Narasi Perjuangan - Teressa Magdalena Sitorus
- FKUI 2022
- Aug 14, 2022
- 10 min read
Nama saya Teressa Magdalena Sitorus. Orang-orang biasa memanggil saya dengan nama Tessa. Saya lahir dan besar di Jakarta, namun sempat bertempat tinggal di kota Balikpapan, Kalimantan Timur selama 2 tahun sewaktu SMP. Kemudian, saat beranjak ke SMA, saya kembali ke Jakarta dan menempuh pendidikan SMA saya di salah satu sekolah negeri unggulan di Jakarta, yaitu di SMA Negeri 28 Jakarta. Saat ini, saya sedang melanjutkan pendidikan S-1 saya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan program Reguler. Dengan doa yang kuat, restu dari orang tua, dan usaha yang saya kerahkan semaksimal mungkin, saya bisa diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur SIMAK Reguler.
Seperti yang kita ketahui, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan fakultas kedokteran terbaik di Indonesia, di mana anak-anak terbaik bangsa yang mampu lulus seleksi nasional melanjutkan pendidikannya untuk kelak dapat menjadi seorang dokter. Selain itu, FKUI mempunyai banyak sekali prestasi, baik di bidang akademis maupun nonakademis, dalam skala nasional maupun internasional. Dokter-dokter lulusan FKUI pun juga banyak berkontribusi dalam perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu, merupakan sebuah kebanggaan bagi saya untuk dapat melanjutkan pendidikan saya di FKUI.
Apa yang menjadi motivasi saya untuk masuk FKUI? Semenjak saya masih kecil, seperti kebanyakan anak lainnya, saya ingin menjadi dokter. Setiap kali saya pergi ke dokter, saya selalu terkagum dengan para dokter yang merawat saya. Saya kagum dengan bagaimana mereka dapat menangani berbagai macam penyakit yang dihadapi oleh beragam pasien yang datang menemui mereka setiap harinya. Dari situlah saya mengetahui bahwa untuk menjadi dokter tidaklah mudah, sebab untuk menjadi dokter harus melewati pendidikan yang lama. Selain itu, dokter merupakan profesi yang mulia dan tidak semua orang bisa menjadi seorang dokter. Untuk menjadi seorang dokter, kita harus melewati banyak rintangan, baik itu ujian-ujian yang beragam macamnya, bermalam-malam tanpa tidur, belajar yang tiada habisnya, dan masih banyak lagi. Namun, tidak hanya itu yang diperlukan untuk menjadi dokter. Kita sebagai calon dokter harus bisa belajar untuk merelakan waktu dan tenaga kita sepenuhnya serta mengerahkan jiwa dan raga kita untuk melayani dan mengabdi kepada masyarakat.
Saya mengetahui bahwa dokter merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Pada awalnya, saya sendiri juga meragukan diri saya untuk melanjutkan perkuliahan saya di jurusan kedokteran. Namun, saya sadar bahwa jika tekad saya kuat, saya pasti dapat melalui semua rintangan untuk dapat menjadi dokter yang hebat dan yang terbaik.
Perjuangan saya untuk dapat tembus di FKUI tidaklah sederhana. Perjuangan untuk mendapatkan sekolah yang saya inginkan dimulai sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Sejak SD, saya termasuk anak yang rajin belajar. Saya pun selalu mendapat ranking 5 besar di kelas. Kemudian, saat memasuki kelas 6 dan sedang masa-masa menuju Ujian Nasional, saya belajar giat agar bisa mendapatkan nem UN yang cukup untuk memasuki SMP negeri terbaik di Jakarta. Berkat kerja keras saya, saya dapat diterima di salah satu SMP negeri di Jakarta, yaitu SMPN 19 Jakarta yang berada di dekat rumah saya, yaitu di Kebayoran Baru. Pada saat itu saya merasa senang karena bisa diterima di salah satu SMP negeri yang bagus di Jakarta. Namun, tidak lama setelah itu, saya mendapat kabar bahwa keluarga saya harus pindah ke Balikpapan, Kalimantan Timur karena dinas ayah dan ibu saya. Setelah setahun bersekolah di SMPN 19, saya dan keluarga saya akhirnya pindah dan menyekolahkan saya di SMP milik beberapa oil company yang ada di Balikpapan, SMP Nasional KPS.
