Narasi Perjuangan - Florentia Yamin
- FKUI 2022
- Aug 14, 2022
- 9 min read
Perkenalkan nama saya Florentia Yamin atau biasa sering dipanggil Flo atau Florent. Saya lahir di Jakarta, 9 Juli 2003 dan merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Saya memiliki kakak kandung yang bernama Laurentia Yamin yang sekarang sedang kuliah di FKUI juga angkatan 2018. Saya berasal dari SMAK 1 BPK Penabur Jakarta yang terletak di Tanjung Duren. Saya masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia program reguler melalui jalur mandiri yaitu simak UI. Pandangan saya mengenai FKUI dapat dibilang kurang lebih sama dengan pandangan kebanyakan orang lain mengenai FKUI. Kalau bisa dideskripsikan dengan satu kata, menurut saya FKUI itu keren. Menurut saya, FKUI itu merupakan fakultas kedokteran terbaik nomor satu di Indonesia. Saya sering mendengar kalau di FKUI, fasilitas yang disediakan sangat lengkap dan memadai, serta dapat digunakan oleh seluruh mahasiswa tanpa terkecuali. Selain itu, terdapat biskun atau bis kuning, kebun apel, dan masih banyak lagi fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan oleh mahasiswanya yang menurut saya sangat keren.
Motivasi saya masuk FKUI sebenarnya berasal dari kedua orang tua saya. Sejak SMP atau Sekolah Menengah Pertama, bahkan SD, banyak orang yang bertanya kepada saya cita-citanya ingin jadi apa. Namun, saat itu saya masih belum menemukan cita-cita saya yang sebenarnya. Kalau di kartun-kartun yang saya sering nonton dahulu, cita-cita saya merupakan menjadi astronot, sama seperti kakak saya, tetapi pasti orang-orang menganggap bahwa menjadi astronot merupakan cita-cita anak Sekolah Dasar. Oleh karena itu, ketika ditanya orang lain mengenai cita-cita saya, saya menjawab saya ingin menjadi dokter. Tidak ada alasan khusus, hanya saja baik ayah maupun ibu saya merupakan seorang dokter, jadi mereka berdua menjadi alasan mengapa saya menyebutkan bahwa saya ingin menjadi dokter. Sejak saat itu, tertanam di pikiran saya bahwa saya ingin menjadi dokter, bukan karena kedua orang tua saya. Ketika ditanya orang lain, saya dengan mantap menjawab ingin menjadi dokter. Seperti biasa, kebanyakan orang tidak akan puas dengan satu pertanyaan saja, maka dari itu mereka bertanya, “mau kuliah dokter dimana?” Saat itu, saya cukup bingung menjawab pertanyaan tersebut karena ketika ditanya pertanyaan tersebut, saya masih dalam jenjang SMP dan belum terpikir untuk kuliah. Oleh karena itu, saya hanya menjawab dengan asal universitas dengan pendidikan dokter terbaik di Indonesia, “mau kuliah di FKUI.” Kemudian ketika saya menginjak SMA, kakak saya yang juga menginjak kuliah ternyata diterima oleh FKUI jalur SBMPTN. Melihat itu, orang tua saya dan saya pun bertekad untuk bisa segera menyusul kakak saya dan masuk FKUI juga.
