi?

Saya panik untuk sementara karena merasa sudah menjaga nilai tetapi tidak dapat mendapatkan universitas impian saya. Semakin panik, semakin kuat tekad saya bersiap untuk SBMPTN. Saya mengikuti bimbingan belajar bersama teman-teman saya dalam waktu yang cukup lama. Setiap hari dari jam 8 pagi hingga 9 malam intensif les online. Selalu ada break satu setengah jam per-mata pelajaran, namun anehnya lelahnya masih terasa. Terkadang 3 bulan sekali bimbingan belajar tersebut mengadakan Camp di hotel. Saya bisa bertemu dengan teman-teman saya, diajarkan langsung oleh gurunya, dan bisa mendatangi gurunya saat ada materi yang saya kurang paham. Saya juga merasa Camp ini telah sangat membantu saya, walaupun sangat intens dan melelahkan, guru-guru yang mengajar sangat baik dan sangat pintar. Terkadang saking pintarnya, saya juga tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Pembelajaran secara offline saat itu terasa jauh lebih menyegarkan dan menyenangkan menurut saya, mungkin karena sudah jenuh dengan duduk di depan laptop dan mencatat. Saya terus berlatih dan mengulang kembali materi yang diajarkan oleh guru-guru bimbel. Jujur pada saat itu, saya merasa kesulitan dalam beberapa materi atau bab dan berusaha untuk mengikuti sumber belajar yang lainnya. Pada awalnya, saya sadar bahwa kelemahan terbesar saya adalah mata pelajaran kimia dan fisika. Saya terus berusaha berlatih di internet, dan mengikuti video beberapa channel youtube yang sangat mudah dimengerti seperti: ‘BIG Course’, ‘Wangsit Om Jero’, dan ‘Privat al Faiz’. Lalu bila masih bingung, saya ada sumber lainnya lagi. Karena saya berlangganan dengan Quipper, saya membaca modul dan menonton video yang mereka sajikan sangat membantu dan sangat mempermudah saya dalam mempelajari materinya. Lalu bila masih bingung lagi, saya biasa bertanya ke teman kakak kelas yang satu SMA denganku. Akhirnya, untuk mata pelajaran fisika akhirnya tertangani sedikit. Saya sudah bisa mengenali beberapa jenis soal dan pertanyaannya, dan cara menjawabnya, begitu juga dengan kimia. Saat itu saya sudah pasrah sekali dengan kimia, karena merasa sudah tertinggal jauh dan tidak mengerti materi dari awal semester SMA. Saya curhat, dan pada akhirnya kakak kelas saya menawarkan untuk ikut les privat kimia dengan guru SMAN 78 yang sudah pensiun, nama beliau adalah Bu Gini.

Bu Gin (atau Bu Gini), terkenal sebagai guru yang galak dan tegas saat masih mengajar di SMAN 78 Jakarta. Dia hanya mau mengajar anak-anak yang cepat tanggap dalam menerima materi yang diajarkan, dan bersemangat saat belajar. Tetapi banyak sekali murid SMAN 78 yang mau diajarkan oleh beliau. Kalau menurut testimoni-nya, penjelasan Bu Gin itu menempel terus di otak karena penjelasannya yang sederhana. Ditambah lagi lokasi rumahnya yang berada tepat di belakang SMAN 78, murid-murid yang sehabis sekolah biasa berjalan kaki dan berkumpul di rumah Bu Gin. Entah apa yang biasa mereka lakukan, katanya kalau sudah les Bu Gin, bisa lupa buat pulang ke rumah. Ternyata kabar bahwa Bu Gin adalah guru yang galak tidak sepenuhnya benar, mungkin lebih tepatnya tegas dan ekspresif. Selama 5 minggu saya intensif bersama beliau. Saya merasa dapat menyerap banyak ilmu dan mudah mengerti hal-hal yang beliau ajarkan. Beliau merupakan definisi terdiri seorang guru. Ia sangat suka mengajar, dia akan terus menjelaskan materinya sampai muridnya benar-benar paham. Sehat selalu Bu Gini dan keluarga, terima kasih atas ilmu dan nasihat yang ibu berikan.

