top of page
Search

Narasi Perjuangan - Maritza Gantari Makhrus

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 14, 2022
  • 7 min read

Perjuangan Masuk FKUI


Halo! Perkenalkan nama aku Maritza Gantari Makhrus, biasa dipanggil Gantari. Banyak yang bilang nama panggilan ini terlalu panjang, tapi memang dari kecil selalu dipanggil begitu. Kalau memang lagi butuh cepat, boleh pakai “Gan” atau “Tari”, senyamannya saja.


Aku adalah alumni MAN Insan Cendekia Serpong angkatan 25. Walaupun banyak yang tidak pernah mendengar namanya, sekolah aku termasuk dalam jajaran sekolah yang top. Berkat sekolah yang prestisius ini, aku dapat masuk ke program reguler FKUI – yang merupakan fakultas kedokteran terbaik di Indonesia – melalui jalur SNMPTN. Sekedar info tambahan, walaupun aku bersekolah di Tangsel saat SMA, dari lahir sampai SMP, aku tinggal di Malang.

Kalau ditanya, “First impression kamu ke FKUI itu seperti apa?” mungkin aku bakal jawab, “menyeramkan”


Kenapa? Karena sejak pertama kali aku tahu nama FKUI saat SMP, itu terdengar begitu sulit untuk diraih, apalagi bagi seorang anak biasa-biasa saja yang bersekolah di suatu MTs negeri di Kota Malang. Tidak terbayang seberapa banyaknya pesaing yang harus aku hadapi untuk bisa berkuliah disitu. Oleh karena itu, pada awalnya aku tidak pernah sekali pun berangan-angan untuk menjadi mahasiswa di FKUI.


Setelah berada di bangku SMA, “keseraman” FK UI makin bertambah, selain karena banyak kakak-kakak kelas yang aku kagumi masuk ke fakultas ini, pada saat itulah keinginanku untuk menjadi mahasiswa FK UI muncul. Seperti ada dua sisi dalam pikiranku. Yang pertama, aku selalu berpikir, “Lihat deh, kakak A masuk FKUI, kakak B masuk FKUI, mereka kan pinter banget, kamu mah cuma remah-remah yang ngga tau apa-apa, Gantari.”


Tapi di sisi lain, aku juga berpikir, “Aku mau banget, mau banget, mau banget kuliah di FK UI juga, walau nggak sepintar atau segreget kakak-kakak itu, aku harus tetap berusaha!”


Motivasi aku masuk FKUI pada awalnya adalah karena disuruh orang tua, jujur, motivasi ini pasti terdengar nggak seru banget, kan? Tapi ya memang begitu, sejak sebelum masuk SMA, orang tua aku selalu menyarankan untuk menjadi dokter, dan tidak hanya sampai disitu, mereka pun juga menyarankan aku untuk masuk FKUI. Dengan agak stress aku selalu menjawab, “Kenapa sih aku harus jadi dokter? Kenapa FKUI? Aku orangnya biasa-biasa aja, sulit untuk bisa kesana, Ma, Pa.”


Tetapi akhirnya, untuk saat itu aku memilih untuk ikhlas mengikuti keinginan kedua orang tua.


Namun, setelah aku masuk ke MAN IC Serpong, motivasi aku terus bertambah seiring bertambahnya waktu. Saat kelas 10, motivasi aku sekedar dari omongan orang-orang di sekitar yang selalu bilang bahwa FKUI itu keren, tidak tergapai, luar biasa sulit, dan lain sebagainya. Disitulah aku terdorong untuk masuk ke fakultas yang “keren” di kata orang-orang.


Begitu kelas 11 lah, motivasi aku untuk menjadi dokter, atau untuk masuk FKUI, meningkat berkali-kali lipat. Mungkin pahlawannya adalah guru biologi aku, atau siapapun yang menyusun kurikulum pelajaran biologi kelas 11, dimana banyak materi tentang tubuh manusia. Menurutku, mengetahui cara tubuh kita bekerja itu sangat seru, kenapa hal-hal bisa terjadi, bagaimana sistem kekebalan tubuh melawan zat asing, bagaimana sistem koordinasi bisa bekerja, bagaimana serentetan hormon bisa bekerja, dan lain sebagainya. Kalau aku pikir-pikir lagi, mungkin saat itulah dimana aku merasa paling ikhlas dan bahagia dalam belajar.


Di kelas 11 ini, aku memantapkan keinginanku untuk belajar kedokteran, walau masih belum tahu bagaimana kuliah kedokteran nantinya, yang penting saat itu aku berpikir, “Aku mau mempelajari lebih jauh tentang apa yang terjadi pada tubuhku sendiri!”


