top of page

Narasi Perjuangan - Farah Fauzika Haikal

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 14, 2022
  • 8 min read

ABHIPRAYA: Menggapai Cita


Salam kenal, semuanya! Nama saya Farah Fauzika Haikal, biasa dipanggil Farah. Lahir di Jakarta, 13 Oktober 2004. Enam tahun lamanya saya menimba ilmu di SMP dan SMA Labschool Jakarta, tempat saya berjuang melewati berbagai lika-liku untuk mencapai impian saya. Masa pandemi membuat saya hanya merasakan kehidupan layaknya ‘siswi SMA normal’ selama 8 bulan. Pembelajaran yang dilakukan secara daring akibat pandemi membuat waktu berjalan dengan sangat cepat, saya tidak menyangka sudah saatnya saya mendaftarkan diri ke perguruan tinggi. Hingga pada tanggal 1 April 2022, saya mendapatkan jawaban dari doa-doa yang selama ini saya panjatkan. Alhamdulillah, saya dapat bergabung menjadi bagian dari keluarga besar Fakultas Kedokteran Kelas Khusus Internasional melalui jalur Talent Scouting.

Universitas Indonesia, sebuah nama institusi pendidikan yang tidak terdengar asing bagi kebanyakan orang. Mengingat Universitas Indonesia adalah salah satu universitas terbaik di Indonesia. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia menjadi tempat impian banyak orang yang ingin melanjutkan pendidikannya untuk menjadi seorang dokter. Suasana akademik dan non-akademik FKUI selalu mendorong mahasiswa, dosen, dan karyawan untuk menorehkan berbagai prestasi. Tidak heran jika para lulusan FKUI berperan aktif dalam mewujudkan bangsa yang sehat.

Terlahir sebagai anak tunggal dari keluarga yang berspesialisasi di bidang politik dan akuntan, tidak heran jika banyak orang berekspektasi bahwa saya akan melanjutkan jejak keluarga saya. Mereka selalu bertanya, “Kamu mau masuk dunia politik atau jadi akuntan?” atau “Apakah kamu akan melanjutkan jejak orang tuamu?”. Melihat bagaimana orang tua saya menekuni pekerjaan mereka, saya tersadar bahwa kedua bidang tersebut bukanlah yang saya minati. Seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa minat dan motivasi saya mengarah kepada bidang kedokteran.

Selama enam tahun lamanya, saya menjadi siswi sekolah dasar di Universal School Kelapa Gading. Selayaknya siswi sekolah dasar pada umumnya, cita-cita ingin menjadi dokter pernah saya ucapkan kepada teman, guru, dan kepada orang tua saya, tetapi, cita-cita saya terus berubah. Saya pernah ingin menjadi arsitek, hakim, koki, hingga menjadi pembalap pun pernah saya impikan. Namun, tanpa disadari, dari sekian banyak profesi yang pernah saya impikan, profesi dokter adalah yang paling sering saya ucapkan.

Ibu saya selalu bercerita bahwa sedari saya TK hingga SD, saya adalah anak yang mudah jatuh sakit. Bahkan perubahan terkecil dari pola makan saya, dapat membuat saya berakhir di rumah sakit. Hal tersebut membuat orang tua saya sangat khawatir terhadap kesehatan saya, bisa dibilang kunjungan ke dokter merupakan peristiwa penting. Saya beruntung mendapatkan seorang dokter yang selalu menjawab semua pertanyaan saya. Beliau senantiasa mendukung orang tua saya dalam upaya mereka untuk membesarkan anak yang sehat, dan saya memiliki interaksi berarti dengan dokter yang sangat peduli terhadap kesehatan tubuh saya. Sejak itu, beliau membantu saya dalam memahami lebih lanjut apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang dokter.

Melewati sekolah dasar, saya melanjutkan pendidikan saya di SMP Labschool Jakarta. Labschool memiliki budaya yang sangat berbeda baik kurikulum, bahasa pengantar, peraturan, dan tata krama dari SD saya. Tentu saat awal masuk, saya mengalami sesuatu yang biasa disebut sebagai culture shock atau gegar budaya. Pada awalnya, saya merasa tidak betah berada di lingkungan Labschool, tetapi, saya tidak menyerah dengan keadaan. Adaptasi harus saya lakukan agar bisa menjalani masa SMP saya dengan baik. Saya beruntung dapat berteman dengan orang-orang yang membantu saya beradaptasi di lingkungan Labschool. Mereka menjawab segala pertanyaan dan memberikan saya semangat selama beradaptasi di lingkungan yang pada awalnya terasa asing hingga menjadi rumah kedua saya.

