top of page

Narasi Perjuangan - Anindya Nasywa Putri Zaharani

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 14, 2022
  • 8 min read

Esai Narasi PerjuanganTerdapat sebuah pepatah yang biasa digunakan oleh masyarakat ketika pertama kali bertemu. “Tak kenal maka tak sayang,” adalah bunyi dari pepatah tersebut. Oleh karena itu, izinkan penulis memperkenalkan diri penulis terlebih dahulu. Penulis memiliki nama lengkap Anindya Nasywa Putri Zaharani. Penulis kerap disapa dengan nama Anin, Nindy, Nasywa, atau pun Ninza. Penulis mengenyam pendidikan menengah atas di sebuah sekolah negeri di kota kecil sejuk yang terletak di antara lima gunung di Jawa Tengah. Sekolah itu adalah SMAN 1 Kota Magelang yang terletak tepat di sebelah Rumah Dinas Walikota Magelang. SMAN 1 Kota Magelang atau biasa disebut Gladiool High School (GHS) ini merupakan tempat penulis menuntut ilmu, berinteraksi dengan manusia sebaya, dan mendapatkan banyak pelajaran serta pengalaman berharga. Di Gladiool High School (GHS) tercinta ini lah penulis bertemu dengan teman-teman yang luar biasa dan sangat supportif. Selain dukungan dari orangtua penulis, berkat dukungan dari teman-teman baik penulis pula penulis dapat berproses dan berkembang hingga mencapai titik ini.

Meski kota tempat tinggal penulis termasuk kota yang indah dan memiliki banyak kenangan personal bagi penulis, penulis ingin terus berkembang dengan cara memperluas cakrawalanya dan tidak ingin tetap diam saja di tempat yang sama dari tahun ke tahun. Akibat terus-menerus bersekolah di kota kecil yang sama sejak sekolah dasar, penulis merasa kurang puas karena tidak adanya tantangan dan pengalaman baru yang dapat membantu penulis berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Penulis pun mencoba untuk melanjutkan studi di kota lain dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang ada di ibukota pun menjadi pilihannya. Dahulu penulis hanya berangan-angan betapa hebatnya dapat bersekolah di sekolah para pendiri bangsa, STOVIA, yang kini menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Angan-angan itu menjadi salah satu alasan pemicu mengapa penulis mencoba mendaftar SIMAK UI hanya dengan satu pilihan, yaitu Pendidikan Dokter kelas Reguler.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) adalah fakultas kedokteran yang mampu mencetak lulusan dokter terbaik menurut penulis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah salah satu saksi sejarah bangkit dan bersatunya pemuda Indonesia melawan penjajah. Sehingga penulis beranggapan bahwa civitas akademik FKUI tidak hanya mampu menyembuhkan penyakit, tetapi juga dapat turut berkontribusi dan mempelopori upaya menyembuhkan permasalahan-permasalahan yang ada di masyarat. Selain itu, dosen-dosen FKUI sangat berpengalaman sehingga penulis berharap dapat mendapatkan pengetahuan terbaik dari pengalaman-pengalaman dan ilmu yang dimiliki oleh beliau. Penulis ingin belajar ilmu kedokteran langsung dari para pakar terbaik bangsa, maka dari itu penulis memutuskan untuk berjuang keras agar dapat menjadi mahasiswa FKUI. Penulis beranggapan bahwa ekosistem pembelajaran FKUI adalah ekosistem terbaik untuk penulis dapat terus mengembangkan kemampuannya agar kelak bisa menjadi dokter yang dapat membantu mengatasi berbagai permasalahan kesehatan di masyarakat.

Menjadi seorang dokter adalah cita-cita lama penulis yang bersemi kembali. Saat duduk di bangku sekolah dasar, penulis sempat bercita-cita menjadi dokter. Akan tetapi, penulis saat itu mengurungkan niatnya setelah mengetahui seorang mahasiswa kedokteran harus belajar anatomi menggunakan mayat manusia yang diawetkan atau biasa disebut cadaver sebelum resmi menjadi dokter yang bisa mengobati pasien. Setelah mengetahui hal itu, penulis pun mencoba mempelajari cabang sains lain dan mulai mengenal astronomi dari buku insiklopedia di perpustakaan sekolah dasar penulis lalu mulai terobsesi dengan kosmologi dan fisika kuantum beserta dengan teori-teori lainnya sejak akhir sekolah dasar meskipun pada saat itu penulis belum benar-benar bisa memahami hakikat dari bacaan tersebut.