Keinginanku untuk FKUI dapat terwujud sebagian besar berkat perjuangan kedua orang tua aku yang sudah mendidikku dengan baik sejak kecil, membiasakanku untuk tekun dalam belajar dan menyekolahkanku di tempat yang terbaik. Namun, perjuangan aku masuk ke FKUI yang sesungguhnya dimulai sejak aku masuk MAN IC Serpong, dari awal kelas 10, aku memang sudah berniat untuk harus dapat kursi di eligible SNMPTN, kalau bisa dapat universitas lewat SNMPTN. Memang, pada saat itu, aku belum memantapkan hati untuk masuk ke FKUI, tapi pada saat itu, pikiranku adalah untuk ambis terlebih dahulu, aku sudah sekolah jauh-jauh dari orang tua, dengan biaya yang tidak sedikit bagi keluarga kecil kami. Aku harus bikin bangga orang tua aku dulu, aku ngga boleh menyia-nyiakan usaha mereka. Untuk urusan jurusan atau fakultas itu nanti, kalau memang peringkatku tinggi, urusannya jadi lebih mudah. Tujuanku pada saat itu hanya untuk menjadi juara kelas.


Kalau diingat-ingat lagi, sebetulnya waktu kelas 10 adalah masa paling ambis. Saat itu aku benar-benar ambis bahkan di seluruh pelajaran, entah berapa banyak coretan yang ada di buku cetak aku, entah semalam apa aku belajar di saat teman-temanku yang lain sudah tidur, dan entah berapa cangkir kopi yang aku minum di kala itu. Walaupun sejujurnya di pagi hari aku suka bangun kesiangan dan di siang hari masih suka ketiduran. Intinya, saat itu aku adalah night owl garis keras. Beruntungnya, saat itu aku mendapat teman kelas dan teman asrama yang asik-asik, jadi walaupun aku sering kali begadang atau belajar sampai malam, masih ada yang bikin aku bahagia, masih ada yang menyeimbangkan ritme hidup aku.


Pada saat kelas 10 itu juga, aku sudah memulai untuk ikut olimpiade di bidang kimia. Alasan kenapa aku memilih kimia, bukannya biologi, adalah untuk memperbesar peluang menang atau mengurangi saingan – selain karena kimia adalah pelajaran kesukaanku setelah biologi. Tetapi sayangnya, waktu itu belum rezeki aku untuk menang di perlombaan, mungkin karena aku kurang belajar atau salah metode belajar.


Kelas 11 memang masa dimana aku mendapatkan motivasi dan tekad untuk masuk ke FK. Namun, masa kelas 11 adalah masa yang paling menyetreskan bagiku. Alasannya sama seperti kebanyakan siswa yang merasakan pembelajaran daring, tidak ada interaksi sosial, merasa kesepian, merasa berjuang sendiri, dan akhirnya merambat ke perasaan-perasaan lain, seperti tidak bersyukur dan insecure.


Pada saat itu, ekonomi keluarga aku turun karena COVID-19 dan aku tidak punya perangkat yang memadai untuk pembelajaran daring. HP yang aku pakai saat itu adalah bekas nenek aku yang eror terus menerus, laptop pun hanya laptop kuno yang sudah dipakai sejak zaman kelas 2 sd. Mau belajar atau mau mengerjakan tugas saja banyak rintangan. Ada masa dimana aku benar-benar jadi orang yang tidak bersyukur, padahal bisa hidup enak dan memiliki kesempatan untuk menuntut ilmu adalah nikmat yang luar biasa.


Tetapi setidaknya saat itu aku masih memegang tekad aku untuk mempertahankan nilai, aku tidak boleh mencari-cari alasan untuk mundur. Sangat sulit memang, tetapi aku sangat beruntung karena teman-teman dekat aku selalu bisa diajak belajar dan diskusi bersama, sehingga nilai aku tidak terjun bebas. Pada masa ini pula aku memperbaiki metode belajar aku dalam belajar kimia, sehingga mulai menjuarai beberapa perlombaan dan walau hanya sedikit, aku juga memenangkan beberapa lomba kedokteran dasar.


Di kelas 12 semester 1, aku lebih fokus ke KSN (namanya sudah diganti lagi jadi OSN) yang sudah memasuki tahap provinsi dan nasional. Di tengah-tengah belajar untuk sekolah, aku harus terus menerus belajar kimia. Saking seringnya aku belajar di perpus, mungkin saat itu aku sudah bisa dibilang sebagai penghuni perpus. Pada saat itu, aku sering dihantui rasa takut, bagaimana kalau semua perjuanganku di KSN sia-sia, padahal pelajaranku di sekolah sudah agak terbengkalai. Alhamdulillah-nya, aku bisa mendapat medali di KSN saat itu.

Hingga tiba saatnya di suatu hari di semester 2 kelas 12, diumumkanlah siswa-siswa yang masuk ke deretan eligible. Sayangnya, aku sudah tahu spoiler rangking-rangking ini dari teman aku yang daftar kuliah ke luar negeri pada akhir semester 1, dan aku kaget lebih awal dibanding teman-temanku yang lain, jadi waktu pengumuman itu aku cuma diem-diem doang, hehe.


