top of page

Narasi Perjuangan - Alya Nurkhairana

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 14, 2022
  • 8 min read

Nama saya Alya Nurkhairana, keluarga dan teman-teman akrab memanggil saya Alya. Asal sekolah saya dari SMAN 71 Jakarta di Duren Sawit, Jakarta timur. Pada tanggal 1 April 2022, dengan syukur saya berhasil diterima dan dapat menjadi bagian dari keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia program Kelas Khusus Internasional (KKI) melalui jalur Talent Scouting.


Di mata saya, seorang dokter adalah seorang pahlawan berhati mulia yang dengan gigih membantu, mengobati, dan merawat sesama manusia yang membutuhkan. Seperti yang dikatakan A.P. Chekhov, "Profesi dokter adalah suatu prestasi, profesi itu membutuhkan tidak mementingkan diri sendiri, kemurnian jiwa dan kemurnian pikiran". Pondasi yang mendasari karya seorang dokter adalah ilmu. Seorang dokter harus dengan rendah hati mengakui bahwa dirinya belum menyerap semua ilmu di dunia, dan senantiasa tidak bosan untuk belajar lagi dan lagi. Universitas Indonesia merupakan perguruan tinggi ternama yang telah mempertahankan akreditasi sangat baik selama bertahun-tahun. Khususnya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, yang kaya akan sejarah sebagai sekolah kedokteran pertama di Indonesia dan fakultas tertua di Universitas Indonesia, memiliki koleksi besar pencapaian yang sangat prestisius. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan akademik FKUI mampu mendorong mahasiswanya untuk terus menorehkan prestasi. Selain itu, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia saya yakini memiliki jajaran dosen-dosen yang sangat ahli dan kompeten dalam bidangnya, yang akan mendidik dan melatih mahasiswanya untuk berpikir secara kritis dan secara kreatif. Atas dasar ini, saya merasa bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah institusi yang tepat untuk menjadi wadah saya berkembang dan menyalurkan potensi, untuk meraih cita-cita saya menjadi seorang dokter yang kompeten dan bermanfaat bagi orang-orang yang membutuhkan.


Sejak masih kecil, saya selalu mengagumi pekerjaan seorang dokter. Masih terbayang betapa semangatnya saya di acara Career Day yang diadakan di sekolah saya. Setelah mendengar cerita-cerita dan berbagi wawasan oleh sang dokter yang hari itu datang sebagai narasumber, saya merasa bahwa profesi seorang dokter adalah profesi terkeren di dunia. Angan-angan saya untuk menjadi seorang dokter melekat seiring saya bertumbuh dewasa, tentunya juga turut disertai dengan kesadaran betapa besarnya tanggung jawab yang dipegang oleh seorang dokter. Aspirasi ini kemudian berkembang menjadi mantap dalam diri saya pada bulan Juni tahun 2021 lalu, saat Ibu saya didiagnosa mengidap kanker limfoma. Pada saat itu, saya merasa tidak bisa meringankan beban beliau, saya hanya bisa turut memberi dukungan dan doa. Memang rencana Allah tidak ada yang kebetulan. Beranjak dari apa yang dialami keluarga saya saat itu, tumbuhlah motivasi dan dorongan yang besar bagi saya. Pengalaman tersebut juga membuat saya menyadari bahwa kedua orang tua saya akan terus bertambah usia dan tidak ada yang bisa menjamin secara pasti bahwa orang tua saya akan selalu tetap sehat. Juga tidak ada yang bisa menjamin bahwa keduanya akan selalu mendapatkan perawatan yang terbaik. Oleh karena itu, saya ingin menjadi seorang dokter agar dapat memiliki kapabilitas untuk memastikan kedua orang tua saya, juga keluarga saya di masa depan kelak, akan selalu menerima perawatan terbaik.


