Narasi Perjuangan - Dhiyandra Kautsarrizqi
- FKUI 2022
- Aug 14, 2022
- 11 min read
You Never Know Unless You Try: FKUI
Halo, semuanya! Salam kenal. Izinkan saya untuk memperkenalkan diri. Nama saya Dhiyandra Kautsarrizqi. Saya sehari-hari dipanggil Kiki atau Diandra, tergantung lingkungan saya berada. Saya lahir dan dibesarkan di Pontianak, Kalimantan Barat. Selama tahun 2019 sampai 2022, saya menuntut ilmu di SMAN 1 Pontianak. Belum genap 1 tahun saya bersekolah, pandemi COVID-19 melanda satu dunia, termasuk di Kota Pontianak. Kegiatan belajar dan mengajar selama SMA pun terpaksa dilaksanakan secara daring. Walaupun terdapat banyak hambatan, saya tetap bersemangat. Tak terasa waktu cepat berlalu, sudah saatnya saya melanjutkan pendidikan saya ke tingkat yang lebih tinggi, yakni Perguruan Tinggi. Alhamdulillah, Allah memberikan rezeki yang luar biasa tak ternilai harganya kepada saya dan keluarga, dengan dinyatakannya saya sebagai mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur SNMPTN.
Semua orangtua selalu menginginkan anak-anaknya dapat bersekolah setinggi mungkin, bekerja dan berguna bagi masyarakat. Begitu juga dengan Ayah Bunda saya yang menginginkan anak-anaknya untuk bisa kuliah di Jawa. Hal ini dikarenakan semua ilmu dan fasilitas sangat lengkap daripada yang ada di daerah-daerah khususnya di Kalimantan Barat.
Untuk melirik Universitas Indonesia sendiri, saya belum berani memasukkannya dalam daftar Perguruan Tinggi Negeri saya untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya. Sebagai seseorang yang berasal dari daerah luar pulau Jawa, Universitas Indonesia terlalu tinggi untuk dicapai, dan hanya bisa dilihat melalui layar kaca maupun di media sosial saja.
Hampir semua anak Indonesia yang bercita-cita dokter, sangat ingin melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), termasuk saya. Namun, kebanyakan dari mereka tidak berani mencoba dan akhirnya melepaskan mimpi indahnya. FKUI merupakan kampus kedokteran terbaik dan terdepan dalam ilmu medis di Indonesia, serta merupakan fakultas kedokteran pertama dan tertua di Indonesia. Dulu, FKUI dikenal dengan sebutan STOVIA atau School tot Opleiding van Inlandsche Artsen. FKUI sendiri mempelopori hadirnya Universitas Indonesia saat ini. Sejarah FKUI secara utuh pula sangat berkaitan dengan adanya Indonesia saat ini. Untuk memasukinya pasti melalui persaingan ketat dan berat di antara peminat-peminatnya yang terbaik di seluruh wilayah Indonesia dan sekolah-sekolah Indonesia di luar negeri.
Pada saat semester 1 bersekolah di SMAN 1 Pontianak, saya tidak berani memasukan FKUI sebagai target tempat lanjut kuliah S1 saya. Mengetahui trivial tentang FKUI saja sudah membuat saya merinding. Sewaktu semester 2, Ayah mengajak kami anak-anaknya berdiskusi mengenai keinginan, passion dan cita-cita kami. Dari hasil diskusi-diskusi tersebut, Ayah berkata kepada kami jika punya keinginan, berusaha dan berikhtiar semaksimal mungkin dan tidak lupa selalu meminta kepada Allah SWT, sang Maha Segalanya.