H-22 dari UTBK, saya mendapat panggilan untuk mengikuti wawancara Talent Scouting. Sebelumnya saya sudah mendaftar dan mengumpulkan semua berkas dan sertifikat prestasi saya yang mungkin dapat membantu, dan sekarang tiba saatnya penentuan nasib saya. Rasa senang dan khawatir bersambut bersamaan. Saya langsung mempelajari materi tentang berbagai penyakit yang mungkin akan ditanyakan (seperti Covid-19, dan penyakit-penyakit komorbid), mempelajari medical ethics, mempelajari tentang kesibukan menjadi medical student, dan tentang wawancara FK UI KKI. Lalu tidak lama, tiba lah hari wawancaranya secara online. Hingga pada pos terakhir dalam wawancara, seorang dosen bertanya kepada saya “Do you know the consequences if you don't accept our invitation to be the part of FK UI KKI ?” dan saya menjawab “Yes i know about that doc, i heard that it has something with not accepting other students in my school on the next year of FK UI KKI registration. But i’m really sure i will take this opportunity fully without any doubt. Being a part of FK UI KKI is a really big blessing for me.” Beliau tidak bertanya mengenai pernyataan saya dan hanya tersenyum sambil mengangguk. Beberapa minggu setelahnya datanglah hari pengumuman Talent Scouting, dan saya tidak lolos. Saya bingung, dan mencari-cari kesalahan yang sudah saya lakukan saat wawancara. Hingga akhirnya saya mendapatkan informasi bahwa tahun lalu ada kakak kelas yang mendaftar di Talent Scout, diwawancara, dan keterima, tetapi TIDAK DIA AMBIL. Alhasil adik kelasnya harus menanggung kesalahan yang ia lakukan, dan tidak diterima di FK UI KKI.

Kembali fokus kepada persiapan SBMPTN, saya masih les bimbel dan privat kimia secara intensif. Lelah, kesal, sedih, takut, dan pasrah, semua perasaan itu tercampur aduk sempurna dan rata. Masih ada rasa minder yang tertanam dalam diri saya saat berada di sekitar anak-anak yang pintar. Bahkan anak yang sangat pintar dalam bimbel saya targetnya adalah FK UI. Lama-lama ekspektasi saya menurun dan semakin pasrah terhadap keputusan-Nya. Saat ada materi yang sama sekali saya tidak mengerti dan anak lain mengerti, saya sering memarahi diri sendiri. “Dia aja bisa, gw sendiri ko gabisa?” Masa-masa itu merupakan masa tergelap dalam perjalanan menuju FK UI. It felt like i can't do anything right as i wanted. Ditambah lagi banyak anak-anak arogan yang selalu merasa lebih dari yang lainnya mentang-mentang dia lebih pintar. Tetapi saya berusaha untuk melihat sisi positif dari berbagai kondisi karena sebentar lagi akan UTBK. Saat bingung pada satu paket latihan soal, saya dan teman-teman saya akan membahas bersama sampai larut malam. Di samping itu, kita biasanya juga mengobrol dan bercanda sampai malam dan lupa untuk belajar. Saya merasa beruntung memiliki teman-teman yang lucu dan suportif seperti mereka, kita saling sharing masalah akademik kita, ghibah, dan memiliki beban emosional yang hampir sama: takut dengan ujian mandiri. Alhamdulillah saya bertemu dengan banyak orang baik disana. Tertawa bersama mereka meringankan segala bentuk beban pikiran dalam diri saya. Waktu berlalu dan tinggal sehari sebelum UTBK.

Usai UTBK, saya merasa sangat lega. Rasanya semua beban dan kekhawatiran terangkat. Saat itu saya sudah pasrah dengan apapun yang terjadi selama saya sudah tidak mengikuti bimbel intensif yg sangat intensif itu. Kekhawatiran tidak keterima masih ada dalam benak saya, namun masih besar rasa lega beban dari tanggung jawab belajar. Setelah selesai UTBK, saya memutuskan untuk menikmati sisa waktu saya hingga pengumuman UTBK. Bukan karena rasa yakin akan diterima, melainkan karena kelelahan yang sudah bertumpuk dalam waktu yang sangat lama. Sambil beristirahat, saya masih membaca-baca buku catatan saya sembari mempertimbangkan untuk memilih tes mandiri SIMAK KKI atau Reguler. Saya coba untuk belajar sendiri melalui youtube, dan paket-paket latihan soal yang saya temui di twitter. Hingga datanglah tanggal 23 Juni, dan saya tidak lolos dalam jalur masuk SBMPTN.

