Narasi Perjuangan - Andrea Aretha Purnama
- FKUI 2022
- Aug 14, 2022
- 9 min read
Jalan Berduri Menuju FKUI
Halo, salam kenal untuk para pembaca! Semoga semuanya dalam keadaan sehat wal afiat dimanapun kalian berada. Sebelum saya memulai cerita perjalanan saya, Izinkan saya memperkenalkan diri. Saya Andrea Aretha Purnama, biasa dipanggil Andrea atau Dea. Saya dilahirkan pada tanggal 22 Maret 2004 di Oklahoma, Amerika Serikat, dan dibesarkan di Jakarta, Indonesia. Alhamdulillah, saya diterima di FKUI pada tahun 2022 ini melalui jalur SBMPTN, program reguler. Sejak 2019 sampai 2022, saya bersekolah di SMAN 8 Jakarta. Namun akibat efek pandemi COVID-19, saya terpaksa melalui sebagian besar masa SMA saya secara online, dan waktu seperti berlalu dengan begitu cepat. Sampai sekarang saya masih tidak menyangka bahwa saya sudah memasuki PTN.
Sejak saya masih kecil, nama FKUI sudah familiar di telinga saya. Bahkan mungkin sebelum saya bisa membaca dan menulis, kata tersebut tidak asing dikatakan oleh keluarga saya. Bagi saya yang masih berada di Taman Kanak-Kanak, FKUI merupakan tempat yang begitu keren, yang dapat menumbuhkan potensi dalam diri saya untuk menjadi versi diri saya yang terbaik. Semakin saya besar, semakin saya mengagumi FKUI dengan melihat FKUI sebagai tempat saya menimba ilmu untuk meraih cita-cita. Tempat untuk berelasi dengan berbagai macam ahli dalam bidang medis sehingga suatu saat nanti, saya dapat berdiri di samping mereka. Wadah penuh ilmu yang dapat membantu saya menjadi pribadi yang bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, bangsa, dan dunia.
Semakin saya mencari tahu tentang Universitas Indonesia dan Fakultas Kedokterannya, semakin membara semangat saya untuk berjuang sekeras mungkin agar dapat menjadi bagian dari FKUI. Gambaran akan cita-cita saya sejak kecil untuk menjadi seorang dokter yang ahli dalam bidangnya sehingga dapat membantu dan menyelamatkan pasien-pasiennya menjadi bekal motivasi. Ditambah lagi, dukungan orang tua dan saudari kembar saya lah yang berperan paling besar dalam menjaga api semangat saya agar tetap berkobar kuat. Berkat dukungan keluarga saya sejak masih kecil, saya dapat menjaga mimpi saya untuk menjadi mahasiswi FKUI sampai saatnya saya berkesempatan untuk merealisasikan mimpi itu. Nasihat dan kalimat yang menyemangati dari mereka, terutama saudari kembar saya yang biasa dipanggil “Ashley” lah yang menemani perjuangan saya agar sampai di pintu gerbang FKUI. Saya sangat berterima kasih kepada mereka semua, dan saya bertekad untuk membayar dukungan mereka dengan menjadi orang yang sukses menggapai mimpinya.
Cerita perjuangan saya hingga keterima di FKUI dimulai sejak saya masih berada di Taman Kanak-kanak. Selama yang saya ingat, setiap mengunjungi kakek saya, yang merupakan seorang dokter bergelar Professor lulusan FKUI, saya, Ashley, dan sepupu saya selalu disuruh mengucapkan “Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia” yang disertai bacaan Al-Fatihah dan kecupan di kening. Tradisi tersebut membuat saya mengganggap kalimat tersebut hanyalah mantra, padahal merupakan salah satu wujud doa. Bagi saya saat itu kalimat tersebut hanyalah kata-kata tanpa arti. Walaupun cita-cita dokter selalu ada di belakang pikiran saya, saya masih menjelajahi profesi yang lain. Setiap tahun cita-cita saya berubah, dari penulis, penunggang kuda, balerina, pianis, sampai dokter hewan dan lain-lain.