Sebagai anak sulung dari 4 bersaudara, otomatis saya menjadi cermin dan langkah awal bagi adik-adik. Untuk itu, Ayah menganjurkan saya untuk bertanya pada hati nurani, pelajaran apa yang saya sukai, mimpi dan keinginan saya di masa yang akan datang serta ingin bekerja sebagai apa. Saya mengungkapkan saya ingin menjadi dokter. Untuk itu Ayah meminta saya fokus dan ikhtiar semaksimal mungkin supaya bisa bergabung pada program studi Pendidikan Dokter. Kedua orangtua saya menganjurkan untuk mencari Perguruan Tinggi Negeri yang terbaik di Indonesia yaitu Universitas Indonesia (UI). Saya kembali memohon kepada Allah SWT agar dapat menjadi seorang siswa yang layak menjadi mahasiswa UI, serta berikhtiar sekuat mungkin dengan cara tambah fokus belajar baik pelajaran di sekolah maupun belajar UTBK.
Sebagai layaknya seorang anak kecil, cita-cita saya sering berganti-ganti sejak kecil. Entah itu astronot, pilot, ataupun koki. Namun, hasrat untuk menjadi seorang dokter tidak sebesar cita-cita yang telah saya sebutkan. Saya ingat sekali, saya bermimpi ingin menjadi seorang pilot semata-mata karena dapat pergi ke berbagai negara dengan mudah. Menjadi koki pun terlihat luar biasa menurut Kiki kecil, karena tugasnya hanya masak-masak saja. Resep yang dimasak tentunya juga berasal dari mancanegara. Lain halnya dengan astronot. Saya ingin menjadi astronot tidak memiliki alasan khusus selain ingin terlihat keren dan main ke luar angkasa serta planet lain.
Dokter memang merupakan cita-cita hampir seluruh orang di dunia ini saat masih kecil, tak terkecuali saya. Ketertarikan saya terhadap dunia kesehatan dapat dibilang karena saya ditangani dokter spesialis anak yang sangat baik dan sayang sama saya dan adik-adik, begitu juga dengan pasien-pasien kecilnya. Beliau kami panggil Budhe Dina. Budhe praktik di salah satu rumah sakit di Kota Pontianak. Di ruangan beliau terdapat banyak poster penyakit yang ditempel di dinding. Saya senang mencari tahu dan menanyakan kepada beliau tentang penyakit di poster tersebut. “Budhe, ini sakit apa? Sakitnya seperti apa? Dari mana biasanya penyakit ini menyebar?” Kalimat tersebut sering terlontarkan oleh Kiki kecil dan selalu mendapat jawaban dari Budhe yang membuat saya paham.
Cita-cita untuk menjadi dokter baru membuncah ketika berada di SMP. Pada awalnya saya hanya bercakap-cakap dengan teman-teman sekelas saya. Di percakapan itu, teman-teman sudah memetakan manajemen rumah sakit yang nanti akan mereka buat bersama. Ada yang menjadi dokter, ada yang menjadi apoteker, dan ada pula profesor untuk melakukan riset. Saya tertegun saat mendengarnya karena mereka sudah mengetahui bidang yang ingin mereka tekuni di masa depan. Sementara, saya sendiri masih belum memiliki cita-cita yang pasti. Sejak saat itu, saya pun mencoba untuk bertanya kepada diri sendiri, “Kamu ingin mengabdikan diri sebagai apa di masa depan?” Akhirnya saya pun memutuskan pekerjaan dokter. Walaupun terkesan tak mendasar, tetapi sebenarnya angan ini juga terpengaruh oleh kisah orang-orang di sekitar saya.
Sewaktu saya di kelas 9, Bunda saya harus menemani temannya untuk berobat ke Kuching, Sarawak, Malaysia. Masyarakat Kalimantan Barat memang cenderung berobat atau bahkan sekadar check up ke Negeri Jiran Malaysia terutama Kuching. Hal ini atas pertimbangan dari segi ongkos perjalanan yang lebih murah daripada harus berobat ke Jakarta ataupun kota lain di Pulau Jawa.