Di SMP KPS, saya bertemu banyak orang dari berbagai daerah, dengan latar belakang yang sama, yaitu berpindah ke Balikpapan karena dinas orang tua. Tak hanya mencoba membaur, saya juga mencoba untuk belajar segiat mungkin dan mengukir prestasi untuk diri saya dan sekolah saya. Di Balikpapan, saya memenangkan beberapa lomba piano, namun tidak lupa dengan sekolah. Di sekolah, saya berusaha untuk selalu masuk di kelas unggulan. Memasuki kelas 9, kelas unggulannya berbeda dengan kelas 7 dan kelas 8. Kelas unggulan di kelas 9 diacak secara berkala, dilihat dari hasil Try Out Ujian Nasional. Dengan hasil belajar saya yang giat, saya mampu mempertahankan posisi saya di kelas unggulan dan selalu mendapatkan nilai 10 besar di satu angkatan.
Saat tiba masa pengumuman Ujian Nasional, saya tidak termasuk peringkat 10 besar nilai nem UN, tetapi untungnya nilai nem saya cukup untuk dapat diterima di salah satu SMA terbaik di Indonesia, yaitu di SMA Negeri 28 Jakarta. Ketika mendaftar di SMA 28, saya mendaftar di jurusan IPS. Tetapi, dengan berbagai pertimbangan yang ada dan keinginan saya supaya bisa menjadi seorang dokter, saya memutuskan untuk lintas jurusan dan masuk ke jurusan IPA melalui tes ulang. Tes yang saya hadapi sangatlah susah, dan ada banyak orang yang ingin lintas jurusan dengan kuota yang sedikit. Saat pengumuman hasil lintas jurusan tiba, nama saya termasuk ke dalam orang yang lolos. Saya pun melanjutkan studi saya di SMAN 28 Jakarta jurusan IPA.
Saat kelas 12 sudah tiba, keinginan saya untuk masuk FKUI terguncang. Banyak sekali keraguan dan ketakutan yang saya hadapi karena pemikiran-pemikiran bahwa saya tidak cukup mampu untuk bisa lolos di FKUI. Karena itulah, selama kurang lebih 8 bulan, saya belajar untuk SBMPTN tanpa tujuan jurusan dan universitas yang jelas. Selama kelas 12, muncullah berbagai rintangan-rintangan baru, seperti mewabahnya virus Covid-19 sehingga saya tidak bisa belajar secara tatap muka, stress menghadapi UTBK, dan masih banyak lagi. Selama mempersiapkan UTBK, saya mengikuti les bimbel INTEN, les privat Matematika dan Bahasa Indonesia bersama dua teman saya, yaitu Jemimah dan Naveen, serta les kimia bersama satu teman saya, yaitu Cecil. Saya menjalankan les tersebut setiap hari. Menuntut ilmu dari jam 7 pagi hingga jam 8 malam, kemudian lanjut lagi belajar mandiri ataupun mengerjakan tugas-tugas yang diberikan di sekolah. Tentunya, hal tersebut sangat melelahkan. Namun, setiap kali saya merasa demotivated, saya akan mengingat alasan saya menjalankan semua itu, yaitu untuk dapat diterima di PTN terbaik di Indonesia. Saya pun belajar dengan giat untuk dapat meningkatkan nilai-nilai Try Out INTEN saya. Tidak hanya usaha yang saya giatkan, namun saya juga menggiatkan ibadah saya. Saya menjalankan gereja setiap hari Minggu, dan berdoa khusus untuk UTBK setiap malam bersama teman-teman saya. Saya juga menjalankan puasa secara berkala.
Di saat pengumuman siswa eligible sudah keluar, nama saya tidak ada dalam listnya. Namun hal tersebut tidak mematahkan semangat saya, karena saya tahu bahwa SNMPTN bukanlah segalanya, masih ada lagi banyak jalur menuju PTN. Saat semester 2, saya mendaftarkan diri pada PPKB UI dengan jurusan yang sebenarnya tidak saya inginkan, yaitu Teknik Komputer. Hal tersebut disarankan oleh ayah saya, melihat bahwa pada zaman ini sedang marak internet of things. Walaupun begitu saya tetap berusaha dan mencoba untuk menulis motivation letter essay semaksimal mungkin dengan banyak sekali revisi. Tetapi, karena Tuhan berkehendak lain, saya tidak diterima di jurusan tersebut. Tidaklah saya membuang waktu saya untuk berlarut-larut dalam kesedihan, saya pun langsung kembali belajar dan mencoba meningkatkan nilai-nilai Try Out saya.