Puncak obsesi penulis pada bidang sains, terutama astronomi, terjadi saat memasuki bangku sekolah menengah akhir. Penulis mengikuti olimpiade astronomi tingkat kota di tahun pertama dan berhasil mendapat juara ketiga pada bulan maret, tepat beberapa hari setelah olimpiade tersebut, pandemi Covid-19 menyerang. Sampai kelas 11 penulis masih aktif mengikuti olimpiade astronomi hingga penulis dipercaya untuk bertanding di Kompetisi Sains Nasional bidang Astronomi mewakili Kota Magelang di tingkat Provinsi Jawa Tengah.

Namun, di saat yang bersamaan pembina tim olimpiade di sekolah penulis meninggal dunia diduga karena Covid-19 saat melonjaknya kasus delta. Anggota keluarga penulis juga banyak yang tertular virus ini. Penulis pun mulai memikirkan esensi dari apa yang penulis kejar selama ini. Penulis lalu mulai menyadari bahwa yang dibutuhkan oleh kebanyakan orang di dunia untuk saat ini bukan hanya seorang yang berteori tentang bagaimana semesta ini terbentuk, bukan orang yang mencari tanda-tanda keberadaan kehidupan lain di semesta ini sementara orang-orang di sekelilingnya sedang sekarat, melainkan kebanyakan orang di dunia saat ini lebih membutuhkan kemampuan dari dokter yang kompeten dan berdedikasi. Masyarakat dunia di era ini lebih membutuhkan kehadiran seorang dokter yang mau mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan nyawa manusia lain. Tentu saja seorang astronom pasti dibutuhkan untuk kemajuan suatu peradaban, tetapi dalam keadaan genting dokter dapat memberi kontribusi lebih terhadap kesejahteraan manusia-manusia lain. Selain itu, senyuman tulus dari pasien yang sembuh dari penyakit yang dideritanya membuat penulis merasa bahwa setiap nyawa memiliki kehidupan yang berharga dan dapat membuat penulis lebih memaknai kehidupan penulis beserta manusia lainnya di muka bumi. Penulis pun menyadari bahwa dirinya ingin turut berperan dalam mewujudkan momen bahagia dan mengharukan itu.

Saat Covid-19 mencapai puncaknya pada kasus delta (sekitar 2021 awal-tengah), penulis membulatkan tekadnya untuk mengabdikan dirinya untuk menjalani tugas mulia sebagai seorang dokter yang bekerja dengan segenap jiwa dan raga demi kemanusiaan tanpa membeda-bedakan latar belakang suku, ras, agama, negara, dan lain-lain. Penulis telah memantapkan hatinya untuk hanya memilih fakultas kedokteran nantinya. Saat pengumuman eligible SNMPTN di bulan Januari 2022, dengan mantap penulis memutuskan untuk mengundurkan diri dari daftar siswa yang berhak mengikuti SNMPTN setelah melalui berbagai pertimbangan dan diskusi yang matang dengan melibatkan berbagai pihak. Penulis mengambil keputusan tersebut karena penulis menilai ia tidak punya kesempatan untuk masuk program studi kedokteran dari jalur tersebut sedangkan penulis hanya ingin masuk program studi kedokteran. Penulis pun menyerahkan kuota eligible yang penulis dapatkan kepada yang lebih membutuhkan dan dapat memanfaatkan peluang tersebut daripada harus membuang peluang emas itu untuk pertaruhan yang sia-sia dan memiliki probabilitas yang dinilai kurang dari atau sama dengan nol. Penulis hanya memiliki dua pilihan lain setelah memutuskan membuang peluangnya di SNMPTN, SBMPTN dan SIMAK-UI.

Tentu mustahil jika penulis tidak merasa cemas sama sekali dengan pilihan nekatnya, tetapi penulis tetap berusaha menjernihkan pikirannya dan berusaha giat bersama dengan teman-teman seperjuangannya demi meraih impiannya masing-masing. Pada bulan Februari 2022, penulis terjangkit Covid-19 yang tentunya sangat menghambat kegiatan belajar-mengajar penulis. Tak dipungkiri, penulis semakin merasa cemas karena tidak dapat mengikuti bimbingan belajar sedangkan jadwal pelaksanaan SBMPTN sudah semakin mendekat. Apalagi penulis juga memiliki comorbid penyakit paru-paru berupa bronkitis sehingga pemulihan penulis berjalan sedikit lebih lama dan memerlukan beberapa obat-obatan serta pemeriksaan tambahan yang memakan waktu belajar penulis. Namun, penulis tidak berputus asa dan tetap mengerjakan try out online serta berdoa agar segera pulih kembali. Setelah pulih dari Covid-19, penulis pun kembali belajar bersama kelompok belajarnya untuk mempersiapkan diri menghadapi SBMPTN. Penulis pun menambah jadwal bimbingan belajarnya dan belajar mati-matian untuk dapat masuk FK melalui jalur SBMPTN.