Walaupun ini terdengar agak berdosa, tetapi di semester 6 aku benar-benar santai. Berdasarkan jejak 2 tahun belakangan ini, atau 3 tahun jika tahunku dimasukkan, siswa/siswi yang ada di posisiku bisa diterima di FKUI jalur SNMPTN. Masa-masa sebelum pengumuman diisi dengan overthinking, tetapi aku juga merasa kalau kemungkinan aku diterima di FKUI cukup besar. Sehingga saat itu aku hanya terus berdoa dan tetap belajar untuk UTBK dengan agak nyantai (karena ada program wajib dari sekolah dan mau cari aman, siapa yang 100% menjamin aku diterima?)


Untuk orang-orang yang tidak tahu, mungkin perjuanganku terdengar flat-flat saja, tetapi bagi orang yang pernah sekamar denganku di asrama, bagi teman belajarku, dan bagi kedua orang tuaku, perjuanganku terasa lebih nyata. Bagaimana aku masih terbangun tengah malam atau bagaimana aku sering menangis sebelum tidur. Dan tentunya, di FKUI aku pasti akan mengalami semua ini lagi, seperti season 2-nya lah ya.


Sebagai manusia biasa, di luar hal-hal yang selalu aku usahakan, tentunya aku memiliki banyak kekurangan dan kebiasaan buruk. Dengan diberi kesempatan untuk menjadi mahasiswa FKUI, aku ingin menghilangkan kebiasaan buruk itu, aku ingin berubah menjadi lebih baik supaya bisa lulus dengan baik dan menjadi dokter yang sukses.


Walaupun terdengar simpel, tetapi aku berkomitmen untuk berubah. Pertama, aku akan menjadi manusia yang lebih disiplin lagi dan tidak menyepelekan waktu. Kedua, aku akan menjadi lebih rajin dalam belajar dan lebih mendalami ilmu pengetahuan yang aku minati. Ketiga, aku akan memperbaiki kemampuan sosial dalam berinteraksi dengan orang lain.


Harapannya, selama di FKUI, aku bisa mengambil banyak ilmu, baik dalam bidang akademis maupun dalam kehidupan. Aku juga ingin menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan teman-teman seangkatan FKUI tahun 2022, Brilian. Aku telah mendapatkan arti angkatan yang baik selama SMA, dimana angkatan selalu bersama-sama baik di saat senang maupun di saat sedih, saling membantu, dan saling menyemangati. Aku harap, di FKUI, angkatan juga seperti itu sehingga untuk 5,5 sampai 6 tahun kita bersama kedepannya, kita bisa menjalani perkuliahan ini dengan menyenangkan, tidak ada yang merasa sendiri ketika menghadapi berbagai rintangan selama kuliah kedokteran. Begitu pula ketika kita sudah menjadi dokter nanti, tetap saling berhubungan baik sebagai teman sejawat.


Selama masa preklinik yang akan aku jalani selama 3,5-4 tahun kedepan, aku ingin menjalani perkuliahan dengan serius, selalu berada pada jalan yang lurus, dan apabila memungkinkan, menjadi mahasiswa yang berprestasi. Aku ingin meningkatkan kemampuan dan minat aku dalam kedokteran dengan mengikuti organisasi-organisasi kedokteran yang ada di FKUI juga ikut dalam kepanitiaan yang ada. Aku juga ingin pengalaman aku dengan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat. Untuk mencapai hal-hal tersebut, tentunya aku harus mewujudkan komitmen-komitmen yang sudah aku sebutkan. Aku harus mengubah apa yang mulanya hanya kata-kata menjadi aksi, yang mulanya angan-angan menjadi kenyataan.


Ketika aku sudah lulus dari FKUI dan telah melafalkan sumpah dokter dan menjadi dokter yang sesungguhnya, aku ingin menjadi dokter yang tidak hanya kompeten dalam mengobati pasien, tetapi juga tulus dan berhati baik, serta peduli dengan teman sejawatnya.


Sejauh yang aku lihat dari masyarakat Indonesia ini, masih banyak yang kurang memperhatikan kesehatan, bahkan beberapa masih tidak tahu atau tidak peduli dengan program kesehatan yang diberikan pemerintah. Semoga di era modern ini, masyarakat jadi lebih aware lagi, menjaga kebersihan, pola makan, dan pola hidup yang baik. Karena berbagai penyakit dimulai dari pola hidup yang buruk. Selain itu, aku juga berharap supaya makin banyak masyarakat yang teredukasi dengan adanya program pemerintah seperti BPJS dan vaksinasi serta mendengarkan nasehat dokter. Banyak pula hoaks di bidang kesehatan yang tersebar di sosial media sekarang, aku harap para dokter dan calon dokter kedepannya dapat mengedukasi masyarakat supaya tidak termakan hoaks tersebut. Selain itu, para tenaga kesehatan juga harus kompeten demi kemajuan kesehatan di Indonesia ini.


Pesan aku untuk siapa pun yang mau masuk FKUI adalah terus berusaha keras dan kuatkan tekad kamu untuk kuliah di fakultas kedokteran tertua di Indonesia ini. Banyak rintangan yang akan kamu hadapi, banyak orang lain di luar sana yang memiliki keinginan yang sama dengan kamu, dan berusaha jauh lebih keras dibanding kamu. Oleh karena itu, jangan goyah, semangat semua!


 
 
 

Recent Posts

See All

Comments


Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page