Selama menjalani masa SMP, seringkali saya dihadapkan oleh kegagalan. Kegagalan pertama yang saya dapatkan adalah kegagalan menjadi anggota OSIS. Labschool selalu memberi wadah bagi siswa dan siswi yang memiliki minat berorganisasi, salah satunya melewati Organisasi Siswa Intra Sekolah. Melihat kakak OSIS memakai jas dengan bangga, membuat saya tertarik untuk mendaftar rekrutmen anggota baru OSIS. Tidak memiliki pengalaman dalam berorganisasi tidak membuat saya takut untuk mencoba. Saya pun mendaftarkan diri untuk menjadi anggota OSIS. Rangkaian alur pendaftaran saya ikuti dengan baik hingga saya lulus pada tahap pemberkasan. Tetapi pada akhirnya, saya tidak lolos kualifikasi menjadi anggota OSIS. Rasa kecewa dan sedih saya rasakan, akan tetapi melihat raut bahagia teman-teman saya ketika mendapatkan kata ‘LOLOS’ dalam surat pengumuman, membuat saya melupakan rasa tersebut.

Duduk di kelas sembilan, segala hal terasa lebih nyata. Kami mulai lebih fokus dalam pembelajaran agar dapat memasuki SMA unggulan yang diimpikan. Mendengar dari teman-teman dan sanak-saudara, SMAN 8 Jakarta merupakan salah satu sekolah terbaik di Indonesia dan terbukti dari banyak anak didiknya yang diterima di perguruan tinggi negeri favorit terutama UI. Hal tersebut memotivasi saya untuk belajar lebih giat agar mendapatkan nilai yang maksimal di Ujian Nasional hingga dapat diterima di SMAN 8 Jakarta. Namun belajar dari matahari terbit hingga terbenam tidak membuat saya dapat diterima di sekolah yang saya impikan. Rasa kecewa yang saya rasakan lebih dari apa yang dulu saya rasa saat gagal menjadi anggota OSIS. Baik teman terdekat dan keluarga saya dapat melihat perubahan dalam diri saya akibat kegagalan tersebut. Beberapa orang berkata bahwa saya harusnya bersyukur karena sudah diterima di SMA Labschool Jakarta, tetapi, rasa kecewa itu tidak dapat hilang. Segala hal yang telah saya siapkan sejak lama rasanya hancur begitu saja. Setelah kegagalan tersebut, bisa dibilang saya menutup diri. Tidak menerima ajakan teman serta keluarga saya jalan keluar untuk sekedar refreshing, dan memilih berdiam di kamar sendiri.

Seiring berjalannya waktu, saya mulai melupakan rasa kecewa tersebut, dan menerima keadaan. Walaupun ajakan jalan dari teman-teman sering saya tolak, tetapi mereka tetap berusaha dan pantang menyerah agar saya dapat balik menjadi diri saya kembali. Melihat ke belakang, saya mengambil semua hikmah yang dapat saya pelajari agar menjadi diri saya yang lebih baik.

Melanjutkan jenjang pendidikan ke SMA, perubahan yang sangat drastis saya rasakan, perubahan baik itu dalam cara berpikir maupun cara belajar. Sejak kelas 10, saya memantapkan diri saya untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Segala hal kembali saya persiapkan agar dapat menggapai impian saya dan tidak gagal. Hal tersebut terlihat pada pembagian rapor semester satu, saya mendapatkan peringkat ke-3 dari satu angkatan dan terpilih menjadi anggota KSN SMA Labschool Jakarta. Tidak lupa rasa syukur selalu saya panjatkan kepada Allah SWT.

