top of page

Narasi Perjuangan - Steven Gill

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 14, 2022
  • 10 min read

Hallo teman-teman dan siapapun yang sedang membaca artikel ini! Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatu, perkenalkan nama saya Steven Gill, biasanya dipanggil Steven atau Steve. Saya anak kedua dari dua bersaudara. Saya berasal dari sekolah SMA Sampoerna Academy, sebuah sekolah internasional di kawasan Medan Baru, Medan yang senantiasa mengasah soft skills siswa-siswi, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, fokus kepada nilai akademik dan non-akademik serta berbasis pada sistem STEAM, Cambridge dan juga International Baccalaureate (IB).

Puji tuhan dan berkat dari doa dari orang tua dan teman-teman, saya berhasil untuk menjadi bagian dari keluarga Universitas Indonesia dimana saya diterima sebagai salah satu mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia program Kelas Khusus Internasional atau biasa disebut dengan singkatan KKI, yang merupakan fakultas impian saya sejak kecil. Mimpi ini saya raih melalui jalur SIMAK UI KKI, atau biasa dikenali sebagai Seleksi Masuk UI yang merupakan ujian seleksi terpadu masuk UI khusus untuk kelas internasional.

Awalnya pada saat SD, tepatnya SD kelas 5, kebanyakaan teman saya sudah mulai merencanakan jalan hidup mereka dengan sering berbincang mengenai universitas impian yang ingin mereka dapatkan pada saat kuliah dan nama “FKUI” atau “Universitas Indonesia” selalu menjadi salah satu topik perbincangan. Dikarenakan umur yang masih kecil dan konteks pembicaraan yang melibatkan FKUI itu biasanya mengenai universitas ternama, pandangan awalnya saya terhadap FKUI hanya sebatas sebuah fakultas dan universitas yang sangat terkenal dan bergengsi di Indonesia.

Namun, seiring berjalannya waktu, dengan bertambahnya usia dan perkembangan teknologi, saya mulai mengenal FKUI lebih dalam lagi. Saya mulai sadar bahwa Universitas Indonesia, terutama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, merupakan sarana lahirnya para putra-putri bangsa Indonesia yang kreatif, inovatif dan mampu menghasilkan perubahan yang positif terhadap negara Indonesia dan mengharumkan nama bangsa. Salah satu contohnya adalah sang tokoh inspiratif Prof. Dr. dr. Med. Akmal Taher, Sp.U(K), yang merupakan salah satu alumni FKUI serta Guru Besar FKUI sejak tahun 2006 dan beliau adalah pemegang hak paten di Jerman, Amerika Serikat, dan Kanada untuk penggunaan Inhibitor of Phosphodiesterase IV, sehingga beliau dapat dibilang telah berkontribusi besar dalam mengharumkan bangsa Indonesia dan membawa nama negara Indonesia ke sarana internasional agar Indonesia akan jauh lebih dikenali oleh negara-negara lain serta menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia tidak kalah saing dengan bangsa lain.

Tokoh-tokoh lain seperti Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP(K), MARS juga tidak kalah hebatnya, di mana ia juga adalah salah satu alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan ia menjadi Pemenang Top 3 Anugerah ASN 2019, sehingga menginspirasi banyak bangsa Indonesia, terutama anak-anak muda seperti saya, untuk dapat berkreasi, berinovasi dan terus bekerja keras untuk meraih mimpi. Kelahirannya tokoh-tokoh ini menjadi bukti nyata akan kualitas dan kehebatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang kemudian mendorong saya untuk akhirnya berpendapat bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan sebuah jembatan yang menghubungkan mahasiswa-mahasiswi yang ingin menjadi dokter ke arah dan jalan yang tepat dimana mahasiswa-mahasiswi akan menerima pendidikan serta pelatihan soft skills dan hard skills yang efektif agar dapat menjadi seorang dokter yang berkualitas di kemudian hari sehingga dapat mengabdi kepada masyarakat Indonesia. Tidak hanya itu, menurutku, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyerupai seorang Ibu dan kita ibarat anak kandungnya dimana seperti yang kita tahu, seorang Ibu akan memberi yang terbaik kepada anaknya dengan penuh cinta kasih, sama seperti Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang akan membimbing kita menjadi dokter teladan dengan penuh kesabaran dan kesetiaan tanpa meminta balas budi apapun dan hanya berharap bahwa kita akan sukses menjadi dokter dan membantu lebih banyak masyarakat Indonesia di kemudian hari.