Namun, ketika saya beranjak ke SD kelas 6, keingintahuan saya terhadap profesi dokter bertambah. Tanpa saya sadari, saya menjadi begitu tertarik dengan segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut. Cerita-cerita kakek saya yang diucapkan hanya sekelewat saja bahkan cukup untuk membuat jantung saya berdegup keras saking gembira membayangkannya. Mungkin kakek saya menyadari hal tersebut, karena terkadang ketika saya di rumah beliau, beliau memperbolehkan saya untuk memegang alat-alatnya, seperti stetoskop dan alat tekanan darah yang disebut tensimeter. Saya selalu merasa senang jika ada kesempatan untuk membantu “memeriksa” anggota keluarga saya dengan menggunakan tensimeter tersebut. Sejak itu, saya pun yakin bahwa cita-cita saya yang sebenarnya adalah untuk menjadi dokter yang layak berdiri di samping kakek saya.
Dengan tekad saya yang sudah bulat dan cita-cita saya yang sudah konkret, saya pun mulai merencanakan jalan saya menuju FKUI. Karena sepupu saya yang setahun lebih tua dari saya memiliki tujuan yang sama, saya memperlakukannya seperti role model. Saya pun memasuki SMP Labschool Rawamangun karena rekomendasinya. Disana, perjalanan saya tidak berlayar dengan mulus. Berbeda dengan SD, nilai saya yang biasanya dihiasi nilai 100 dan 98 berubah menjadi 80 dan bahkan remedial. Saya pun terdorong untuk belajar lebih keras lagi, dan Alhamdulillah, saya mampu beradaptasi, terlihat nilai saya pun meningkat. Dua tahun berlalu, dan saya beranjak ke kelas 9, mulai berorientasi mengejar nilai UN agar keterima di SMAN 8 Jakarta, yang dikatakan sebagai tempat terbaik untuk membangun mental dan menimba ilmu untuk persiapan masuk perkuliahan. Try out dan Pemantapan Materi yang disediakan oleh sekolah saya ikuti dengan rajin, ditambah dengan les-les privat membantu saya meraih nilai UN yang cukup agar keterima di SMAN 8 Jakarta.
Sebelum memulai tahun pembelajaran baru di SMAN 8 Jakarta, saya sudah banyak mendengar cerita horor mengenai pembelajaran disana. Saya hanya tertawa ketika diceritakan mengenai nilai yang setara dengan ukuran sepatu, dan juga kegiatan ekstrakurikuler yang dianggap berat dan membangun karakter. Ternyata, setelah saya alami sendiri, senyum yang tadinya merekah di muka saya berubah menjadi mewek. Tidak jarang saya ingin berteriak saking frustasinya dengan gaya hidup yang jauh berbeda dengan masa-masa SMP. Tugas-tugas, baik akademik maupun non-akademik terus menumpuk tanpa jeda. Segala macam kegagalan pun saya alami, seperti kebanjiran mendadak yang menghancurkan kerja keras saya dan teman-teman saya dalam menyelesaikan tugas ekstrakurikuler, dan nilai-nilai yang tidak menembus KKM walaupun saya merasa sudah belajar sekeras mungkin. Saat itu, rasa kecewa dan kesepian menyelimuti diri saya, tapi saya tetap mengingat alasan saya bekerja keras seperti itu. Cita-cita saya menjadi dokter dan mimpi saya untuk menjadi mahasiswi FKUI seperti cahaya suar dalam kegelapan. Saya pun mengganti sikap saya terhadap kegiatan belajar, dan hari-hari saya penuh dengan les privat, menyelesaikan tugas, dan diskusi dengan teman-teman sesama ekskul. Sejak itu, tidak ada lagi kata-kata libur ataupun weekend di kamus saya. Demi mengejar nilai tinggi, saya mengorbankan waktu luang saya, walaupun pastinya diimbangi dengan olahraga dan istirahat yang cukup. Pelan tapi pasti, usaha saya tidak sia-sia. Nilai saya semakin lama semakin meningkat, dan pada semester pertama saya masuk ke peringkat 5 besar di kelas dan 20 besar di angkatan.