Selama kurang lebih delapan bulan saya merasakan kehidupan sebagai siswi SMA, aktivitas pembelajaran harus terhenti karena adanya pandemi. Adaptasi terhadap pembelajaran dilakukan. Pembelajaran yang dilakukan secara luring berubah menjadi daring, yang harusnya kita belajar di sekolah berubah menjadi di rumah dan menggunakan laptop. Tentu pembelajaran secara daring ini menuai pro dan kontra. Akan tetapi, pembelajaran secara daring tidak menurunkan semangat saya. Saya dedikasikan waktu saya untuk belajar lebih giat dan fokus agar terpilih menjadi salah satu siswa eligible di sekolah. Mengikuti berbagai kepanitiaan dan juga OSIS serta lomba-lomba juga turut saya lakukan untuk menambah sertifikat. Saya lakukan semuanya dengan percaya diri dan optimis, serta yakin karena saya telah melakukan upaya yang maksimal. Segala usaha saya terjawab pada pengumuman murid eligible dan nama saya termasuk dalam daftar. Akan tetapi, saya tahu betul bahwa dengan saya eligible dan mendaftarkan FKUI sebagai pilihan pertama, saya tidak akan lolos seleksi SNMPTN. Melihat pemeringkatan peminat FKUI di sekolah, keraguan saya bertambah karena saya tidak berada di posisi pertama. Keraguan saya pun terjawab pada tanggal 29 Maret 2022, pukul 15.00 WIB. Saya mengalami kegagalan kembali. Memang tidak berharap banyak akan tetapi, rasa kecewa tetap terasa.

Pada saat yang bersamaan, saya memutuskan untuk mendaftar talent scouting. Berbagai pertimbangan serta pertanyaan dan meminta pendapat ke berbagai pihak saya lakukan. Semua orang turut mendukung keputusan saya. Mereka berkata bahwa saya memiliki peluang yang sangat besar untuk diterima melalui jalur tersebut dan saya sebetulnya ingin melanjutkan studi ke luar negeri. Program double degree yang ditawarkan pun sangat menjanjikan. Pemberkasan untuk talent scouting saya siapkan dengan sungguh-sungguh. Tidak lama setelah penutupan pendaftaran talent scouting, saya dinyatakan lolos tahap satu dan dipanggil untuk melakukan interview.

Pengumuman talent scouting yang hanya berjarak dua hari dari pengumuman SNMPTN terasa sangat lama. Saya terus memejamkan mata dan berdoa agar mendapatkan hasil yang saya inginkan. Alhamdulillah, pada tanggal 1 Juni 2022, 13.00 WIB, saya dinyatakan lulus. Tak henti saya ucapkan rasa syukur diterima di fakultas serta universitas impian. Memasuki Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia membuat saya merasa sangat bangga, senang, dan bahagia. Mendapatkan jaket kuning dengan makara berwarna hijau yang telah saya impikan dengan melewati berbagai kegagalan dan tangisan selama belajar telah terbayar. Pada akhirnya saya bisa menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Setelah melalui beberapa misi selama orientasi dan pengenalan terhadap lingkungan Universitas Indonesia, saya merasa sangat beruntung dapat menjadi bagian dari universitas ini. Semua ini tidak lepas dari doa orang tua dan orang-orang terdekat yang selalu dipanjatkan. Kalimat doa yang terasa sederhana, membantu saya dalam menggapai impian saya, dan hal tersebut terjadi dengan segala kuasa Allah SWT. Semoga apa yang telah diamanahkan kepada saya dapat saya jaga dan manfaatkan sebaik-baiknya.

Banyak perubahan telah saya rasakan untuk dapat berkuliah di Universitas Indonesia. Perubahan yang membentuk saya menjadi diri saya sekarang. Perubahan tersebut pastinya bertujuan untuk menjadi seorang yang lebih baik dari sebelumnya dan besar harapan saya agar selalu menjadi pribadi yang lebih baik dimana dan kapanpun saya berada.

Tentunya saya berharap selama menjalani masa pre-clinic di Universitas Indonesia, saya dapat menjadi mahasiswa yang berprestasi. Dengan turut ikut serta dalam mengikuti organisasi atau kepanitiaan sesuai dengan minat saya, meraih IPK sesuai target, serta menjadi mahasiswa yang aktif dan selalu mengharumkan almamater kebanggan yaitu, Universitas Indonesia. Mendapatkan pertemanan yang suportif baik itu dalam pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari juga akan mempermudah saya dalam menjalankan hidup sebagai mahasiswa preklinik.

