top of page
Search

Narasi Perjuangan - Natasha Vania Theresia

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 14, 2022
  • 10 min read

Perjuangan Meraih Asa


Halo! Perkenalkan, nama saya Natasha Vania Theresia dan saya biasa dipanggil Natasha. Pada bulan Juni tahun 2022, saya telah resmi menyelesaikan tugas belajar saya di SMA Santa Ursula Jakarta. Kini, sudah saatnya bagi saya untuk mengenyam pendidikan dan meraih mimpi yang sudah saya miliki sedari saya kecil, yaitu menjadi dokter. Puji Tuhan, saya telah diterima menjadi mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Kelas Khusus Internasional melalui jalur Talent Scouting.


Saya sudah mengenal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sedari kecil. Sudah menjadi pengetahuan khalayak bahwa FKUI adalah universitas dengan jurusan kedokteran tertua dan terbaik di Indonesia. Selain itu, FKUI melahirkan banyak sekali sosok dokter hebat yang bekecimpung pada dunia kesehatan di Indonesia. Tidak jarang pula saya melihat hasil penelitian civitas academica FKUI dipublikasikan dalam jurnal internasional dan dipakai sebagai dasar kebijakan nasional. Salah satunya adalah jurnal penelitian mengenai perkembangan dan implikasi vaksin COVID-19 di Indonesia.1 Hal-hal inilah yang membuat saya melihat FKUI sebagai kampus idaman yang dapat mendukung saya untuk terus belajar, bertumbuh, dan berkembang agar kelak dapat menjadi seorang dokter yang ikut berkontribusi secara aktif untuk kesehatan masyarakat di Indonesia.


Menjadi seorang dokter adalah mimpi yang seringkali diucapkan oleh banyak orang, terutama ketika mereka masih anak-anak. Saya termasuk sebagai anak yang selalu menjawab “dokter” ketika ditanya mengenai cita-cita saya. Seiring berjalannya waktu, banyak orang kemudian berpindah haluan, terlebih ketika mereka tahu seberapa berat dan panjang perjuangan untuk menjadi dokter. Tentu saja, saya juga pernah mengalami masa-masa seperti ini, tetapi disinilah hadir sosok yang terus membangkitkan semangat dan motivasi saya untuk menjadi seorang dokter, yaitu kedua orang tua saya. Sebagai seorang anak tunggal, saya sangat dekat dengan kedua orang tua dan inspirasi saya untuk menjadi seorang dokter juga datang dari mereka. Saya selalu melihat kedua orang tua saya bekerja dengan penuh antusiasme. Pernah satu kali saya bertanya “Pa, Ma, pernah gak sih merasa jenuh ketika bekerja?” dan mereka menjawab bahwa perasaan itu selalu tertutupi oleh rasa senang ketika mendengar kabar bahwa pasien mereka sudah pulih dan kembali sehat. Saya sangat bersyukur atas kehadiran orang tua saya sebagai role model dan motivasi terbesar saya untuk melanjutkan jejak mereka di almamater tercinta.


Dari sekian banyak pengalaman saya melihat perjuangan orang tua, saya selalu mengenang masa-masa saya tinggal selama 6 bulan bersama mama saya di Pematang Reba, desa kecil di Provinsi Riau. Kala itu, beliau sedang melaksanakan wajib kerja pasca lulus pendidikan dokter spesialis. Saya yang pada saat itu baru berusia 5 tahun belum memahami mengapa kami harus pergi jauh dari rumah. Awalnya, saya juga merasa sangat tidak nyaman dengan lingkungan baru di Pematang Reba. Akan tetapi, ketika saya ikut datang ke Puskesmas, saya melihat betapa bahagianya masyarakat setempat akan kehadiran seorang dokter di desa mereka. Dari pengalaman ini, saya sadar bahwa dokter adalah pekerjaan yang sangat dibutuhkan, tetapi jumlahnya sangat terbatas dan hanya terpusat di kota-kota besar. Melalui pengalaman ini pula, saya memiliki satu mimpi baru: menjadi dokter untuk membantu masyarakat yang sangat membutuhkan akses dan fasilitas kesehatan.


Perjalanan dan perjuangan saya untuk diterima menjadi mahasiswa FKUI sudah dimulai semenjak saya pertama kali duduk di bangku SMA. Sebelum masuk ke SMA, saya menetapkan keputusan saya untuk menjadi dokter dan mencari jalur-jalur masuk ke FKUI. Pada saat itu, saya juga melihat kakak sepupu saya menjalani proses ujian-ujian yang begitu sulit untuk masuk ke perguruan tinggi negeri. Maka dari itu, saya membuat rencana dan target untuk bisa masuk ke FKUI melalui jalur undangan, yaitu SNMPTN. Kebetulan, saya berasal dari SMP Santa Ursula Jakarta, sehingga proses adaptasi saya ketika menjadi siswi SMA tidak terasa begitu sulit. Dari awal kelas 10, saya memberikan perhatian lebih besar kepada nilai akademik di sekolah. Tidak lupa, saya juga aktif dalam mengikuti perlombaan yang mewakili sekolah seperti OSN pada bidang kimia. Hari-hari saya dipenuhi dengan sekolah, kegiatan ekstrakulikuler, dan les tambahan untuk mendukung pembelajaran di sekolah. Hampir setiap hari saya pulang pukul 7 malam dan tetap melanjutkan belajar di rumah untuk sekolah besok. Perjuangan saya berbuah baik pada rapor semester 1 di SMA.