Saya yang sudah terbiasa dengan suasana baru di SMAN 8 Jakarta terus berkembang menjadi diri saya yang lebih baik, namun hadirlah pandemi COVID-19. Libur 2 minggu yang berubah menjadi 2,5 tahun berdampak besar terhadap gaya hidup yang sudah saya kembangkan dari awal masuk SMAN 8 Jakarta. Secara pribadi, grafik nilai saya memang terus meningkat. Namun, dengan maraknya ketidakjujuran pada masa pandemi, peringkat angkatan saya terus menurun. Melihat hal tersebut, saya pun melepas harapan lolos FKUI melalui jalur SNMPTN dan mulai belajar mengejar jalur SBMPTN. Hari-hari yang tadinya sudah sibuk dengan les privat ditambah lagi dengan bimbingan belajar lainnya dan latihan-latihan soal yang tidak ada habisnya. Secara alami, dengan begitu kerasnya saya belajar, nilai saya di rapor sekolah masih cukup bagus sehingga termasuk dalam list murid eligible untuk SNMPTN. Namun, peringkat saya yang tidak termasuk dalam 5 besar angkatan menyimpulkan bahwa walaupun saya termasuk murid eligible, kemungkinan saya untuk diterima di FKUI melalui jalur SNMPTN sangat rendah dan mendekati mustahil. Saya yang sudah memiliki firasat mengenai kabar tersebut pun sudah menyiapkan mental agar tidak down. Akhirnya, setelah berdiskusi dengan mama saya, kami setuju untuk melepas tempat saya sebagai murid eligible dan memberi kesempatan tersebut kepada murid lain. Saya tidak ingin mendaftarkan diri di kampus kedokteran lainnya meskipun eligible dan saya bisa menjadi urutan pertama undangan untuk kampus tersebut. Maka, setelah mengundurkan diri, banyak yang memuji saya, tetapi tidak sedikit yang bertanya-tanya, bahkan menuntut saya untuk mengambil kembali tempat saya, karena itu merupakan “hak” saya sebagai murid eligible. Saya tidak menanggapi tuntutan tersebut dan terus belajar mengejar SBMPTN karena saya tidak akan berhenti sampai saya tiba di gerbang FKUI.
Dengan pengunduran diri tersebut, saya merasa lebih siap dan terdorong untuk belajar dengan lebih keras lagi. Waktu luang yang biasa saya isi dengan hobi saya ubah menjadi kegiatan belajar. Hari-hari pun seperti melebur menjadi satu, dengan rutinitas saya yang sama setiap harinya. Olahraga-belajar-makan-belajar-tidur , itulah kehidupan saya selama persiapan UTBK. Berbagai ajakan untuk pergi dengan teman dan makan malam dengan keluarga besar saya tolak demi belajar sekeras mungkin. Capek? Tentu saja, namun ketika mengingat seberapa sengitnya persaingan untuk masuk FKUI melalui UTBK dengan jumlah kuotanya, saya tidak dapat berhenti berusaha sekuat mungkin. Berkat dukungan dari keluarga dan teman, saya bisa melewati hari-hari tersebut dengan mental yang kurang lebih sehat.
Pengalaman mengesankan selama persiapan saya adalah ketika bimbingan belajar saya yang bernama TDS menyelenggarakan semacam study camp selama 3 hari 2 malam. Disitu, saya menyadari pentingnya keseimbangan antara belajar dan menjaga diri agar badan tetap sehat. Pembelajaran berlangsung dengan begitu efektif sehingga saya terinspirasi untuk menjadwalkan segala kegiatan belajar saya setiap harinya agar waktu digunakan seoptimal mungkin.