Akibat kecemasan yang memuncak dan terlalu memaksakan diri sehingga mengabaikan kesehatan, penulis jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit selama kurang-lebih satu pekan pada akhir April 2022. Penyakit lambung yang diderita penulis tiba-tiba kambuh dan diperparah oleh kenyataan bahwa ternyata penulis memiliki intoleransi laktosa yang baru saja terdeteksi setelah sistem pencernaan penulis mulai bermasalah. Tak hanya itu, penulis juga mengalami anemia yang membuat hemoglobin penulis turun drastis ke angka delapan sehingga penulis membutuhkan transfusi darah sebanyak dua kantong.

Kondisi tubuh dan mental penulis saat melaksanakan UTBK pun tidak maksimal karena keteledoran penulis sendiri dalam menjaga kesehatan. Akibatnya, hasil UTBK penulis kurang memuaskan dan berujung pada penolakan. Meskipun demikian, penulis tidak ingin bersedih terlalu lama dan segera bangkit kembali untuk mempersiapkan SIMAK-UI dengan lebih matang. Penulis pun akhirnya diterima di program studi dan universitas impian penulis, Pendidikan Dokter Universitas Indonesia. Penulis berharap dengan diterimanya penulis di FKUI, penulis dapat mempelajari ilmu kedokteran dengan maksimal dan tetap tidak melupakan pentingnya menjaga kesehatan diri penulis.

Penulis berharap penulis dan teman-teman FKUI angkatan 2022 dapat menjadi dokter yang cekatan dan dapat menjalankan kesempatan mengemban misi kemanusiaan yang mulia ini dengan sebaik mungkin. Penulis berharap agar hubungan antar individu di FKUI angkatan 2022 ini dapat terbina dengan baik selamanya sehingga penulis dan anggota-anggota FKUI 2022 lain dapat saling bersimbiosis mutualisme bahkan sampai di dunia kerja besok. Tidak hanya hubungan intra angkatan, penulis berharap hubungan antar angkatan di FKUI dapat terjalin dengan erat. Gagasan hubungan saling mengasah dan mengasuh intra dan antar angkatan terdengar ideal di telinga penulis. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, penulis akan berusaha memberikan kontribusi terbaik untuk FKUI, terutama untuk FKUI 2022.

Penulis ingin menjadi salah satu mahasiswa kedokteran FKUI yang dapat menjadi contoh dan membawa pengaruh baik bagi masyarakat di sekitar penulis. Penulis sadar hal tersebut dapat tercapai dengan menerapkan pola hidup sehat pada diri sendiri terlebih dahulu sebelum dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjalani kehidupan yang sehat. Penulis ingin menjadi salah satu lulusan terbaik FKUI yang bisa memberi impact yang luar biasa baik dalam masyarakat. Untuk itu, penulis berkomitmen untuk belajar semaksimal mungkin dan mencari pengalaman serta relasi sebanyak-banyaknya selagi penulis masih muda. Tak lupa, penulis juga harus berolahraga secara teratur serta lebih memperhatikan asupan nutrisi harian penulis.

Untuk harapan jangka panjang, penulis ingin menjadi seorang dokter yang dapat mengubah persepsi buruk di masyarakat tentang tenaga medis dan dokter. Saat sudah mendapat gelar spesialis, penulis ingin kembali ke kampung halaman penulis untuk mengabdikan diri penulis kepada masyarakat di sana. Penulis tidak ingin ada masyarakat di sekitar penulis yang beranggapan dokter hanya ingin uang dari hasil berbisnis dengan pasien. Penulis ingin mengabdi dengan sebaik-baik kemampuan penulis untuk menyelamatkan nyawa manusia lain. Penulis ingin membuka klinik dengan biaya yang tidak membebani masyarakat yang kurang mampu sehingga tidak ada lagi yang takut berobat ke dokter karena tidak punya uang. Penulis juga ingin mengubah persepsi di masyarakat, terutama pada anak-anak, bahwa pergi ke dokter bukan suatu hal yang mengerikan dan pasti berujung pada kegiatan menyuntik yang ditakuti sebagian besar anak-anak dan beberapa orang dewasa.