“Kalo gw udah usaha sebesar itu ga dapet, memang ada usaha yang lebih besar lagi?” Batin saya. SIMAK adalah jalur yang paling menakutkan bagi hampir semua murid di muka bumi. Lebih susah dari UTBK, namun jalur terakhir untuk memasuki UI. Saya berfikir mungkin saat itu saya terlalu mengikat diri terhadap bimbel saya yang sangat intensif, dan lupa bahwa diatas langit ada langit. Jadi saya memutuskan untuk melakukan usaha yang sama beratnya tetapi ditambah dengan booster jalur langit. Saya melakukan sholat tahajud dan sholat taubat setiap malam, rajin membaca Qur’an, dan mengikuti account-account yang memberikan motivational quotes dan tips jalur langit untuk kesuksesan belajar. Berhari-hari saya tidak keluar rumah selain untuk berolahraga di gym. Menurut ibu, saya saat sedang stress dan tidak berolahraga akan sering badmood. Saya benar-benar takut dengan SIMAK, dan bingung bagaimana cara mempersiapkan diri lebih siap lagi.

Datanglah saat-saat terakhir pintu menjadi maba UI terbuka. Kekhawatiran saya bila tidak diterima sangat tinggi. Bila tidak diterima di UI, saya harus berpisah dengan orangtua dan kucing-kucing saya, atau mendaftarkan diri di universitas swasta dengan biaya yang setinggi impian saya sendiri. Saya berdoa dan menyebutkan bismillah di setiap pergantian mata pelajaran. Setiap ada soal yang saya tidak mengerti, rasanya seperti ada yang menonjok perut saya. Setelah selesai SIMAK, saya tidak lega sama sekali. Walaupun bagian biologi dan kimia saya terisi semua dan yakin dengan jawaban saya, saya takut apabila ada jawaban saya yang salah. Tidak ada lagi yang bisa saya lakukan selain berdoa, dan mendaftar dalam universitas lain yang masih membuka jalur pendaftaran.

14 July 2022, saya dan sekeluarga berkumpul di depan laptop sambil menunggu waktunya datang pengumuman. Saya merefresh websitenya dan mengetikkan nomor peserta, jalur masuk, dan tanggal lahir. Saat menunggu pengumumannya saya sudah berpikir tidak diterima, namun ternyata saya bisa. Saya lolos menjadi maba FK UI. Kedua orang tua saya sangat senang dan memeluk saya. Rasa syukur dan haru yang tidak terbendung, tidak bisa digambarkan dengan kata. Masih tidak percaya rasanya. Sujud syukur saya panjatkan. Setelahnya saya berucap mengabari dan berucap terimakasih atas support dan batuan doa nya kepada guru-guru, keluarga besar, dan teman-teman. Mereka semua turut bahagia atas keberhasilan saya. Ternyata saya mampu mencapai impian saya yang dinilai ‘terlalu tinggi’. Tidaklah tahu kita dari doa siapa impian kita dikabulkan Allah SWT, oleh karena itu saya sangat berterimakasih kepada semua manusia baik hati di sekeliling saya. Saya berhasil menunjukkan kemampuan saya dan tekad saya yang kuat. Saya bersyukur banyak orang baik dan tulus disekitar saya yang telah membantu melancarkan jalan perjuangan saya memasuki FK UI dengan kepercayaannya, kata-kata suportifnya, bahkan doa nya. Saya bersyukur semua kesulitan dan hard work yang telah saya lalui dan kerahkan ternyata worth it untuk dilakukan. It’s literally hard work that paid off.

Harapan saya begitu memasuki FK UI, saya ingin menjadi pribadi yang bermanfaat bagi semua dan berkembang menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Usaha dan perjalanan yang telah saya lalui merupakan gambaran perjalanan saya yang membantu mengembangkan kemampuan belajar dan kekuatan mental saya. Bila perjuangan yang keras ini dapat membantu saya berkembang, saya yakin bahwa perjalanan 5.5 tahun saya di FK UI akan membantu saya menjadi lebih hebat lagi. Baru beberapa minggu saya menjalankan OKK dan PSAF, saya merasa saya sudah mendapatkan ilmu baru yang banyak. Saya bisa belajar tentang menjaga solidaritas dalam angkatan, menjaga etika terhadap kakak tingkat dan teman-teman, bertoleransi atas perbedaan yang ada, dan cara manajemen waktu. Harapan saya terhadap angkatan FK UI 2022, adalah agar bisa saling menopang saat dibutuhkan dan solid. Saya berharap angkatan ini akan menghasilkan dokter-dokter muda yang brilian dan berguna bagi bangsa ketika lulus nanti. Semoga ikatan pertemanan angkatan ini terus kuat sepanjang waktu dan dapat bekerja sama dengan baik hingga lulus dan saat terjun di dunia pekerjaan nanti.