Untuk kasus temannya Bunda, ada masalah di bagian pencernaan, khususnya usus. Sudah dilakukan tindakan medis berkali-kali di Pontianak, tetapi masih mengeluh dengan gejala yang sama. Bahkan untuk duduk yang lama ataupun berjalan kaki agak sulit dan sakit jika dilakukan. Bunda menemani beliau ke salah satu rumah sakit di Kuching. Di Kuching, beliau hanya sekali melalui prosedur operasi tanpa bedah besar. Alhamdulillah, sudah hampir tiga tahun, beliau sudah jarang mengeluh sakit yang serupa. Hal itu menimbulkan banyak pertanyaan di pikiran saya, “Mengapa harus berobat ke Kuching? Mengapa ada perbedaan prosedur tindakan media antar negara? Bukannya kualitas dan fasilitas kesehatan di setiap tempat itu harus mirip? Harus sama-sama bagus. Lagipula, tidak semua orang punya kemampuan finansial yang sama. Tidak semua yang mampu pergi sampai ke ibukota bahkan luar negeri untuk mengobati penyakitnya.” Sejak saat itu pun, minat saya dalam dunia kesehatan pun meluap. Saya ingin membuat kualitas pelayanan kesehatan maju secara merata terutama di daerah saya, Kalimantan Barat.
Keinginan saya untuk menjadi dokter awalnya menimbulkan pertanyaan bagi orang sekitar. Di dalam keluarga saya, belum pernah ada yang menjadi dokter. Ayah Bunda saya juga merupakan pekerja di bidang teknik, sehingga banyak sekali orang yang berasumsi saya ingin melanjutkan ke bidang yang sama. Tak terkecuali orang tua saya.
Selama tahun 2019 sampai 2022, saya menuntut ilmu di SMAN 1 Pontianak. SMAN 1 Pontianak merupakan salah satu sekolah menengah atas favorit di Kota Pontianak. Saat tahun 2019 baru dimulai sistem zonasi 90%. Saya dan teman-teman yang berdomisili di kecamatan yang tidak memiliki sekolah menengah atas negeri tereliminasi karena sistem ini. Alhamdulillah, ada kesempatan PPDB ke-2 yang menggunakan nilai NUN (Nilai Ujian Nasional) dengan kuota sangat terbatas untuk semua SMA Negeri se-Kalimantan Barat. Untuk SMAN 1 Pontianak sendiri hanya menampung 24 siswa lewat jalur NUN. Alhamdulillah, saya dinyatakan sebagai salah satu siswa yang memenuhi kuota tersebut.
Awal semester 2, pandemi COVID-19 melanda satu dunia, termasuk Kota Pontianak. Kegiatan belajar dan mengajar selama SMA terpaksa dilaksanakan secara daring demi memutus rantai penyakit COVID-19. Sistem pembelajaran secara daring tidak berjalan secara maksimal, seperti materi yang tidak dapat dijelaskan secara penuh oleh guru, serta sinyal yang tidak menentu sehingga penyampaian materi tersendat-sendat. Murid-murid pun harus berinisiatif mencari materi pembelajaran secara mandiri. Pada bulan September 2021, kasus pandemi di Kota Pontianak menurun, sekolah mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara hybrid. Tidak dipungkiri lagi dengan situasi yang sangat berbeda, saya belum memiliki dasar materi pembelajaran yang kokoh. Padahal, materi tersebut akan diuji dalam Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Untuk itu saya tetap berusaha sebaik mungkin untuk menaikan nilai saya dan berharap sebagai siswa eligible.
Salah satu tujuan saya masuk SMAN 1 Pontianak adalah ingin sekali menjadi salah satu dari siswa yang eligible yang dapat masuk perguruan tinggi negeri melalui jalur SNMPTN. Sudah banyak alumni SMAN 1 yang berkuliah di PTN di pulau Jawa dan Sumatera. Untuk itu, saya mengerahkan kemampuan saya secara penuh untuk tetap berpartisipasi aktif dalam pembelajaran di sekolah dan mengikuti kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas diri saya.