Perjuangan saya untuk masuk ke FKUI dimulai sejak SMA dimana saat itu saya bersekolah di SMAK 1 Penabur Jakarta. Di awal kelas sepuluh, saya berusaha sangat keras untuk bisa mendapat nilai yang bagus. Ketika di kelas, saya sangat memerhatikan guru ketika mengajar. Saya selalu meminta kepada wali kelas saya agar saya mendapat kursi paling depan sehingga saya dapat fokus mendengarkan guru dan tidak terdistraksi hal-hal lain. Jika ada saatnya pertukaran tempat duduk dan saya mendapat kursi bagian belakang, saya akan duduk di lantai kelas di dekat papan tulis agar saya bisa melihat apa yang sedang dijelaskan oleh guru tersebut ketika mengajar. Tidak sampai situ saja, saya juga mengikuti bimbel di luar sekolah sebagai tambahan persiapan belajar sehingga saya bisa mendapat nilai yang bagus saat ulangan. Setiap hari dari Senin hingga Jumat, setelah pulang sekolah sekitar jam tiga sore, saya akan langsung pergi ke tempat bimbel saya dan belajar hingga jam 6 sore. Saya lakukan rutinitas tersebut setiap hari, bahkan terkadang saya mengikuti bimbel hingga hari Sabtu. Ketika ulangan, saya juga tidak pernah meremehkan pelajaran dan terus belajar hingga saya menguasai materi tersebut. Terkadang, saya mengikuti diskusi belajar atau belajar bersama teman-teman saya di kafe jika menurut saya saya belum menguasai materi tersebut. Biasanya, kegiatan belajar bersama yang saya ikuti selesai jam delapan bahkan jam sembilan malam. Sejujurnya, perjuangan saya mengikuti bimbel dan belajar saat kelas sepuluh cukup membuahkan hasil, yaitu saya mendapat peringkat 4 di kelas. Namun, saya hanya mendapat peringkat sekitar 30-an di angkatan, sedangkan dari sekolah saya, terdapat banyak sekali murid yang ingin masuk ke FKUI jalur SNMPTN. Oleh karena itu, saya kurang puas dengan hasil yang saya dapat ketika saya berada di kelas 10. Melihat nilai-nilai saya di kelas 10, saya bertekad untuk lebih rajin lagi ketika kelas 11. Saya cukup puas dengan nilai yang saya peroleh di semester 1 kelas 11. Namun, ketika menginjak semester 2, sangat disayangkan sekolah harus diliburkan dengan diganti menjadi online school karena adanya pandemi covid-19. Di awal pandemi, saya belum cukup terbiasa dengan sistem yang diterapkan di sekolah sehingga nilai saya agak sedikit turun. Untungnya, saya tidak memerlukan waktu yang lama dalam beradaptasi dengan sistem belajar secara online, sehingga saya bisa kembali fokus seperti sedia kala ketika belajar online selama 1 minggu. Ketika saya sudah terbiasa dengan sistem baru yaitu online, saya mulai berusaha meningkatkan kembali nilai-nilai saya dalam ujian-ujian yang mendatang. Saya cukup puas dengan hasil ujian yang saya dapat ketika kelas 11. Di akhir kelas 11, orang tua saya menyarankan saya untuk mengikuti bimbingan belajar untuk mempersiapkan UTBK atau SBMPTN. Saya menyetujuinya dan segera mendaftar ke dalam salah satu bimbingan belajar yang cukup terkenal dan banyak murid dari SMA saya yang mengikuti bimbingan belajar tersebut. Bimbingan belajar tersebut dilakukan setiap hari Minggu pagi, dimana hari Minggu merupakan tempat istirahat sebelum memulai sekolah kembali di hari Senin. Oleh karena itu, saya jarang memerhatikan guru bimbingan belajar saya ketika mengajar. Sebenarnya tindakan saya sangat