Perjalanan saya untuk mencapai impian saya menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dimulai di bangku sekolah dasar. Saat itu, saya bersekolah di salah satu SD swasta di Jakarta timur. Sejak kelas satu, saya terbiasa mempertahankan nilai yang baik di rapor saya. Saya juga dapat mengikuti alur pembelajaran di kelas dengan baik sehingga belum perlu mengikuti les tambahan seperti les bimbel atau les privat. Di bangku kelas lima, saya mendapat kesempatan untuk mengikuti Student Exchange Program yang diadakan oleh sekolah saya dalam kolaborasi bersama sekolah lainnya di Malaysia dan Singapura. Pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang menjadi awal mula minat saya terhadap program pembelajaran internasional. Di bangku kelas enam, saya belajar dengan semakin giat dan semangat dalam persiapan untuk melaksanakan ujian nasional. Namun amat disayangkan saya gagal lolos ke sekolah yang saya inginkan, yang merupakan salah satu SMP negeri favorit di Jakarta. Akhirnya saya melanjutkan SMP di sekolah swasta yang sama seperti sekolah dasar saya. Di bangku SMP kelas tujuh dan delapan saya lebih aktif mengikuti kepanitiaan acara-acara sekolah saya. Saya merasa pengalaman tersebut menambah dan mengasah berbagai skill yang saya nilai diperlukan untuk memungkinkan saya berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Saya mulai mengikuti les bimbel di bangku kelas sembilan dengan harapan dapat membantu saya meraih nilai semaksimal mungkin di ujian nasional. Saya belajar semakin giat karena saya bertekad untuk dapat lolos diterima di salah satu SMA favorit di jakarta. Nilai yang saya peroleh cukup bagus dan saya cukup puas. Namun sayangnya nilai ujian nasional saya belum mencukupi untuk meloloskan saya diterima di SMA yang saya inginkan, akhirnya saya mendaftar dan diterima di SMA Negeri 71 Jakarta.


Pengalaman saya selama di bangku SMA cukup mengesankan. Terutama di tahun pertama saya, yaitu kelas sepuluh. Karena saya berasal dari sekolah swasta, pengalaman sekolah di SMA negeri adalah hal yang baru dan menarik bagi saya. Namun, secara akademis saya perlu melakukan beberapa penyesuaian diri. Menurut saya cara mengajar yang diaplikasikan oleh guru-guru di sekolah negeri cukup berbeda dengan cara mengajar guru-guru di sekolah swasta saya sebelumnya. Sehingga dari kelas sepuluh, saya mulai mengikuti les privat di rumah untuk membantu saya mendapatkan pemahaman yang lebih baik di beberapa pelajaran tertentu. Dengan bantuan les privat, saya dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan bisa mendapat serta mempertahankan nilai-nilai yang baik di rapor saya. Seperti banyak siswa di Indonesia, saya juga memiliki keinginan untuk dapat diterima di Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur undangan atau SNMPTN dengan nilai rapor tanpa perlu mengikuti berbagai rangkaian tes masuk. Untuk mendukung cita-cita ini, saya belajar dengan semangat, giat, dan fokus untuk mempertahankan nilai saya. Sayangnya, pada bulan Maret 2020 dunia dilanda pandemi Covid-19. Semua aktivitas yang memerlukan kontak fisik diberhentikan, termasuk aktivitas belajar-mengajar di sekolah. Seluruh aktivitas penduduk dunia dialihkan secara daring. Tentunya sebagai seorang siswa, transisi dari cara pembelajaran tatap muka, yang sudah kita lakukan selama 10 tahun, ke pembelajaran secara daring dari sebuah layar, sangatlah sulit dan menguras tenaga secara fisik dan mental. Pada masa awal transisi, saya memiliki kesulitan untuk sepenuhnya menangkap dan memahami berbagai materi yang diajarkan secara online. Saya juga tidak dapat mengikuti les privat karena akan melanggar peraturan protokol kesehatan, dan dapat membahayakan kesehatan saya juga keluarga saya. Terlepas dari semua itu, saya tetap berusaha sebisa mungkin untuk belajar secara mandiri dan mengejar materi yang kurang saya pahami di kelas. Saya memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia secara daring seperti Youtube, juga mengadakan sesi belajar bersama melalui telekonferensi dengan teman-teman saya agar dapat saling membantu dan mengejar ketertinggalan bersama. Meski sudah berusaha maksimal, nilai saya tetap mengalami penurunan di kelas sebelas, khususnya di semester satu. Sebelum memasuki semester kedua kelas sebelas, saya bertekad untuk kembali menaikan nilai saya, menjadikan impian saya untuk diterima melalui jalur rapor sebagai motivasi terbesar. Selama kelas sepuluh dan sebelas, cita-cita saya untuk menjadi seorang dokter tetap melekat, namun disertai oleh berbagai keraguan. Saya mulai meragukan kemampuan dan kesiapan saya. Juga keraguan apakah saya mampu lolos diterima Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dimana persaingannya sangat ketat dengan ratusan bahkan ribuan siswa-siswi lain di seluruh indonesia yang sama kompetennya, bahkan lebih kompeten dari saya.


