Narasi Perjuangan - Khusnul Amalia
- FKUI 2022
- Aug 14, 2022
- 6 min read
"PERJUANGAN DOKTER"
Halo semuanya! Perkenalkan nama saya Khusnul Amalia, biasa dipanggil Miya lahir pada tanggal 20 Mei 2005 di Bima. MAN 2 BIMA adalah tempat saya menuntut ilmu selama 3 tahun, sebelum diterima di Universitas Indonesia. Menjadi salah satu bagian dari Universitas Indonesia apalagi di fakultas kedokteran merupakan suatu kebanggaan bagi saya. Jujur hingga saat ini saya merasa ini seperti mimpi karena menjadi dokter merupakan impian banyak orang dan saya harus bersaing dengan ribuan orang untuk mendapatkan tempat ini. Profesi dokter merupakan salah satu profesi yang masih sangat diperlukan di negeri ini.
Indonesia merupakan negara kepulauan. Menurut Ridwan Lasabuda (2013:1), mengatakan "Sebagai negara kepulauan, Indonesia telah diakui dunia secara internasional (UNCLOS 1982) yang kemudian diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 1985". Sehingga, tak heran apabila banyak sekali pulau-pulau di dalamnya. Keberadaan kepulauan Indonesia yang cukup beragam, dari barat, utara, selatan hingga ke timur. Pulau barat didominasi oleh banyak nya kota-kota besar. Berbicara tentang kota besar, jelas yang terlintas dalam benak kita adalah ke perkembangan kota, bangunan bahkan gaya hidup yang serba modern. Fasilitas teknologi yang serba ada. Dikutip di laman Kompasiana.com, "Sudah bukan rahasia lagi, orang-orang yang lahir di kota besar, mereka sudah terbiasa hidup dengan fasilitas serba lengkap di kota mereka". Masyarakat bahkan tidak perlu repot apabila ingin berkendaraan, ingin melakukan sesuatu tidak ada yang namanya kesusahan, karena semuanya serba mudah dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai dan canggih tentunya. Bahkan rata-rata pusat perkembangan hanya ada di kota-kota besar. Hal ini, disebabkan dengan Sumber daya manusia (SDM) yang cukup memadai. Dilansir pada laman Liputan 6, "Kalau SDM yang berkualitas akan berdampak juga pada perekonomian. Saat ini kualitas SDM yang baik hanya didapat di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan lain-lainnya. Kualitas pendidikan di desa masih buruk," ungkap irman. Hingga, tak heran jika kualitas sumber daya manusia di wilayah kota begitu meningkat, berbeda dengan wilayah di pedesaan. Dari sisi kesehatan, Kota-kota besar pun, tentunya tidak khawatir akan kekurangan. Seperti kekurangan tenaga kesehatan, fasilitas sarana dan prasarana, dan kekurangan rumah sakit. Sehingga, hal ini menyebabkan masyarakat yang berada di kota-kota besar pun, bisa dipastikan mendapatkan jaminan kesehatan yang layak dan berkualitas.
Hal ini berbanding terbalik dengan pulau-pulau terpencil yang berada di pelosok negeri. Khususnya, seperti pulau-pulau kecil yang berada di kawasan timur. Hal ini didukung, berdasarkan data Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, dari 183 kabupaten daerah tertinggal yang ada, dua per tiga di antaranya berada di Kawasan Timur Indonesia. Sementara itu, sebanyak 27 kabupaten daerah perbatasan dan 67 dari 92 pulau terdepan termasuk kategori daerah tertinggal. Keterbatasan fasilitas teknologi yang harus mereka hadapi. Masyarakat yang berada di pelosok negeri ini, memiliki banyak permasalahan. Mereka harus menghadapi kesulitan seperti krisis air, yang memaksa mereka harus minum air kotor. Keterbatasan sumber daya manusia, banyaknya kasus penyimpangan sosial dan permasalahan lainnya. Namun dibalik itu semua, ada satu permasalahan yang sangat serius dan perlu diperhatikan oleh pemerintah. Yaitu kurangnya tenaga kesehatan seperti dokter yang profesional dan hebat. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa wabah dan penyakit sudah merajalela di kalangan masyarakat terpencil. Akan tetapi, jumlah tenaga kesehatan seperti dokter sangat sedikit. Seperti yang dikatakan oleh Wakil Dekan Bidang Administrasi, Keuangan dan Sumber Daya Manusia fakultas Kedokteran (FK) UGM, bahwa Di Papua kekurangan 250 dokter umum, belum lagi di daerah perbatasan dan terpencil. Padahal di Jakarta, tempat praktek dokter justru dibatasi. Hal ini jelas membuktikan, kekurangannya dokter di pulau-pulau terpencil sangatlah menjadi permasalahan utama yang harus segera ditangani. Martha Retto (2013), mengatakan "Hal tersebut juga sangat berdampak pada daerah terpencil yang banyak faktor tidak mendukung dari segi fasilitas, dan yang paling vital yaitu tenaga kesehatan yang sangat minim, tenaga ahli yang sangat kurang juga dan jangkauan terhadap suatu desa-desa lumayan terpaut jauh satu sama lain".