Rencana jangka pendek saya sebagai mahasiswa FK UI, saya akan berusaha sebaiknya untuk fokus dan mendalami bidang akademik, dan ikut berpartisipasi dalam bidang non-akademik. Selain itu, saya juga akan belajar beradaptasi dengan kehidupan kuliah yang jauh berbeda dengan kehidupan di SMA. Banyak hal yang akan saya kembangkan, seperti hard skill dan soft skill yang akan sangat berguna untuk masa depan. Saya berharap untuk bisa menjadi bagian dari organisasi-organisasi kedokteran seperti AMSA (Asian Medical Students Association) dan CIMSA (Center of Indonesian Medical Students Association). Rencana jangka panjang saya, adalah menjadi koass yang sungguh-sungguh, dan belajar banyak hal dari pengalaman bersama pasien dan kakak tingkat. Dengan kerajinan dan ketekunan saya dalam belajar, saya berharap untuk bisa meraih predikat cumlaude dan lulus dengan mulus menjadi dokter. Semoga saya mampu memegang tanggung jawab itu dengan baik. Saya ingin menambah pengalaman-pengalaman baru dan belajar darinya, agar bisa menggambarkan kondisi bagaimana nanti dunia pekerjaan sebenarnya. Untuk saat ini, saya ingin sekali menjadi spesialis syaraf, semoga Allah meridhoi dan memberi kelancaran dalam prosesnya, aamiin. Saya ingin sekali suatu saat nanti di masa depan, saya berhasil menjadi dokter yang berhasil menyelamatkan ribuan jiwa, berbagi ilmu dan pengalaman yang bermanfaat bagi dunia kedokteran.

Saya akan berusaha yang terbaik untuk mewujudkan kedua rencana jangka panjang dan pendek. Saya akan belajar untuk melakukan manajemen waktu yang baik untuk diri saya sekarang dan di masa depan. Saya juga akan berusaha menjalin hubungan baik semua orang dan kalangan, menjaga hubungan baik sejawat. Ilmu bisa didapatkan dari mana saja, tidak hanya dari buku pelajaran dan kelas-kelas dari dosen. Teman-teman dan kakak tingkat bisa memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat.Saya berharap, dengan ilmu dan pengalaman berharga yang akan saya miliki, kelak saya dapat berkontribusi bagi kebaikan kemanusiaan. Menjadi dokter adalah suatu peran yang terus berkembang dan belajar, oleh karena itu hendaknya tak putus semangat dokter untuk terus mengabdi pada bidang kesehatan dan tak putus mempelajari hal-hal baru, untuk kebaikan kesehatan kemanusiaan.

Pesan dan nasihat saya kepada teman-teman SMA yang memiliki impian memasuki FK UI, adalah kuatkan mental kalian. Perjalanan menuju FK UI memang sangat berliku dan sulit (menurut saya). Kuatkan tekad dan keinginan kalian untuk memasuki FK UI, karena di perjalanan kalian nanti akan banyak badai yang menghantam dan akan banyak bukit dan lembah yang mempermudah atau mempersulit perjalanan kalian. Di ujung perjalanan kalian nanti akan ada tempat yang sangat indah, tempat yang kalian tuju. Namun, itu bukan peristirahatan terakhir, akan ada banyak perjalanan lagi kedepannya. Untuk sekarang, teruslah berjalan, berusaha, dan melihat kedepan. Jangan melihat banyak beban yang kalian angkut, melainkan lihatlah target yang sangat ingin kalian tuju. Ingat bahwa kegagalan itu bukan akhir dari semuanya. Tunjukkan bahwa kalian mampu menjalani itu semua. Kegagalan tidak untuk dilupakan atau disesali, melainkan bahan bakar untuk membuat semangatmu berkobar, pelajaran untuk tidak di ulang, dan awal cerita perjuanganmu yang sebenarnya. Terakhir, dan yang paling utama dari semua usaha adalah jangan lupa untuk berdoa dan beribadah. Segala upaya dan usaha tidak akan ada gunanya jika tidak disertai dengan doa. Saya sudah membuktikan itu. Terbersit bahwa kegagalan saya memasuki FK UI KKI adalah pertolongan dari Allah. Allah pasti tahu apa yang terbaik untukmu, dan apa yang tidak baik untukmu. Semangat kalian, calon mahasiswa baru UI, semoga yang terbaik akan datang padamu.

Failure is not the opposite of success, it's a part of success.

Failure is not when you got rejected, it is when you stop trying your best.

Failure does not mean that God has left you. This means that God has a better way for you to reach your goals.




 
 
 

Recent Posts

See All

Comments


Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page