disayangkan, mengingat orang-orang yang dapat masuk atau lolos ke FKUI merupakan orang-orang yang sangat pintar dan rajin. Untungnya di semester kedua di kelas 12, saya menyadari bahwa jika saya terus bermalas-malasan dan tetap mempertahankan sikap saya yang sekarang, saya tidak akan lolos FKUI. Oleh karena itu, di awal semester 2 di kelas 12, saya mulai rajin belajar di bimbingan belajar saya dan terus memerhatikan guru ketika mengajar. Namun, semester 2 di kelas 12 merupakan semester yang paling sibuk, dimana para murid harus mempersiapkan ujian praktik, ujian sekolah, dan masih banyak lagi. Padatnya jadwal di semester 2 membuat saya cukup kesulitan untuk membagi waktu antara sekolah dan persiapan SBMPTN. Saat itu, saya memilih untuk lebih memfokuskan diri pada ujian-ujian yang terdapat di sekolah karena saya berpikir bahwa nilai tersebut akan masuk ke dalam ijazah. Walaupun demikian, saya juga tetap belajar untuk menghadapi SBMPTN dengan mengikuti serta mereview tryout-tryout yang diberikan oleh bimbingan belajar saya. Pada masa itu, jadwal yang dikeluarkan oleh sekolah sangatlah kacau dan berdekatan dengan jadwal UTBK. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mengambil gelombang 2 dalam SBMPTN karena saya merasa bahwa saya belum siap untuk mengikuti ujian tersebut. Ketika tahun 2021, gelombang 2 dilaksanakan setelah libur lebaran, sehingga saya memiliki lebih banyak waktu untuk mempersiapkan diri mengikuti SBMPTN. Dalam liburan tersebut, saya tidak menghabiskan waktu untuk jalan-jalan, melainkan dengan belajar. Saya membeli beberapa buku diluar buku bimbingan belajar saya agar saya bisa mendapat lebih banyak lagi pengalaman mengerjakan soal-soal. Selain belajar, tidak lupa juga saya berdoa agar saya diberi kemudahan dalam mengerjakan soal-soal UTBK nantinya. Pada tanggal 29 April 2021, saya mengikuti UTBK yang berlokasi di gedung Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia. Pada saat itu, saya merasa cukup percaya diri dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Selesai ujian, saya merasa cukup lega karena saya merasa saya bisa lolos SBMPTN dan masuk menjadi salah satu mahasiswa FKUI. Oleh karena itu, saya cukup bersantai dalam menunggu pengumuman SBMPTN. Namun sayangnya, saya tidak lolos SBMPTN. Orang tua saya, terutama ayah saya langsung mengajari saya materi Fisika, dimana Fisika merupakan pelajaran yang paling saya benci dan saya kesulitan untuk memahaminya. Setiap malam hingga subuh, ayah saya mengajarkan materi-materi SBMPTN dengan harapan saya bisa diterima melalui jalur mandiri. Saya juga mengikuti bimbingan belajar kembali setiap pagi hingga sore hari. Sebenarnya, untuk ujian mandiri saya merasa cukup tidak percaya diri karena soal-soal yang diberikan sangat susah. Namun, saya masih berusaha untuk meyakinkan diri bahwa saya bisa lolos. Nyatanya, saya kembali ditolak oleh UI, sehingga saya memutuskan untuk gap year. Ketika gap year, saya tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Oleh karena itu, saya mendaftar bimbingan belajar dan mendengarkan apa yang diajarkan oleh guru bimbingan belajar dengan serius. Saya juga cukup aktif bertanya jika ada materi-materi yang kurang saya mengerti. Selain itu, saya juga mengerjakan tryout yang