Keputusan saya untuk masuk ke rana kedokteran dan akhirnya memilih FKUI sebagai tempat menuntut ilmu terbentuk oleh beberapa pengalaman saya pada masa sekolah. Faktor utama yang mendorong saya untuk berkeinginan menjadi seorang dokter adalah kejadian tragis yang dialami oleh nenek saya dimana pada saat saya duduk di bangku SMP 2 atau berumur 13 tahun, ia menderita stroke, sebuah kondisi kronis yang terjadi karena pasokan darah ke otak terganggu, selama 4 tahun. Sejak kecil, nenek seringkali bermain dan merawat saya, oleh karena itu, hubungan kita bisa terbilang sangatlah erat dimana ialah salah satu sumber kebahagiaan dalam kehidupan saya. Oleh karena itu, masa-masa dimana ia harus nginap di rumah sakit selama bertahun-tahun sangatlah pahit bagiku dimana saya merasa seolah-olah kehilangan sesosok ibu yang senantiasa menemani saya serta teman baik yang selalu menemani dan menuntun saya ke jalan yang benar. Bertetesnya air mata tanpa henti bukanlah sebuah hal yang tidak wajar lagi setiap kali saya mengunjunginya di rumah sakit.

Namun, berkat keahlian dan kesetiaan untuk melayani yang ditunjukkan oleh pihak kedokteran, puji syukur, sekarang ia telah jauh lebih baik. Dari sinilah saya sadar bahwa seorang dokter tidak semata-mata mengobati dan bantu menyelamatkan nyawa seorang pasien namun juga berperan penting dalam memberi dan menjaga kebahagiaan sebuah keluarga dikarenakan setiap pasien pasti mempunyai keluarga yang senantiasa menunggunya untuk pulang dengan badan yang sehat dan dapat menikmati hidup dengan mereka. Saya pun memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi sosok tersebut, yakni seseorang yang melayani dengan tulus dan dapat membawa senyuman ke setiap keluarga di negara Indonesia.

Kejadian berikutnya terjadi ketika pandemi COVID-19 dimana saya menyaksikan tenaga kesehatan di Indonesia mengorbankan keselamatan dirinya beserta dengan waktu yang mereka miliki untuk dapat membantu masyarakat Indonesia, terutama yang terinfeksi, agar dapat sembuh dan pulih seperti semula. Menghadapi varian penyakit yang belum pernah tersebar sebelumnya di Indonesia membuat penanganan pandemi cukup sulit dan kurang efektif pada awalnya sehingga meskipun begitu banyak tenaga kesehatan yang turun ke lapangan, angka kematian yang cukup tinggi tetap tidak dapat dihindari. Fenomena ini menyadarkan saya bahwa jumlah tenaga kesehatan di Indonesia itu belum dan tidak akan pernah cukup dikarenakan jumlah penduduk di Indonesia yang sangatlah banyak. Selain dari itu, kejadian ini juga mengingatkan saya kepada pentingya pendidikan berkualitas yang berevolusi setiap saat dan tidak tertinggal zaman karena penyakit bervarian baru bisa menyebar setiap saat dan para dokter-dokter harus siap siaga menghadapi hal tersebut.

Melalui kejadian-kejadian ini, saya mulai memiliki tekad untuk menjadi seorang dokter agar lebih banyak masyarakat Indonesia yang dapat menikmati hak berobat, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil dan memiliki kesulitan dalam bidang ekonomi. Ini juga kemudian yang menjadi katalis dan mendorong saya untuk ingin diterima di FKUI dikarenakan saya percaya dan berpendapat bahwa FKUI adalah sebuah sarana yang dapat mendekatkan saya dengan masyarakat dan memberi saya kesempatan untuk mengabdi kepada bangsa Indonesia. Selain dari itu, sepertimana yang telah saya sampaikan sebelumnya dimana saya percaya bahwa kualitas pendidikan seorang dokter sangatlah penting, FKUI lah menurut saya solusi yang paling tepat dimana kita semua tahu bahwa FKUI merupakan fakultas kedokteran terbaik di Indonesia dan dengan teknologi modern dan kurikulum terkini yang disediakan oleh fakultas selama masa pelatihan, sehingga mahasiswa-mahasiswi yang lulus dari FKUI memiliki potensi yang besar untuk bersaing dengan zaman dan kecepatan berevolusinya penyakit. Oleh karena itu, saya termotivasi untuk menjadi bagian dari FKUI.