Berbagai cerita membuat kegamangan diri sebelum pendaftaran jalur SNMPTN. Yang paling berkesan karena saya dianggap terlalu berhalusinasi adalah ketika seorang konsultan pendidikan menyatakan probabilitas lulus FK UI lewat jalur SNMPTN yaitu 0%. Hal tersebut dikatakan di muka umum pada kegiatan sosialisasi pemilihan PTN untuk siswa kelas 12. Untuk sekolah saya sendiri, siswa yang terakhir tembus ke FKUI jalur SNMPTN pada tahun 1999. Jika ingin masuk ke FKUI, melalui jalur lain saja seperti UTBK-SBMPTN maupun SIMAK UI.
Saya sering bercerita dan diskusi dengan orang tua saya dan sahabat, apakah yang harus saya lakukan, apakah saya harus mundur dalam memperjuangkan FKUI dan mengambil program studi lain saja di UI, atau apakah saya ambil sekolah dokter di kampus lain saja. Saya sangat menginginkan menjadi mahasiswa di FKUI. FKUI seems too unreal for me apalagi lewat jalur SNMPTN dan bukan siswa dari Jakarta ataupun kota lainnya di Pulau Jawa. Bunda berkata ambil Program Studi dan PTN terbaik di Indonesia, tidak masalah jika gagal lewat jalur SNMPTN, masih ada jalur lain yang dapat dilalui. Yang penting dicoba dulu. Orangtua saya selalu mengingatkan kami bahwa Allah SWT akan memberikan semua yang terbaik untuk umatnya, untuk itu kami memohon ke Sang Maha Segalanya dengan bersungguh-sungguh.
Walaupun sudah mengetahui peluangnya sangat kecil, berkat penguatan dan doa dari orangtua dan adik-adik serta memohon Allah SWT memilihkan pilihan yang terbaik untuk saya, saya pun mengukuhkan hati untuk memilih Program Studi Pendidikan Dokter di Universitas Indonesia pada tanggal 21 Februari 2022 karena you never know unless you try.
Pada tanggal 29 Maret 2022, saya masih berada di periode ujian sekolah. Saya tidak berani untuk membuka pengumuman SNMPTN. Saya sangat tidak percaya diri bahwa saya bisa lulus seleksi SNMPTN. Akhirnya Ayah saya yang mengakses pengumumannya dari kantor. Alhamdulillah atas berkat rahmat Allah SWT, jam 15.05, hasil di portal Pengumuman SNMPTN menunjukkan warna biru beserta tulisan "SELAMAT ANDA DINYATAKAN LULUS SELEKSI SNMPTN 2022". Kami sekeluarga terharu. Siapa sangka akhirnya saya menjadi mahasiswi jalur SNMPTN di Pendidikan Dokter Universitas Indonesia setelah sekian lamanya tidak ada yang tembus lagi. Gembira, bersyukur, terharu adalah kata yang menggambarkan saya dan keluarga pada sore itu. Saya tidak percaya. Saya pun kembali memasukkan nomor peserta dan tanggal lahir saya di portal pengumuman melalui perangkat saya. Benar, saya diterima. Perasaan saya pun terasa lebih ringan karena tidak perlu memikul beban UTBK lagi. Beban semu itu pun hilang secara tiba-tiba. Kalimat pertama yang saya ucapkan pula sambil menangis adalah “Ya Allah, terimakasih banyak, tidak perlu belajar UTBK lagi.”
Setelah pengumuman SNMPTN, saya diarahkan oleh kakak kelas saya untuk melaporkan diri ke kakak ADKESMA BEM FKUI. Rasa syukur, takjub, dan tidak percaya saya semakin menggelora. Akhirnya saya dapat bergabung ke keluarga FKUI yang selama ini saya impikan. Setelah menjejakan kaki di lingkungan UI, pandangan saya tetap dan bertambah. UI sangat luar biasa istimewa, hijau, megah, tetapi sederhana jika dilihat dari sisi apapun. Network dan nama UI pun sudah dikenal satu dunia.