Beberapa faktor utama yang menyebabkan kurang nya dokter di pulau-pulau terpencil. Pertama, disebabkan oleh pemerintah yang lebih berfokus pada kota-kota besar, dan tidak melihat daerah pelosok. Kedua, gaji yang didapatkan oleh para dokter terpencil tidak sebesar seperti yang didapatkan oleh para dokter di kota besar. Ketiga, fasilitas sarana dan prasarana yang tidak dimiliki oleh berbagai rumah sakit di pulau terpencil.
Beberapa faktor inilah yang membuat kurang nya minat atau daya tarik yang dimiliki oleh para dokter untuk bisa menjadi dokter di daerah-daerah pelosok.
Permasalahan kekurangannya dokter di pulau terpencil cukup serius. Dengan kurangnya jumlah dokter di pulau tersebut, membuat masyarakat kesusahan untuk berobat maupun melakukan operasi. Mereka harus pergi ke luar kota untuk bisa melakukan operasi. Seperti yang kita ketahui, untuk pergi ke luar kota harus membutuhkan waktu dan biaya yang cukup banyak. Sehingga, sangat disayangkan apabila pemerintah belum bertindak untuk melakukan perubahan guna menyelesaikan masalah ini. Tak hanya sarana dan fasilitas rumah sakit saja yang harus di tekankan, jumlah tenaga kesehatan dokter juga perlu diperhatikan. Akan jadi hal yang sia-sia, jika suatu rumah sakit memiliki semua fasilitas, namun kekurangan dokter yang menanganinya. Suhardjo menyebutkan, saat ini terdapatkan 73 fakultas kedokteran di lembaga perguruan tinggi di Indonesia. Jumlah lulusan dokter sudah bisa mencukupi kebutuhan di daerah. Namun sayang, penempatan tenaga dokter ini di daerah belum merata. Penempatan yang tidak sesuai membuat kesengsaraan untuk masyarakat di daerah terpencil. Alhasil, ketika mereka memiliki penyakit yang mengharuskan untuk melakukan segera yang namanya operasi, mereka dengan berat hati untuk harus rujuk dan menunggu beberapa waktu perjalanan untuk operasi di luar kota. Kenapa harus diluar kota? karena hanya, disanalah fasilitas dan dokter yang begitu lengkap. Berbeda di pulau terpencil, sudah menjadi hal yang mustahil untuk melakukan operasi seperti yang dilakukan oleh rumah sakit di kota-kota besar. Karena itu, permasalahan ini benar-benar menjadi masalah utama yang harus di benahi guna mendapatkan solusi yang tepat untuk masa kedepannya.
Langkanya dokter yang berminat ditempatkan di daerah terpencil merupakan penyebab sulitnya mewujudkan pelayanan yang adil, merata, dan profesional. Pelayanan yang adil dan merata artinya tidak ada pembatas, baik daerah kota maupun daerah terpencil harus mendapatkan hak yang sama akan kesehatan. Beberapa dampak yang akan terjadi apabila permasalahan ini, dibiarkan terus menerus adalah kurangnya pelayanan kesehatan yang didapatkan oleh masyarakat setempat, hasilnya banyak masyarakat yang tidak dapat menyembuhkan penyakit yang dideritanya lantaran kurang mendapatkan pelayanan yang baik. Jika tingkat kesehatan di Indonesia terus menurun akan berdampak pada keterbelakangan karena semua uang pada akhirnya akan digunakan untuk meningkatkan fasilitas kesehatan. Dan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja yang kurang optimal, yang juga berdampak pada pembangunan negara.