Penulis ingin masyarakat di sekitar penulis mengutamakan pengobatan secara medis terlebih dahulu sebelum pengobatan alternatif, bukannya pergi ke dokter sebagai pilihan terakhir karena kegagalan pengobatan alternatif yang tak jarang malah menimbulkan infeksi (sepsis), keracunan, bahkan hingga cacat permanen dan risiko kematian. Untuk itu, penulis akan berusaha mengedukasi masyarakat dengan cara yang lebih ramah, menyenangkan, dan mudah diterima oleh seluruh kalangan. Penulis berharap taraf kesejahteraan masyarakat di sekitar penulis akan meningkat dan tidak ada lagi masyarakat yang tertipu malpraktik “dukun-dukun” yang hanya memperparah kondisi yang mereka alami.

Mungkin sulit untuk meluruskan pemahaman kurang tepat yang sudah terlanjur melekat pada generasi sebelumnya, tetapi masih ada generasi baru yang masih bisa diberi pengertian/edukasi mengenai pemahaman ilmiah yang benar sehingga rantai pemahaman yang kurang tepat yang hanya berlandaskan “katanya” dan survivorship bias yang dapat memberi pemahaman menyesatkan dalam kehidupan masyarakat awam dapat diputus. Penulis percaya setiap langkah kecil pembawa perubahan yang didasari oleh niat baik sedikit-demi sedikit pasti akan membuahkan hasil yang baik pula untuk kemajuan peradaban manusia.

Untuk adik-adik yang tertarik masuk FKUI, penulis berpesan untuk selalu menyiapkan hati dan pikiran adik-adik akan kemungkinan-kemungkinan tak terduga yang mungkin akan terjadi. Tidak semua hal akan berjalan sesuai ekspektasi. Adik-adik harus memahami bahwa ada banyak hal yang berada di luar kapasitas kendali kita sebagai manusia dan itu tidak masalah. Hidup itu penuh kejutan, tetapi tidak semua kejutan hidup dapat langsung diproses dengan baik oleh manusia dan memerlukan waktu lebih untuk dapat dicerna dengan baik.

Menurut penulis, tidak ada orang yang gagal, yang ada hanya orang yang memaksakan dirinya untuk memenuhi ekspektasinya sendiri tanpa melihat kelebihan dan kekurangan dirinya. Terus menyangkal dan akhirnya terlambat mempersiapkan diri, kebanyakan dari mereka baru sadar akan hal itu saat sudah terlanjur dihantam realita. Penulis berpesan agar adik-adik dapat mengenali diri sendiri secara objektif dan jangan memaksakan diri untuk masuk ke dalam kotak-kotak atau stereotip yang ada. Terima lah diri sendiri apa adanya dan jadilah versi terbaik dari diri adik-adik.

Semua peristiwa yang terjadi dalam hidup sifatnya netral karena Tuhan sudah mengatur peristiwa itu untuk terjadi seperti itu bukan tanpa alasan, yang membedakan persepsi positif-negatif akan sesuatu yang terjadi adalah bagaimana cara diri ini memaknainya. Merasa kecewa, marah, sedih, dan lain-lain itu wajar. Akan tetapi, jangan lupa untuk bangkit dan kembali menjalani kehidupan yang masih terbentang dengan berbagai kemungkinan yang menunggu ditemukan. Kemungkinan-kemungkinan tersebut terbentuk dari kombinasi variabel semesta yang masih akan tetap berupa kombinasi bernilai infinit sebelum ditetapkan sebagai peristiwa yang sudah terjadi. Adik-adik harus berusaha sekuat tenaga untuk menggapai variabel impian milik adik-adik diantara lautan kemungkinan itu. Meskipun banyaknya kombinasi dari variabel kemungkinan yang mungkin akan terjadi terlihat mustahil untuk diraih, adik-adik harus percaya bahwa Tuhan tidak akan memberi kombinasi variabel yang salah.

Masuk FKUI tidaklah mudah, bertahan di FKUI juga tidak semudah itu, tetapi jangan menyerah dan selalu berpikir positif. Merasa cemas adalah respon alami tubuh manusia ketika dihadapkan dengan situasi yang sulit, tetapi jangan biarkan kecemasan menggerogoti energimu. Cemas adalah pintu masuk untuk berbagai penyakit yang perlahan tapi pasti akan merusak banyak aspek dalam hidup. Dengarkan sinyal yang dikirim oleh tubuh dan beristirahatlah sejenak sebelum berjuang kembali. Jangan lupa perbanyak literasi dan mencari referensi yang up to date dan terpercaya. Tidak usah malu untuk saling bertanya dan berdiskusi selama proses belajar. Berusaha lah sesuai kapasitas diri, berdoa lah setiap saat, dan tetaplah berbuat baik kepada siapa pun. Bisa jadi kesuksesan hari ini adalah berkat doa dari orang-orang yang pernah terbantu oleh perbuatan baik kecil adik-adik yang bahkan tidak adik-adik sadari.


 
 
 

Recent Posts

See All

Comments


Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page