diberikan dengan sungguh-sungguh dan mengulang soal-soal yang saya salah jawab atau bahkan saya tidak mengerti. Saya juga membeli banyak buku persiapan SBMPTN agar saya lebih siap dalam mengerjakan UTBK nantinya. Pada awal bulan Januari, bimbingan belajar saya membuka kelas offline untuk pertama kalinya, namun karena saya tidak kebagian kuota saat itu, saya tetap belajar secara online. Namun, kelas offline tersebut tidak bertahan lama karena kasus covid-19 kembali melonjak. Kelas offline kembali dibuka pada awal bulan April, dimana saat itu saya langsung mendaftar agar saya kebagian kuota. Untungnya, pada kesempatan kedua ini saya mendapat kuota untuk belajar secara offline. Setiap 2 hari sekali saya datang ke tempat bimbingan belajar saya untuk belajar 3 jam sehari, dilanjutkan dengan 3 jam kelas di online. Tidak terasa, waktu untuk mempersiapkan SBMPTN kurang dari 1 bulan. Saya semakin giat belajar mempersiapkan UTBK agar kelak saya bisa diterima. Pada tanggal 18 Mei 2022 saya mengikuti UTBK. Saat mengerjakan UTBK, saya cukup percaya diri dengan apa yang saya kerjakan pada bagian TPS atau Tes Potensi Skolastik. Namun ketika memasuki bagian TKA atau Tes Kemampuan Akademik terutama matematika, percaya diri saya langsung hilang dalam sekejap. Saya tidak bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan sama sekali. Oleh karena itu, saya cukup pasrah dalam UTBK dan langsung mempersiapkan ujian mandiri. Saya merasa, saya mengerjakan ujian mandiri yang dilaksanakan 2 bulan setelah UTBK dengan cukup baik. Walaupun demikian, saya berpikir bahwa saya tidak akan lolos seperti tahun lalu. Saya cukup pasrah ketika membuka pengumuman ujian mandiri karena saya merasa saya tidak akan diterima kembali oleh FKUI. Namun ketika saya membuka pengumuman seleksi mandiri, saya sangat dikejutkan oleh website yang memunculkan warna hijau yang berarti saya lolos seleksi mandiri dan akhirnya saya bisa menjadi salah satu mahasiswa FKUI. Pada saat itu, saya sangat senang dan langsung memberi tahu orang tua serta kakak saya. Mereka semua juga sangat senang bahwa saya bisa keterima di FKUI.
Komitmen perubahan saya ketika masuk FKUI adalah saya berjanji untuk lebih bisa bersosialisasi dengan sekitar karena semasa saya sekolah, saya merupakan pribadi yang cukup tertutup dan sulit untuk menerima perubahan. Selain itu, saya juga akan belajar dengan sungguh-sungguh bukan hanya agar bisa mendapat nilai bagus saat ujian seperti ketika sekolah, namun saya akan belajar agar kelak ketika menjadi dokter, saya bisa menyembuhkan pasien melalui ilmu yang saya dapat. Saya berharap dengan saya diterima menjadi salah satu mahasiswa FKUI, saya bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depannya, lebih ramah, dan bisa menerima perubahan-perubahan yang ada. Saya juga berharap saya bisa membantu dan berguna bagi angkatan 2022, angkatan di atas 2022, dan bagi FKUI. Saya juga berharap angkatan 2022 bisa melanjutkan tradisi-tradisi yang ada di FKUI, bisa menjadi angkatan yang dapat dibanggakan, dan tidak mempersulit angkatan-angkatan diatasnya. Saya juga berharap angkatan 2022 bisa menjadi angkatan yang kompak dan dapat merangkul semua mahasiswa yang ada di FKUI, bukan hanya mahasiswa yang disukai dan memiliki banyak teman.