Memasuki kelas dua belas, selain mengikuti pembelajaran di sekolah, saya juga mengikuti les bimbel, untuk membantu saya mendalami materi dalam rangka mempersiapkan UTBK. Menurut saya, kelas dua belas jauh lebih berat dari kelas sepuluh maupun kelas sebelas. Selain mempelajari materi baru, saya juga harus mengulas kembali pelajaran di kelas sebelumnya. Dengan adanya bantuan les bimbel saya dapat meningkatkan nilai-nilai rapor saya, dan juga sangat membantu saya dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Semester dua kelas dua belas dimulai dengan pembelajaran secara tatap muka 100%, tentunya saya dan siswa-siswi lain merasa senang karena dapat belajar bersama dari ruang kelas lagi. Saat siswa yang eligible untuk mengikuti jalur undangan diumumkan pada bulan februari, saya sangat bersyukur dapat menjadi salah satu siswa yang eligible.


Ketika mendaftar SNMPTN, saya sangat ragu akan pilihan saya. Saya sangat cemas dan terus kembali menimbang-nimbang apakah fakultas kedokteran di Universitas Indonesia terlalu jauh dari jangkauan kemampuan saya. Banyak teman-teman saya yang menyemangati dan meyakinkan saya bahwa saya mampu, namun di lain sisi banyak juga yang mengingatkan saya untuk berpikir secara realistis. Yang pada akhirnya menjadi faktor penentu adalah dorongan besar dari kedua orang tua saya, sehingga saya berani untuk bercita-cita setinggi ini dan memantapkan hati untuk memilih Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya juga memutuskan untuk daftar Talent Scouting untuk memilih FKUI KKI, saya sangat tertarik dengan program double degree-nya karena saya juga sempat memiliki rencana untuk melanjutkan pendidikan saya ke luar negeri. Saya merasa kolaborasi UI dengan universitas di luar tanah air dapat membantu melanjutkan studi saya di lingkup internasional. Beberapa hari sebelum pengumuman SNMPTN, saya mendapat email untuk mengikuti psikotes juga interview sebagai lanjutan seleksi Talent Scouting. Setelah lama menanti, akhirnya tanggal 29 Maret bergulir. Seharian saya tidak sabar menantikan menantikan pengumuman pukul 15.00. Namun sayangnya, saya gagal diterima melalui jalur SNMPTN. Saya merasa sangat sedih dan kecewa, namun dalam diri saya masih ada secercah harapan untuk diterima melalui jalur Talent Scouting. Menunggu selama tiga hari tidak pernah terasa begitu lama, hingga tiba akhirnya tanggal 1 April 2022 pukul 13.00, pengumuman hasil seleksi Talent Scouting. Dan Alhamdulillah, melalui jalur Talent Scouting, impian saya untuk menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dapat terwujud.