Walaupun saya dapat dibilang sangatlah beruntung karena saya diterima di universitas impian saya, namun dalam proses meraih mimpi tersebut tidak selancar yang mungkin kalian kira. Pada saat saya duduk di bangku SMA kelas XII, saya sangat bersyukur karena berkat prestasi dan nilai yang telah saya raih semasa di sekolah dari SD sampai SMA, saya dipilih dan diberi kuota dari sekolah saya untuk mengikuti jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), sebuah jalur masuk perguruan tinggi menggunakan nilai rapor dan prestasi akademik yang diraih pada saat di sekolah. Meskipun saya awalnya sangat optimis bahwa saya akan lolos dengan nilai rapor tinggi dan beragam prestasi akademik yang telah saya raih, namun pada hari pengumuman hasil, saya diisi dengan rasa kekecewaan karena saya ditolak masuk ke Universitas Indonesia.

Masih dengan pikiran bahwa saya pasti akan masuk ke Universitas Indonesia melalui nilai rapor saya, saya kemudian mencoba jalur masuk lain yakni Talent Scouting, sebuah undangan yang berbasis kepada seleksi rapor khusus untuk mahasiswa-mahasiswi yang ingin mengambil program internasional. Hal yang sama terjadi dimana saya sangat percaya diri namun kepercayaan diri tersebut ternyata tidak sinkron dengan hasil yang saya dapat, dimana untuk kedua kalinya, saya ditolak.

Tanpa ada pilihan lain, saya pun terpaksa menyiapkan diri untuk mengikuti ujian SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Namun, banyaknya tugas dari sekolah dan latihan yang perlu saya kerjakan untuk persiapan UAS membuat saya sama sekali tidak memiliki waktu untuk belajar materi-materi yang akan dites nanti pada saat ujian masuk universitas. Dikarenakan sekolah saya berbasis internasional, ada perbedaan yang cukup signifikan antara kurikulum sekolah dan kurikulum tes masuk universitas dimana dibutuhkan penyesuaian dan tambahan materi agar saya dapat mengerjakan ujian masuk universitas tersebut. Melihat kondisi tersebut, saya mencoba untuk mengikuti kelas bimbel. Pada saat itu, kondisi COVID-19 masih sangat memprihatinkan dan dengan alasan tersebut saya memilih untuk melaksanakan pembelajaran bimbel secara online. Namun, sering terjadi kendala teknis seperti kamera yang kurang jelas dan jaringan yang kadang kala lemah, sehingga pembelajaran tidak optimal. Dengan kondisi dimana saya tidak memiliki waktu yang cukup belajar semua materi dan pembelajaran bimbel kurang efektif, saya mengikuti ujian SBMPTN dengan penuh kesadaran bahwa saya pasti tidak akan lolos. Seperti yang diduga, saya ditolak untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui jalur SBMPTN. Hati saya hancur dan saya pun mulai pesimis bahwa kemungkinan besar mimpi saya harus dikorbankan.

Dengan secercah harapan yang tersisa, saya kemudian mendaftar diri untuk mengikuti ujian SIMAK UI KKI. Pada tahapan ini, halangan demi halangan terus menghampiri hidupku. Saya tidak hanya harus mengikuti UAS, yang harinya berdekatan dengan pelaksanaan SIMAK UI, namun juga mengurus beberapa hal internal maupun eksternal dalam organisasi yang saya ikut, sehingga waktu saya untuk merevisi materi-materi sangatlah minim. Untungnya, sejak saya duduk di bangku kelas SMP IX, saya sudah mulai fokus pada impian saya untuk masuk FKUI dimana saya mulai melakukan revisi kecil-kecilan dan bertanya kepada beberapa guru mengenai hal-hal yang perlu saya perhatikan dalam proses persiapan diri untuk ujian universitas nantinya, terutama Universitas Indonesia. Jadi semenjak SMP kelas IX sampai dengan SMA kelas XII, nasehat demi nasehat beserta dengan tips dan trik terus saya dapatkan. Hal-hal ini meskipun terlihat kecil namun telah berdampak positif terhadap diri saya, baik dari segi pengetahuan ataupun segi kematangan mental dan emosi.