Tibalah waktu memilih jurusan di website LTMPT. Pada awalnya, saya memutuskan untuk mendaftar di FKG UI karena keinginan saya yang kuat untuk tetap menjadi seorang dokter. Namun realita berkata lain karena orang tua saya tidak merestui saya untuk menjadi seorang dokter gigi. Dengan berbagai pertimbangan dan doa, saya akhirnya memasukkan pilihan universitas dan program studi saya, dengan pilihan pertama saya adalah Pendidikan Dokter Universitas Padjajaran dan Teknik Komputer Universitas Indonesia. Saya tidak memilih Pendidikan Dokter Universitas Indonesia di dalam pilihan saya karena saya terlalu takut jika tidak diterima. Saya mendapat jadwal UTBK di UPN Veteran Jakarta pada tanggal 25 April 2021, tepatnya pada pukul 12.30 hingga 16.15.
Semalam sebelum UTBK, saya merasa sangat gugup dan takut. Saya takut jika pada saat mengerjakan UTBK, saya akan nge-blank dan apa yang saya telah pelajari selama kurang lebih 1 tahun akan terbuang sia-sia. Saya pun berdoa agar hal itu tidak terjadi, dan berdoa untuk yang terbaik. Jika Tuhan berkehendak, pasti saya akan lolos di pilihan pertama ataupun pilihan kedua. Paginya, saya sangat panik dan tidak bisa menenangkan pikiran saya. Saking paniknya, saya membuka semua buku WANGSIT dan buku rumus saya, dan saya membolak-balikkan semua halamannya agar tidak ada yang terlupakan. Saat ibu saya melihat keadaan saya yang sangat panik, ibu saya menasehati untuk tenangkan diri, serahkan semuanya kepada Tuhan. Kami pun berdoa bersama sebelum berangkat ke lokasi UTBK. Setelah itu, kami berangkat.
Sesampainya di lokasi UTBK, ibu saya memberi saya semangat dan hanya dapat mengharapkan yang terbaik. Sesampainya di dalam UPN, saya bertemu dengan teman saya yang bernama Katar. Kami ternyata berada di lokasi, waktu, dan ruangan yang sama. Kami pun memasuki ruangan UTBK-nya.
Saat pengerjaan UTBK sudah dimulai, saya selalu berdoa dulu setiap mengganti soal dan mengganti subtes. Menurut saya, soal-soal TPS lumayan mudah dikerjakan, namun saat mengerjakan TKA, saya hanya percaya diri ketika mengerjakan kimia. Setelah ujian berakhir, saya hanya bisa pasrah dan berserah kepada Tuhan.
Setelah kelangsungan SBMPTN telah berakhir, saya tetap harus belajar untuk ujian mandiri yang akan datang, seperti SIMAK UI dan UTUL UGM. Saya membeli buku-buku wangsit dan mengerjakan buku wangsit dan soal-soal yang diberikan oleh INTEN. Pada saat itu, saya juga mendaftarkan diri dalam ujian mandiri di berbagai universitas, yaitu SM-ITB, UTUL UGM, SMUP UNPAD, dan SIMAK UI. Itulah seberapa besar keinginan saya untuk dapat diterima di PTN terbaik bangsa.
Sesaat sebelum pengumuman UTBK tiba, tepatnya pada tanggal 14 Juni 2021 hati saya berdetak sangat cepat, karena takut tidak diterima kedua pilihan tersebut. Saat membuka pengumuman pada pukul 15.00 sore, website yang saya gunakan selalu error sehingga butuh waktu yang cukup lama untuk dapat membuka pengumumannya. Karena hal tersebut, saya menjadi semakin gugup. Namun, tiba-tiba pengumuman tersebut terbuka secara sendirinya. Saat saya melihat pengumumannya, terdapat kata-kata “Selamat! Anda dinyatakan lulus seleksi SBMPTN LTMPT 2021 di PTN Universitas Indonesia dan program studi Teknik Komputer”. Walaupun diterima di pilihan kedua, saya tetap sangat bahagia karena akhirnya bisa diterima di PTN terbaik bangsa. Di situlah saya langsung loncat dari tempat duduk saya dan berlari menuju ibu saya dengan kondisi sedang menangis. Ibu saya menjadi bingung dan mengira bahwa saya tidak diterima. Namun saya menunjukkan hasil pengumuman saya, dan ibu saya pun ikut menangis serta langsung menelepon ayah saya yang sedang berada di Kalimantan. Semua orang di rumah turut bersuka cita dan mengucapkan selamat kepada saya. Itu hari yang sangat berkesan bagi saya. Setelah dua hari pengumuman hasil UTBK, terdapat pula pengumuman skor UTBK.