Dengan adanya jadwal belajar yang terstruktur, pembelajaran saya berjalan dengan lebih efektif. Catatan dari berbagai sumber les memenuhi belasan buku, dan kertas coret-coretan yang tidak terhitung menumpuk di meja belajar, sampai akhirnya datang hari ujian saya pada periode pertama UTBK, 19 Mei 2022. Jantung saya berdegup kencang, dan saya pun ditemani ke pusat UTBK Universitas Indonesia oleh orang tua dan Ashley. Saya sangat gugup, namun saya juga merasa bahwa saya sudah menyiapkan diri sebaik mungkin. Setelah pengerjaan UTBK, bukannya merasa lega, saya malah merasa lemas. Soal-soal UTBK yang begitu out-of-the-box membuat diri saya shock, dan saya yakin nilai saya tidak cukup untuk lolos SBMPTN.
Setelah hari itu, saya pun menyiapkan diri untuk SIMAK, namun mental saya sudah lemah, dan semangat saya meredup. Setiap hari saya selalu mengatakan “takut” ke mama dan Ashley, dan selalu dijawab dengan kata-kata mendukung. Selama menunggu hari pengumuman, saya depresi walaupun tetap belajar untuk SIMAK, apalagi ketika mendengar skandal kebocoran soal UTBK yang beredar di twitter. Saya memikirkan posisi saya yang telah mengerjakan ujian paruh pertama UTBK dan kebocoran soal yang membantu peserta UTBK periode kedua. Apakah nilai mereka akan lebih tinggi sebab telah mengetahui kisi-kisi soal? Saat itulah saya merasa hopeless dan pasrah, hanya bisa berdoa dan beribadah ke Allah swt. Akhirnya, 23 Juni datang, dan saya membuka hasil SBMPTN ditemani mama dan Ashley. Alhamdulillah, saya dinyatakan lolos keterima di FKUI melalui jalur SBMPTN. Melihat kata-kata tersebut spontan membuat saya berteriak dan tertawa senang, lalu shock dan menangis bahagia. Sampai sekarang saya masih bersyukur sudah keterima di FKUI melalui jalur SBMPTN. Kerja keras memang tidak akan mengkhianati hasil, serta doa dari orang-orang berharga di hidup saya pasti membantu saya sampai di pintu gerbang FKUI.
Setelah melakukan semua prosedur yang diinstruksikan, saya pun diinvite ke grup LINE dengan mahasiswa-mahasiswi baru FKUI. Di situ saya merasa senang karena bertemu dengan orang-orang yang memiliki mimpi yang sama dengan saya. Perkenalan dengan mereka juga berjalan dengan lancar, dan setelah berbicara dengan mereka, saya meyakinkan diri bahwa saya layak untuk menjadi mahasiswi FKUI. Saya yang sebelumnya hanya bermimpi untuk menjadi bagian dari FKUI kini sudah menggapai mimpi tersebut, dan mulai sekarang saya bertekad menjadi orang yang totalitas, aktif, pekerja keras, disiplin, dan siap membantu sesama. Dari awal saya memang suka dengan kegiatan belajar, sehingga saya akan mengembangkan perasaan tersebut sehingga semakin jatuh cinta dengan proses mencapai cita-cita saya sebagai dokter, yang menuntut kami menjadi life-long learners.
Harapan saya sebagai mahasiswi baru FKUI adalah tumbuhnya diri saya sehingga bisa menjadi diri saya yang terbaik. Saya harap saya dapat menjadi lebih tegas, lebih berani dalam berpendapat, lebih dapat berpikir kritis dalam situasi tertekan, dan aktif dalah organisasi, kepanitiaan, maupun kompetisi. Saya harap saya dapat mengembangkan potensi saya yang mungkin belum tergali dengan dalam sehingga saya dapat bersinar dan menjadi dokter yang ahli dalam bidangnya. Saya juga berharap agar saya dapat menyerap segala pembelajaran yang saya terima selama belajar di FKUI sehingga saya dapat lulus dengan predikat cum laude. Aamiin... Setelah lulus dari FKUI, saya harap semua yang sudah tertanamkan dari FKUI dapat saya implementasikan sebaik mungkin, sehingga saya dapat membantu segala macam masyarakat, terutama masyarakat di tempat terpencil. Selain harapan untuk diri sendiri, saya harap angkatan FKUI’22 dapat menjaga solidaritas kami sehingga tetap erat walaupun sudah lulus. Saya harap selama kami menimba ilmu bersama, kami semua dapat membantu satu sama lain untuk mencapai potensi tertinggi masing-masing. Semoga di masa depan, kami semua menjadi seorang dokter yang ahli pada bidang masing-masing dan bermanfaat bagi bangsa, dan mungkin dunia.