Setelah lolos menjadi bagian dari keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tentunya saya ingin terus berkembang menjadi versi terbaik dari diri saya. Perubahan besar dapat dimulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil. Karena sekarang sudah menjadi seorang mahasiswa, saya harus semakin mandiri, tekun dan bertanggung jawab. Selain itu, untuk sepenuhnya merasakan manfaat dari lingkungan perkuliahan, saya akan berusaha untuk menjadi mahasiswa yang turut aktif dalam mengikuti kegiatan kemahasiswaan. Saya juga akan berupaya untuk dapat meningkatkan kemampuan saya secara akademik maupun non akademik dengan harapan dapat turut menorehkan prestasi untuk Universitas Indonesia.


Ketangguhan yang dimiliki seorang dokter dapat dicerminkan melalui perumpamaan tanah liat. Dimana untuk menjadi sebuah keramik yang indah, segumpal tanah liat harus dibakar, ditempa, dan dibentuk sedemikian rupa oleh sang pengrajin. Demikian pula untuk menjadi seorang dokter yang sukses, melalui perjalanan yang panjang, dengan dukungan dan bimbingan dokter-dokter yang lebih berpengalaman. Harapan saya untuk diri saya dan semua teman-teman FKUI di angkatan saya adalah agar kami semua dapat dengan tangguh dan bersungguh-sungguh menempuh pendidikan di FKUI, agar hendaknya kami semua lulus dan menyelesaikan seluruh rangkaian pendidikan, kami dapat menjadi dokter-dokter yang kompeten dan bermanfaat di masa depan.


Gagasan yang ingin saya capai selama menjadi mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah untuk dapat lulus tepat waktu, dan juga dapat menyelesaikan segala program double degree FKUI KKI dengan lancar dan sukses. Juga untuk dapat bisa mengimplementasikan segala ilmu yang telah saya pelajari dan berkontribusi kepada lingkungan di sekitar saya. Rencana yang saya miliki untuk dapat mencapai gagasan saya adalah dengan belajar dengan giat dan sungguh-sungguh untuk dapat meningkatkan potensi dan bakat saya agar dapat menjadi lulusan yang bisa membanggakan orang tua dan almamater saya. Saya juga memiliki gagasan yang ingin dicapai dalam jangka panjang yaitu di masa klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Yaitu untuk dapat mengasah dan mempraktekkan dengan baik segala ilmu yang sudah dipelajari secara teori selama masa klinik, dan dapat menjaga kepercayaan dan membanggakan para dosen dan para dokter. Rencana yang saya miliki untuk dapat mencapai gagasan saya adalah untuk pertama-tama menguasai berbagai kasus rekaan dan teori yang diberikan dosen, juga banyak membaca dan memahami berbagai ulasan-ulasan terbaru sebelum menghadapi pergumulan nyata.


Setelah melewati masa preklinik dan klinik, saya harap dapat berperan dalam pemerataan fasilitas kesehatan di Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui terdapat kesenjangan yang cukup signifikan antara fasilitas kesehatan, juga kesadaran kesehatan, di perkotaan dan di pedesaan. Terkait fasilitas, banyak masyarakat yang sakit di pedesaan harus menderita lebih berat dikarenakan keadaan dan prasarana yang tidak mendukung. Sedangkan terkait kesadaran kesehatan, banyak sekali miskonsepsi dan misinformasi yang beredar di kalangan masyarakat. Setelah menjadi seorang dokter saya akan sangat bersyukur untuk bisa mengabdikan diri saya dan mempraktekkan semua yang telah saya pelajari dengan harapan membantu memajukan dunia kesehatan Indonesia.


Kepada adik-adik kelas saya yang memiliki aspirasi dan cita-cita yang sama, saya mendukung kalian untuk mengejar impian tersebut, karena menjadi seorang dokter adalah profesi yang mulia. Terkadang tidaklah berlebihan jika seorang dokter dianggap uluran tangan Allah yang senantiasa membantu menyembuhkan manusia dari berbagai penyakit. Oleh karena itu, kejarlah cita-cita untuk menjadi seorang dokter, tidak perlu mencemaskan kegagalan. Seperti yang dikatakan Winston Churchill, “Sukses bukanlah final, kegagalan tidak fatal. Keberanian untuk melanjutkan adalah yang diperhitungkan.”


 
 
 

Recent Posts

See All

Comments


Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page