Ketika saya melihat skor UTBK saya, saya cukup kaget karena nilai Pengetahuan Kuantitatif (PK) saya 1000 dan total skor UTBK saya juga sangat memuaskan.
Kemudian, tibalah hari pengumuman SM-ITB. Pada saat itu, saya tidak terlalu mengharapkan diterima di ITB karena sudah mendapatkan FTUI. Namun karena rasa ingin tahu saya yang besar, saya membuka pengumuman tersebut dan ternyata saya diterima di FTI-G ITB program studi Teknik Industri. Saya pun sangat senang karena diterima di 2 universitas terbaik di Indonesia. Namun karena itu muncullah dilemma memilih universitas. Pada akhirnya, saya memilih ITB, dan pupuslah cita-cita saya menjadi dokter.
Setelah menjalani beberapa bulan di ITB, saya merasa bahwa ITB kurang cocok untuk saya, dan saya tetap kekeuh ingin menjadi dokter. Pada awalnya, orang tua saya tidak mengizinkan saya untuk mengikuti UTBK lagi, apalagi untuk FKUI, karena untuk menjadi dokter harus melewati masa pendidikan yang panjang, lama dan tiada habisnya. Di saat itu, saya sangat sedih karena tidak ada lagi kesempatan saya untuk bisa menjadi seorang dokter. Namun, hal itu tidak mematahkan semangat saya dalam menjalani studi saya di ITB. Sampai pada akhirnya, saya kekeuh untuk mendaftarkan diri di UTBK untuk kedua dan terakhir kalinya dan berani untuk memasukkan jurusan Pendidikan Dokter Universitas Indonesia sebagai pilihan pertama saya, serta Pendidikan Dokter Universitas Padjajaran sebagai pilihan kedua saya. Pada saat itu, saya mendaftar diri di dekat-dekat hari menuju ditutupnya pendaftaran UTBK, sehingga tidak bisa mengambil lokasi ujian di Jakarta ataupun Depok, sehingga akhirnya saya memilih lokasi ujian di ITB, yang cukup jauh dari rumah saya mengingat bahwa rumah saya di Jakarta. Saya pun juga hanya sempat belajar selama seminggu, dikarenakan tanggal UTBK saya merupakan seminggu setelah UAS ITB. Setelah UAS ITB berakhir, saya diminta untuk kembali ke Jakarta terlebih dahulu dan kembali lagi ke Bandung saat H-1 UTBK. Selama di Jakarta, saya mendorong diri saya untuk belajar pagi hingga malam agar maksimal dalam mengerjakan UTBK. Pada saat UTBK 2022 ini, saya merasa bahwa saya lebih tenang mengerjakannya karena mengingat bahwa saya juga sudah diterima di ITB, yaitu salah satu universitas terbaik di Indonesia.
Saat pengumuman SBMPTN, saya diberikan semangat oleh LTMPT. Meskipun demikian, saya merasa bahwa skor UTBK saya sangat amat memuaskan, yaitu dengan skor 690, mengingat bahwa saya hanya belajar selama seminggu. Namun, saya tidak merasa sedih, karena saya juga mendaftarkan diri di SIMAK UI. Di SIMAK, saya hanya mendaftarkan diri pada jurusan Pendidikan Dokter dan Ilmu Komputer. Pada saat SIMAK UI pun saya hanya sempat belajar selama 2 minggu. Saat mengerjakan SIMAK UI, saya mengerjakan subtes Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Kimia, dan Biologi semaksimal mungkin dan mencoba agar semua soalnya terisi. Untuk Matematika Dasar, Matematika Minat, dan Fisika, saya mencoba untuk dapat mengisi lebih dari setengah total soal-soal yang diberikan. Setelah selesai ujian, saya merasa cukup puas, namun tetap pasrah dan berdebar-debar hatinya, takut tidak diterima di FKUI.