Saya sadar bahwa civitas akademika yang berada di FKUI ini adalah orang-orang cerdas, pintar dan hebat. Saya berharap, dengan bergabungnya saya di FKUI ini, saya bisa menjadi lebih baik lagi dalam self management, time management, stress management, dapat bekerja sama dalam suatu tim, semangat dalam belajar, terbangun rasa empati dan menjaga sesama dan lingkungan, aktif dalam berbagai kegiatan, dan dapat menghasilkan outcome yang baik seperti teman-teman serta senior-senior saya pernah lakukan.
Untuk mewujudkan harapan agar menjadi kenyataan, harus ada beberapa perubahan terhadap diri saya sendiri. Menurut Najwa Shihab, mahasiswa merupakan agent of change. Mahasiswa harus bergerak dan pergerakannya pun harus dapat memberikan dampak yang besar.1 Perubahan itu dapat dimulai dari diri kita sendiri. Saya ingin berkomitmen agar saya lebih baik dalam memilih diksi dan berani dalam menyuarakan pendapat saya maupun mencoba hal baru yang positif, harus aktif dalam mengikuti kegiatan positif seperti organisasi kampus, bidang olahraga dan lainnya. Saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi, bertanggung jawab, berprestasi baik secara akademik maupun non akademik serta cerdas dalam memilah dan memilih yang mana yang baik dan buruk bagi saya.
Perencanaan penting dilakukan agar mencapai hasil yang optimal dan terarah. Jika ada perubahan di masa perjalanan, hal ini dapat diantisipasi sehingga risiko dapat diminimalkan. Sama halnya dalam merencanakan hal di masa depan, perencanaan sebagai mahasiswa baru, merantau, hidup sendiri di lingkungan baru dan jauh dari orang tua sangat berat. Oleh karena itu, saya harus memiliki niat dan tekad kuat untuk dapat beradaptasi di kampus dan lingkungan tempat tinggal yang baru, mendapatkan status IKM aktif UI, dan juga memiliki banyak relasi dari berbagai fakultas.
Sebagai mahasiswa UI, saya ingin memanfaatkan privilege ini sebaik mungkin dengan menambah pengetahuan, mengembangkan dan melatih skill, menambah jejaring pertemanan, menambah wawasan dan pengalaman, sehingga dapat memberikan banyak manfaat kepada khalayak ramai di masa depan. Untuk rencana jangka panjang, tidak jauh berbeda dari teman-teman yang lain. Saya ingin mendapatkan nilai-nilai terbaik untuk semua mata kuliah, dapat menjadi asisten lab dan asisten dosen, juga menjadi awardee dari program exchange maupun beasiswa, dapat memenangkan lomba yang berhubungan dengan kesehatan di tingkat nasional atau internasional, dan berharap lulus tepat waktu dan mendapatkan gelar summa cumlaude. Saya juga ingin bekerja di lembaga kesehatan internasional seperti WHO atau CDC yang menjadi frontliners di bidang kesehatan.
Di fase koas, mahasiswa kedokteran langsung dikenalkan ke dunia dokter yang sebenarnya. Mahasiswa tidak lagi diajarkan untuk terpaku pada textbook saja. Mahasiswa akan langsung berhubungan dengan lapangan dan masyarakat. Bukan hanya ilmu preklinik yang telah dipelajari saja yang dibutuhkan, melainkan juga bagaimana cara dokter berkomunikasi langsung dengan pasiennya. Saya ingin mempelajari ilmu komunikasi seperti cara penyampaian ilmu kesehatan yang dimiliki kepada masyarakat dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Saya ingin mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat yang mengharuskan saya untuk turun ke lapangan sehingga saya dapat mempraktikkan langsung apa yang telah saya pelajari. Tentunya sebelum itu, saya ingin belajar sebaik-baiknya dan bersungguh-sungguh di setiap stase koas, dan saya berharap dapat menemukan passion yang saya minati dan mampu untuk menguasainya.