Rencana jangka pendek saya dalam preklinik adalah dapat belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak terpengaruh oleh pengaruh-pengaruh negatif baik di lingkungan fakultas maupun universitas. Selain itu, saya juga berharap saya bisa belajar bukan untuk diri saya sendiri, tetapi untuk bangsa dan negara juga. Saya akan mendengarkan apa yang diajarkan oleh dosen dengan baik dan tidak terdistraksi oleh hal-hal yang dapat mengganggu proses saya dalam mendapat ilmu di FKUI. Saya juga berharap bisa memiliki lingkungan pertemanan yang positif dan yang sama-sama bersemangat untuk belajar, bukan sebatas untuk bermain-main saja. Rencana jangka panjang saya selama klinik atau dokter adalah bisa bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas dan amanat yang telah dipercayakan kepada saya. Saya juga akan menjalankan profesi saya sebagai dokter dengan bersungguh-sungguh, bukan hanya sebatas untuk mendapat gelar, melainkan juga agar dapat menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan saya. Saya juga tidak akan membeda-bedakan pasien saya berdasarkan suku, agama, ras, atau budaya mereka. Saya akan memberikan pelayanan yang layak baik pasien swasta, maupun pasien BPJS. Saya juga berharap bisa membangun kepercayaan pasien terhadap dokter dengan melakukan pendekatan internal sehingga para pasien bisa lebih terbuka dan percaya pada dokter yang merawat pasien tersebut. Saya juga berharap bisa bersikap profesional dalam bekerja dalam keadaan apapun. Harapan saya bagi masyarakat bisa menjaga kesehatan diri sendiri dan mengerti kondisi tubuh masing-masing, jangan meremehkan sakit sekecil apapun karena segala sesuatu walaupun hanya kecil namun jika dibiarkan dapat berbahaya bahkan merenggut nyawa diri sendiri. Saya juga berharap agar masyarakat bisa lebih menerapkan pola hidup sehat karena lebih baik mencegah daripada mengobati, selain itu dalam aspek ekonomi lebih murah jika kita menjaga pola hidup sehat dibandingkan ketika kita sakit dan membutuhkan perawatan yang mahal. Saya juga berharap agar masyarakat dapat mempercayai dokter-dokter yang merawat mereka masing-masing karena segala sesuatu didasarkan oleh rasa percaya setiap individu. Jika masyarakat itu sendiri yang sudah tidak percaya kepada dokter yang merawatnya, maka proses yang dijalani akan lebih sulit kedepannya.
Terakhir, kepada adik-adik kelas saya yang ingin menggapai cita-cita mereka menjadi dokter dengan melalui pendidikan di FKUI, saya berharap dengan apa yang telah saya sampaikan mengenai perjuangan saya untuk masuk FKUI dapat menjadi motivasi bagi adik-adik kelas saya dalam meraih mimpinya untuk masuk FKUI. Jangan pernah patah semangat untuk belajar apalagi pasrah tentang apa yang terjadi kedepannya karena kalian tidak akan tahu apa yang akan terjadi kedepannya, yang dapat kalian lakukan saat ini adalah tetap berusaha keras, berusaha sebaik mungkin agar walaupun gagal, kalian tidak kecewa dengan hasilnya karena kalian sudah memberikan yang terbaik. Banyak orang berkata bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil. Mungkin jika kalian tertolak FKUI kalian menganggap kata-kata diatas tidak benar, namun percayalah bahwa mungkin ketika kalian berusaha sudah semaksimal mungkin dan kalian masih belum diterima di FKUI, kalian sudah ditakdirkan untuk mendapat kesempatan yang lebih baik selain FKUI. Walaupun demikian, masuk FKUI tidak segampang kalian masuk ke SMA favorit kalian. Jadi kalian tetap tidak boleh meremehkan hal tersebut. Mungkin kalian menganggap diri kalian cukup pintar dalam belajar, aktif dalam organisasi, selalu menjadi juara pertama di kelas, tetapi ingatlah bahwa lawan yang kalian hadapi bukan sebatas satu kota atau satu provinsi saja, melainkan satu negara bahkan banyak juga mahasiswa dari negara lain yang ingin masuk ke FKUI. Oleh karena itu, walaupun kalian merasa kalian pintar, gunakan kelebihan itu sebagai penyemangat, bukan menjadi sombong dan merasa cukup dalam belajar, karena belajar untuk mempersiapkan UTBK ataupun ujian mandiri bukan sebatas membaca buku paket yang hanya diujikan 1 bab seperti ujian di sekolah, melainkan seluruh pengetahuan yang kita miliki, sehingga dalam proses belajar mempersiapkan UTBK tidak ada kata cukup atau bahkan sudah selesai belajar. Akhir kata, tetap semangat dalam belajar kepada adik-adik kelas saya dan untuk semua yang sudah membaca esai ini saya ucapkan terima kasih.
Comments