Saat hari pengumuman telah tiba, saya tidak terlalu memikirkan hasil SIMAK UI, karena saya pun tidak berharap banyak. Pada saat itu, saya sedang berada di dokter gigi. Pada pukul 15.00, tiba-tiba handphone saya berdering berkali-kali. Rupanya, teman saya menelepon saya berkali-kali karena ia telah membukakan hasil SIMAK UI saya lebih dulu. Ketika saya membuka chat darinya, saya tidak percaya dan langsung melihat sendiri pengumumannya di website. Saya langsung berlari kepada orang tua saya dan memberi tahu bahwa saya di terima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, fakultas kedokteran terbaik bangsa. Kedua orang tua saya langsung ikut bersuka cita dan memberikan selamat, serta tenaga kesehatan yang berada di klinik dokter gigi tersebut juga ikut memberikan selamat. Di hari itu, saya sangat senang dan bersyukur, karena hari itulah yang mengubah hidup saya sepenuhnya. Akhirnya cita-cita saya untuk menjadi dokter dapat terwujud.
Setelah diterima di FKUI, saya berkomitmen untuk menjadi mahasiswi yang aktif, baik di bidang akademik maupun nonakademik. Saya berkomitmen untuk bisa memaksimalkan studi saya dan mendapatkan nilai yang baik. Saya juga berkomitmen untuk menjadi mahasiswi teladan dan tidak melanggar aturan-aturan yang berlaku di FKUI, maupun di UI. Saya juga berkomitmen untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang saya dapatkan di UI untuk hal-hal yang positif agar dapat mengabdi kepada masyarakat.
Harapan saya untuk diri sendiri adalah saya berharap bahwa saya bisa meningkatkan kualitas diri saya dan semakin hari dapat semakin menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Saya berharap bahwa saya dapat mempertahankan karakter positif yang ada di dalam diri saya dan memperbaiki karakter negatif saya. Saya juga berharap bahwa saya dapat lulus tepat waktu dengan nilai akhir yang memuaskan, bisa menjadi dokter yang terbaik dan dapat diandalkan oleh masyarakat yang membutuhkan, melanjutkan pendidikan spesialis saya secepatnya, dan bisa terus membanggakan, membahagiakan, dan berbakti kepada orang tua. Terlebih lagi, saya berharap bahwa saya bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat. Kemudian, harapan saya untuk Angkatan FKUI 2022 adalah agar kami dapat menjadi angkatan yang solid, bisa lulus tepat waktu, menjadi dokter-dokter yang hebat dan kelak dapat membantu orang-orang sakit dan menyelamatkan banyak nyawa.
Rencana saya dalam jangka pendek selama preklinik adalah untuk bisa mendapatkan IP/IPK di atas 3.5, aktif dalam organisasi maupun kepanitiaan, dan bisa mengikuti banyak acara akademik seperti lomba/seminar/workshop. Cara mencapainya adalah dengan cara belajar dengan rajin, tidak menunda-nunda ketika ada tugas atau materi yang harus dipelajari, dan mendaftarkan diri dalam organisasi/kepanitiaan/lomba yang dapat menunjang karier di masa depan. Rencana jangka panjang saya selama klinik/dokter adalah agar dapat menjalani klinik secara maksimal dan lulus tepat waktu. Untuk dapat mencapai hal tersebut tentunya dengan cara memaksimalkan tugas-tugas yang diberikan.
Harapan saya bagi masyarakat terkait dengan kesehatan dalam jangka panjang adalah semoga masyarakat Indonesia lebih menyadari pentingnya kesehatan dan kebersihan diri, baik dari luar maupun dari dalam, dan baik kesehatan diri sendiri maupun lingkungan, serta semakin diberikan akses yang mudah untuk berobat.
Pesan saya untuk adik-adik yang ingin melanjutkan studinya di FKUI agar tetap semangat dan jangan putus asa dalam mengejar mimpi. Walaupun terasa berat, namun semua itu akan terbayarkan pada akhirnya. Ingatlah bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil. Namun jangan lupa berdoa dan serahkan diri kepada Yang Maha Kuasa, karena tanpa doa, semua itu akan sia-sia.
Comments