Saya percaya seiring perjalanan baru yang akan ditempuh, akan ditemukan hal yang saya minati dan ingin saya tekuni sepanjang hidup saya. Saya berharap pada waktunya nanti saya dapat menjadi dokter yang berbudi luhur, profesional, mumpuni ilmunya, bermutu, berkompeten, dan dapat mengamalkannya ilmunya untuk mengabdi ke umat manusia, dan negara.
Selain menjadi dokter, saya juga ingin menjadi peneliti di bidang kesehatan yang sebisa mungkin dapat mencegah penyebaran penyakit tersebut sebelum menyerang masyarakat lebih banyak dan memadukan ilmu medis dengan teknologi terkini. Saya ingin terus belajar dan bekerja di lembaga kesehatan internasional, dan berharap pelayanan kesehatan di Indonesia setara dengan negara lain dan dapat bersaing secara internasional.
Demikian narasi saya mengenai mimpi saya. Akhir narasi ini, saya ingin sekali memotivasi dan mengajak teman-teman seluruh Indonesia, khususnya di luar pulau Jawa, terlebih lagi di Kalimantan, untuk tidak takut mempunyai keinginan lanjut sekolah di FKUI dan mau mencoba semua peluang lewat jalur SNMPTN, UTBK-SBMPTN, SIMAK dan jalur lainnya agar dapat bergabung di FKUI ini. Sekali lagi, you never know unless you try. Jika sudah ada keinginan dan kebulatan tekad dalam hati, ikhtiar sekuat-kuatnya, dan jangan lupa sebanyak mungkin memohon kepada Allah SWT, insyaAllah akan ada jalan untuk menjadi mahasiswa FKUI.
Saya sendiri merasa belum pantas untuk memberikan wejangan atau nasihat, hanya motivasi yang dapat saya berikan. UI memang terlalu tinggi untuk dicapai, tetapi pantas untuk diperjuangkan. Mimpilah setinggi mungkin. Yakinkan pilihan hati. Kerahkan semua usaha semaksimal mungkin dan selalu iringi dengan doa dan bermunajat kepada Allah SWT.
Walau realita terkadang tidak seindah ekspektasi, tetapi hadapilah semuanya dengan senyuman dan nikmati segala prosesnya. Ada kalanya kita akan merasa tidak mampu atau insecure dalam menghadapi sesuatu. Tidak apa untuk beristirahat sebentar, tetapi nanti harus bangkit kembali. Kita harus selalu memperbaiki diri agar mendapat versi diri yang terbaik. Tidak boleh sombong, dan menganggap orang lain rendah. Tetap down-to-earth di setiap perjalanan yang akan dilalui. Kamu boleh belajar sekeras mungkin, tetapi jangan lupa untuk meminta ridho orang tua dan petunjuk Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Semua yang ada di dunia ini bergerak atas izinNya. Ceritakan semua sama Tuhan yang kamu inginkan, keluh kesahkan, dan lain sebagainya. Pola makan dan istirahat juga harus diperhatikan agar setiap usahamu dapat berjalan optimal. Pada dasarnya, semua hal yang ada di dunia berhubungan. Demi mencapai hasil yang totalitas, semuanya harus dilakukan semaksimal mungkin, termasuk dalam hal menggapai mimpimu.
Sekian dari saya. Semoga teman-teman selalu berada dalam keadaan sehat dan bahagia. Semangat dalam meraih mimpinya dan semoga sukses selalu.
Referensi:
Shihab N. Mahasiswa, maha dari siswa [Videocasette]. Depok: Universitas Indonesia; 2022.
Comments