Dalam mewujudkan harapan-harapan tersebut, saya akan belajar dengan giat dan terus berpartisipasi dalam kepanitiaan dan organisasi yang saya minati. Saya akan disiplin, fokus, dan serius dalam menjalani masa-masa preklinik saya, dan saya akan aktif menjadi relawan untuk membantu masyarakat maupun lingkungan sekitar. Jika berkesempatan, saya juga berminat mengikuti kompetisi yang dapat mengasah kemampuan saya serta mengharumkan nama FKUI.
Suatu saat nanti, ketika sudah waktunya saya untuk terjun dalam lapangan dengan bekal berupa ilmu yang didapat selama preklinik, saya akan memanfaatkan masa koas saya untuk memperdalami segala bidang sehingga saya dapat menemukan passion dan talent saya yang sebenarnya. Sementara ini, bidang yang saya minati adalah neurologi, bedah umum, bedah plastik, dan orthopedi. Kasus-kasus yang melibatkan bidang tersebut sangat menarik bagi saya, sehingga saya berminat untuk kuliah sesuai salah satu spesialisasi tersebut. Kemudian, saya ingin melayani masyarakat sebaik mungkin sebagai ahli dalam bidang yang saya pilih, dan juga berbagi ilmu yang saya miliki. Selain itu, saya juga akan melanjutkan kuliah subspesialis di bidang kedokteran yang saya pilih.
Agar semua rencana saya diatas tercapai, pertama saya akan menyimak dan mencatat materi yang diberikan oleh dosen-dosen, serta memahami dan mendalami materi tersebut. Saya juga akan mengulang pembelajaran setiap hari agar memahaminya secara sungguh-sungguh, bukan hanya sebelum ujian. Saya juga siap untuk bertanya apabila ada yang belum saya mengerti. Dalam bidang non-akademis seperti kegiatan organisasi maupun kepanitiaan, saya akan aktif mencari open recruitment yang tersedia dan berpartisipasi apabila saya minat. Saya juga akan menyiapkan mental yang kuat untuk melalui berbagai macam peristiwa dan kegiatan yang ada.
Di masa yang akan datang, saya harap masyarakat akan lebih aware dengan penyakit dan pencegahannya. Saya juga berharap dengan meningkatnya teknologi, kemudahan untuk mendapatkan informasi mendorong masyarakat untuk mencari tahu mengenai kesehatan mereka dan menjaga diri agar terhindar dari penyakit-penyakit. Saya turut berharap bahwa kelainan yang ada, contohnya sindrom-sindrom seperti down syndrome dan sebagainya juga lebih dinormalisasi sehingga tidak ada diskriminasi oleh masyarakat.
Terakhir, saya ingin menitip pesan untuk pembaca yang ingin menjadi bagian dari FKUI. Dari pengalaman pribadi saya, saya bisa mengatakan dengan yakin bahwa kerja keras benar-benar tidak akan mengkhianati hasil. Percayalah kepada diri kamu sendiri, dan yakini bahwa FKUI merupakan pilihan terbaik untuk diri sendiri tanpa pengaruh dari keluarga, teman, atau pihak eksternal lainnya. Belajar harus diimbangi dengan doa, ibadah, olahraga, dan istirahat. Ingat, sebagai dokter, kami harus siap menjadi life-long learners dan berdedikasi terhadap profesi tersebut. Sekian dari saya, terima kasih dan semoga mimpi kita semua terwujud!
Comentários