Namun, tidak semua dokter ingin berkarier di kota-kota besar, beberapa juga ada yang benar-benar ingin berjuang dan mengabdikan dirinya sebagai dokter di daerah 3T (tertinggal, terpencil dan terdalam). Para dokter inilah yang seharusnya benar-benar didukung oleh pemerintah dengan membantunya untuk mendapatkan akses fasilitas kesehatan yang layak untuk masyarakat maupun pasien nya. Perjuangan yang dihadapi oleh para dokter tentunya sangat berat, terlebih ketika mereka harus berjuang di daerah terpencil yang memiliki berbagai keterbatasan fasilitas sarana dan prasarana. Mereka harus bisa mengkondisikan dengan sarana prasarana seperti peralatan medis yang serba berkecukupan, mengusahakan semaksimal mungkin tenaga yang mereka bisa berikan untuk pasien-pasiennya. Tak hanya keterbatasan pada bagian sarana dan prasarana di peralatan medis saja, terkadang dengan kondisi geologis pulau-pulau terpencil seperti transportasi, dan jauhnya jarak rumah sakit juga merupakan hambatan besar yang harus di hadapi oleh para dokter tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan, perjuangan dokter di daerah-daerah tertinggal, sangat besar. Mereka merelakan tenaga dan waktu untuk terus membantu masyarakat di pulau terpencil.
Oleh karena itu, perlu adanya solusi cerdas dan tepat untuk menanggulangi permasalahan ini. Beberapa solusi yang bisa dilakukan adalah pemerintah memberikan dukungan sepenuhnya untuk para dokter yang ingin berjuang di daerah pelosok. Bentuk dukungan yang bisa pemerintah lakukan adalah dengan pemerintah menggalakkan kembali program pengabdian masyarakat bagi lulusan dokter untuk mengabdi di daerah. Solusi ini, dipastikan dapat mengatasi masalah kekurangan dokter yang ada di desa terpencil. Hal ini sangat perlu dilakukan oleh pemerintah, mengingat sedikit nya para dokter yang berminat untuk bekerja di pedalaman. Sehingga, pemerintah harus benar-benar menciptakan sejumlah dokter yang akan mengabdikan dirinya di pulau-pulau terpencil.
Perjuangan dokter yang mengabdikan dirinya di pulau terpencil sangatlah mulia. Pemerintah harus benar-benar bertindak melakukan solusi sebagai bentuk kepedulian dan dukungan semangat untuk para dokter tersebut. Jika tidak, kekurangan tenaga kesehatan seperti dokter, akan terus berlanjut. Dampaknya masyarakat mengalami kesulitan untuk pergi berobat, dan ingin operasi. Hal ini tentunya akan membuat perkembangan Indonesia semakin menurun. Sehingga, pemerintah dapat tegas untuk mengatasi permasalahan ini. Dengan begitu, para dokter akan bersemangat untuk melanjutkan dan melakukan perjuangannya di daerah terpencil. Kalau bukan para dokter, lalu siapa lagi yang akan menjadi penolong masyarakat?
Referensi
Lasabuda, ridwan. 2013. “Pembagunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia”, Jurnal Pembangunan dan Kepulauan volume 1 (hlm. 1).
Manado : Universitas Sam Ratulangi.
Retto, martha. 2016. "Minimnya Tenaga Kesehatan di Daerah Terpencil", Jurnal Kesehatan volume 2 (hlm. 5). Surabaya : Universitas Airlangga.
Gusti. 2011. “Daerah Terpencil dan Perbatasan Masih Kekurangan Tenaga Kesehatan", https://ugm.ac.id/id/berita/3897-daerah-terpencil-dan-perbatasan-masih-kekurangan-tenaga-kesehatan, diakses pada 13 Agustus 2022 pukul 10.27.
Tri, Agustini amalia. "Potensi SDM Kota Besar vs Daerah", https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/3-amaliat.a./potensi-sdm-kota-besar-vs-daerah_552e60756ea8343b588b45e4, diakses pada 13 Agustus 2022 pukul 12.30
Siregar, Ihsan dian. "Sebaran Guru Tak Merata, SDM Berkualitas Cuma Ada di Kota", https://m.liputan6.com/bisnis/read/628316/sebaran-guru-tak-merata-sdm-berkualitas-cuma-ada-di-kota, diakses pada 13 Agustus 2022 pukul 13.05
Lumanaw, Novi. "Daerah Tertinggal Kekurangan SDM Berkualitas Bidang Kesehatan", https://www.google.com/amp/s/www.beritasatu.com/amp/archive/137382/daerah-tertinggal-kekurangan-sdm-berkualitas-bidang-kesehatan, diakses pada 13 Agustus 2022 pukul 14.34
Patrianef. "Yang Terjadi Ketika Sarana & Prasarana Kesehatan di Pelosok Tidak Terpenuhi", https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/patrianef/yang-terjadi-ketika-sarana-prasarana-kesehatan-di-pelosok-tidak-terpenuhi_57577034ef9273140e9b93eb, diakses pada 13 Agustus 2022 pukul 15.30
Comments