Selanjutnya, setelah preklinik dan setahun berkuliah mengambil double degree di salah satu dari tiga universitas mitra: The University of Melbourne, Monash University, dan University of Newcastle. Dengan mengikuti kelas internasional, menjadi sebuah keuntungan bagi saya untuk melangkah lebih jauh dan memperluas pengetahuan saya serta memberikan apa yang sudah saya pelajari kembali kepada masyarakat. Tentunya dapat menjadi pengalaman yang berarti dan bermanfaat baik untuk saya dan orang lain nantinya.

Setelah satu tahun berkuliah di universitas mitra dan kembali ke Indonesia, tentu saya akan menjalani masa koas. koas atau ko-asisten adalah masa di mana calon dokter akan menjalani proses belajar langsung dan melaksanakan praktik di rumah sakit tertentu. Semua mahasiswa/i kedokteran wajib menjalankan masa koas dan melewati stase yang ada saat koas, saya akan mengeksplor berbagai macam spesialis-spesialis. Tentu hal ini dapat mempengaruhi pemilihan karir saya kedepannya dan memantapkan spesialis apa yang akan saya ambil. Memfokuskan pikiran dan memperhatikan seksama apa yang saya pelajari selama menjalani masa koas akan saya lakukan. Mencari pengalaman sebanyak banyaknya dalam menangani berbagai macam keluhan medis adalah satu dari banyak hal yang akan saya tekuni nanti.

Menjadi seorang dokter adalah lifelong learner. Banyak orang berkata bahwa menjadi seorang dokter adalah pengabdian. Bahkan setelah lulus dan mendapat gelar S.Ked, masih butuh 5-6 tahun lagi untuk menyelesaikan studi dan mendapat gelar spesialis. Saya berencana untuk melanjutkan studi sebagai dokter spesialis bedah saraf. Mungkin hal ini bisa saja berubah seiring dengan menjalani masa koas, tetapi rencana saya adalah untuk bekerja di spesialis yang saya minati, serta bermanfaat bagi masyarakat.

Apapun yang nantinya akan terjadi, saya siap dan telah memantapkan niat saya untuk menjadi seorang dokter. Turun langsung ke masyarakat untuk membawa perubahan dari segi kesehatan. Sedikit demi sedikit namun konsisten dan pasti untuk memajukan kesehatan masyarakat Indonesia secara merata ke seluruh penjuru daerah. Tentu untuk mencapai semua itu tidaklah mudah. Namun dengan usaha yang saya lakukan, serta kehendak Allah, hal tersebut tidaklah tidak mungkin.

Dalam Al-Quran dikatakan “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6). Salah satu dari ayat Al-Quran yang membuat saya mengerti bahwa di dalam hidup ini, kita pasti selalu dihadapkan dengan masalah. Adakalanya masalah itu sulit untuk diselesaikan. Sebegitu susahnya hingga tidak jarang menjadikan orang-orang berputus asa, dan menyerah dengan masalah yang dihadapi. Padahal dalam Al-Quran, Allah SWT telah menjanjikan bahwa setelah seseorang mengalami kesulitan pasti ia akan diberikan jalan kemudahan.

Teruntuk adik kelas saya, teman-teman, dan siapapun yang saat ini berjuang untuk menjadi bagian dari FKUI, kalian harus yakin dengan apapun yang kalian inginkan. Untuk menjadi seorang dokter membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Banyak rintangan yang harus kalian lalui untuk bisa mencapai di titik yang kalian inginkan. Jangan berpaku pada orang lain dan percaya terhadap diri kalian sendiri. Mengutip dari suatu buku yang saya miliki. Life teaches us through our mistakes. When you make a mistake, simply ask yourself what you were meant to learn from it. When we accept such lessons with humidity and gratitude, we grow that much more.1 Kesalahan dan kegagalan adalah suatu hal yang wajar dialami oleh manusia. Dari kesalahan dan kegagalan tersebut, dapat diambil hikmah tanpa mengurangi rasa syukur sedikit pun. Kita dapat tumbuh menjadi diri kita yang lebih baik. Apapun hasilnya nanti, itulah yang terbaik.



Referensi


  1. Sunim H. The Things You Can See Only When You Slow Down. 3rd ed. Penguin Life; 2018. Chapter 1, Rest; p.29.

 
 
 

Recent Posts

See All

1 comentario


muhammadhabibi0615
15 ago 2022

Keren kali suhu🙆🏻‍♂️

Me gusta

Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page