Pada akhirnya, bersama dengan doa dan dukungan orang tua dan teman-teman dekat, saya berhasil mengerjakan ujian dengan lancar dan kemudian dinyatakan lulus serta menjadi bagian dari FKUI angkatan 2022. Bahkan sampai sekarang saya masih tidak sangka bahwa saya akan lolos dengan kondisi tersebut. Jadi, singkat kata, perjuangan saya masuk FKUI dapat dibilang penuh dengan drama.

Sebelum saya masuk ke FKUI, saya merupakan seorang siswa dan individu yang selalu main aman karena ada ketakutan tersendiri jika saya berbeda dengan yang lain pada saat mengerjakan tugas. Walaupun saya mengerti bahwa perbedaan menunjukkan kreativitas, namun kadang kala saya kurang percaya diri dan mengira bahwa perbedaan sudah pasti merujuk ke kesalahan, sehingga nilai kreativitas dan berinovasi saya dibatasi dan dipagari oleh rasa takut tersebut. Setelah diterima di FKUI, saya bertekad dan berkomitmen bahwa saya akan menjunjung tinggi ide “Think Outside the Box” dan mengambil risiko-risiko yang menurut saya diperlukan untuk menghasilkan inovasi-inovasi baru yang dapat menggemparkan dunia dan mengharumkan nama bangsa Indonesia. Saya juga akan berhenti berada di zona nyaman, lebih membuka diri dan mencoba untuk memberikan ide-ide unik yang mungkin terkesan aneh karena jarang dipikirkan, namun saya percaya bahwa dari keanehan tersebutlah lahirnya inovasi-inovasi yang kemudian menguntungkan umat manusia.

Setelah berhasil memasuki FKUI, harapan bagi diri saya sendir adalah saya bisa menjadi individu yang jauh lebih adaptif sebelumnya, berani mengambil risiko untuk berinovasi dan berkreasi, terus mengembangkan diri pada soft skills dan hard skills, berpikir dan berdiskusi dengan lebih kritis serta lebih membukakan diri agar saya dapat mengenal lebih banyak orang di sekitar saya. Pada dasarnya, saya berharap bahwa saya dapat menjadi seseorang yang disukai oleh mahasiswa-mahasiswi lain dan bantu dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif.

Selain dari harapan bagi diri sendiri, harapan saya untuk angkatan FKUI 2022 yang bernama “Brilian” dapat menjunjung tinggi kata tersebut dan membuktikkan bahwa kita pantas dan layak menggunakan kata “Brilian”, dimana kita harus cerdas dalam hal akademik dan non-akademik serta bersatu dalam setiap saat. Tidak hanya itu, saya harap bahwa angkatan FKUI 2022 dapat membantu satu sama lain agar semua mahasiswa-mahasiswi bisa berhasil melewatkan perjalanan yang rumit bersama-sama dan sukses menjadi dokter-dokter kebangaan Indonesia. Sepertimana kita tahu bahwa manusia adalah mahluk sosial, sudah seharusnya kita sebagai satu angkatan untuk bersosialisasi, bertukar pendapat dan berinteraksi untuk mempererat ikatan kita serta memperluas wawasan pengetahuan kita.

Tidak hanya harapan, saya juga memiliki rencana jangka pendek selama preklinik yakni menjadi mahasiswa aktif, meraih sebanyak-banyaknya prestasi, mengharumkan nama bangsa Indonesia dan mempelajari serta menjadi pemimpin yang baik dan bijaksana. Cara saya untuk mencapai rencana yang telah saya sebutkan adalah dengan aktif mengikuti acara universitas dan sering mendaftar diri untuk mengikuti lomba dalam bidang apapun. Dengan begitu, saya dapat mengenal lebih banyak orang yang kemudian akan memberi saya kesempatan untuk mengembangkan diri serta meraih prestasi dan membangakan nama bangsa jika saya berhasil bersaing di skala internasional. Selain dari itu, saya juga akan mengikuti organisasi-organisasi yang melatih kepemimpinan serta lebih inisiatif dalam memperluas lingkaran pertemanan agar saya dapat menjadi individu yang lebih bijaksana dan pengertian, sehingga membuat saya jauh lebih layak untuk menjadi pemimpin yang baik.

Bukan hanya rencana pendek saja, saya juga mempunyai beberapa rencana panjang selama masa klinik / dokter dimana saya ingin menjadi dokter yang dapat mengambil keputusan paling optimal setiap saat, dapat menyakinkan pasien bahwa mereka akan sembuh serta mengabdi kepada masyarakat dan berlatih dari kesalahan-kesalahan yang mungkin akan saya lakukan agar saya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama pada saat saya terjun langsung ke lapangan. Rencana ini akan saya capaikan tentunya dengan kerja keras dan giat mengikuti penelitian-penelitian mengenai berbagai macam penyakit yang akan berguna untuk kepentingan masyarakat. Selain dari itu, saya juga akan terus berinteraksi dengan pihak-pihak yang ada semasa saya di klinik seperti para dokter dan suster agar saya dapat belajar dari pengalaman mereka dan meningkatkan potensi untuk menjadi dokter yang jauh lebih baik. Mengenai rencana untuk berinteraksi secara positif dengan pasien dan membawa harapan kepada mereka, saya juga akan melatih kemampuan bersosialisasi, terutama pada saat saya menjalankan koas, agar suasana semasa proses pengecekan kesehatan dan penyembuhan tidak tegang sehingga pasien dapat pulih dengan optimal dengan tingkat stres yang minim.

Setelah berhasil menjadi bagian dari FKUI, saya juga memiliki berbagai harapan terkait kesehatan bagi masyarakat dimana saya sangat berharap bahwa semua masyarakat dapat berobat dengan gampang dan biaya yang minim serta memiliki pengetahuan mengenai pencegahan penyakit agar mereka tidak gampang jatuh sakit. Selain dari itu, saya juga berharap bahwa saya dapat berkontribusi terhadap kemajuan teknologi di bidang kesehatan agar pelayanan kesehatan di Indonesia akan jauh lebih memadai. Saya sangat berharap bahwa saya dapat melaksanakan semua rencana panjang yang ingin saya raih, tanpa ada satupun yang tertinggal, dan mengtiadakan adanya perbedaan kualitas pelayanan kesehatan dikarenakan faktor ekonomi, sehingga semua rakyat Indonesia dapat menikmati layanan kesehatan yang sama dan berkualitas.

Terakhir, saya ingin menyampaikan beberapa pesan untuk adik kelas saya yang mau masuk FKUI. Pertama-tama, sebelum memikirkan cara masuk FKUI, pastikan bahwa keputusan anda telah matang dan murni berdasarkan kemauan anda sendiri tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Jika teman-teman dipaksa oleh pihak manapun tanpa keinginan sendiri, maka akan sangat sulit bagi teman-teman untuk lolos dan walaupun kalian lolos, maka akan jauh lebih susah bagi kalian untuk melewati masa pelatihan dan pembelajaran di FKUI. Selanjutnya, saya berpesan agar teman-teman bersedia untuk mengorbankan waktu untuk belajar dan melatih diri baik dari segi akademik maupun segi non-akademik. Terakhir, jangan lupa berdoa dan terus bekerja keras tanpa putus asa karena meskipun ada kemungkinan bahwa kalian pada awalnya dinyatakan tidak lolos, masih ada banyak jalur lainnya dan selalu percaya akan mukjizat dan rencana Tuhan dimana jika memang kita mempunyai jodoh dengan suatu universitas, maka kita akan ditunjukkan sebuah jalan walaupun ada banyak rintangan yang akan kita hadapkan.





































 
 
 

Recent Posts

See All

Comments


Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page