Kala itu, saya berpikir untuk masuk ke dalam kepengurusan OSIS di sekolah saya. Berbekal pengalaman OSIS di SMP, saya mengikuti rangkaian proses kaderisasi menjadi calon pengurus OSIS. Walaupun prosesnya sangat berat dan persaingannya sangat ketat, saya cukup percaya diri dengan kemampuan yang saya miliki. Saya berhasil menempuh proses kaderisasi hingga tahap terakhir, tetapi pada saat pemanggilan nama-nama pengurus OSIS baru di aula sekolah, nama saya tidak disebutkan. Saya merasa begitu sedih dan kecewa karena saya merasa sudah memberikan yang terbaik. Dari kegagalan ini, saya belajar bahwa tidak semua hal dapat berjalan sesuai dengan apa yang saya rencanakan. Tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, saya kembali memfokuskan diri untuk mengembangkan minat saya pada musik.

Pada bulan Maret 2020, saya memberanikan diri untuk melanjutkan pendidikan musik saya pada jenjang persiapan konservatorium di Sekolah Musik Yayasan Pendidikan Musik, salah satu sekolah musik terbaik di Indonesia. Tidak hanya belajar mengenai musik, saya juga belajar untuk menjadi pribadi yang jauh lebih dewasa. Mulai saat itu, saya dituntut untuk memiliki manajemen waktu yang lebih baik, terutama karena saya adalah pejuang 2 institusi pendidikan yang berbeda, yaitu pendidikan formal di sekolah dan pendidikan musik. Selain itu, saya juga belajar mengenai kegigihan untuk terus berlatih piano setiap hari. Meskipun kegiatan sekolah musik menyebebakan saya jarang mendapatkan waktu luang, saya sama sekali tidak merasa keberatan karena saya melihat musik sebagai sarana untuk melepas penat sekaligus pengembangan minat saya.


Kemampuan saya untuk beradaptasi terus diuji pada bulan yang sama. Pada akhir bulan Maret, pemerintah menyatakan dua kasus pertama COVID-19 di Indonesia. Dua kasus ini kemudian terus berkembang dan menyebar sehingga menyebabkan terjadinya lockdown di Ibukota. Mendengar kabar “libur dua minggu” yang dinyatakan sekolah, saya dan teman-teman saya awalnya merasa senang karena sekolah kami hampir tidak pernah memiliki jadwal yang senggang. Akan tetapi, jumlah kasus COVID-19 terus meningkat sehingga kami harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh dari rumah masing-masing.


Masa-masa ini merupakan waktu yang berat untuk saya. Baik siswa maupun guru sedang beradaptasi dengan keadaan baru sehingga aktivitas pembelajaran di sekolah juga cukup terhambat. Saya juga merasa kesulitan untuk memahami pembelajaran sekolah yang semakin sulit di semester 2 dan ditambah dengan terhalangnya komunikasi dengan guru. Saya sempat merasa sangat takut jika nilai saya turun karena dapat mengurangi kesempatan saya untuk diterima di FKUI lewat jalur undangan. Meskipun demikian, teman-teman saya terus mendukung dan berjuang bersama saya untuk melalui masa-masa sulit ini.


Tidak terasa, dua setengah tahun saya di SMA dihabiskan dengan melihat layar komputer dan bertemu guru serta teman-teman saya secara daring. Pengalaman ini pastinya menjadi pengalaman berharga sekaligus menarik karena angkatan 2022 adalah angkatan yang mengalami masa sekolah jarak jauh paling lama. Walaupun pembelajaran dilaksanakan secara daring, saya tidak putus semangat untuk terus fokus belajar demi mencapai kampus impian.


Semenjak duduk di kelas 11, guru BK di sekolah saya terus mendorong para siswi untuk meyakinkan pilihan universitas yang akan kita tuju serta memulai proses persiapan pendaftarannya. Banyak sekali teman-teman saya yang memutuskan untuk berkuliah di luar negeri. Tidak bisa berbohong, saya sangat terpukau ketika melihat kampus-kampus di luar negeri melalui pameran pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. Pengalaman dan relasi baru ketika belajar di luar negeri terasa sangat menarik, tetapi saat itu saya berpikir bahwa jika saya ingin menjadi seorang dokter, akan lebih baik jika saya melanjutkan pendidikan di Indonesia. Sebelum itu, saya pernah mendengar mengenai Kelas Khusus Internasional yang ada di Universitas Indonesia, namun saya belum pernah mencari lebih jauh. Setelah membaca lewat website FKUI, saya mengetahui bahwa pada program studi Pendidikan Dokter Kelas Khusus Internasional, mahasiswa dapat menjalani 1 tahun pendidikan di universitas mitra yang ada di luar negeri. Dari situ, saya mulai tertarik dengan program Kelas Khusus Internasional karena bisa sekaligus memenuhi 2 mimpi saya: menjadi dokter dan belajar di luar negeri.


Ketika saya memasuki kelas 12, saya mulai mempersiapkan diri untuk mendaftar ke FKUI. Dari awal semester 1, saya sudah mengikuti bimbingan belajar untuk mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi. Tidak lupa, saya belajar dan mengambil tes IELTS sebagai salah satu syarat pendaftaran Talent Scouting. Semester 2 kelas 12 dapat saya katakan sebagai masa-masa tersulit di SMA karena saya harus menyeimbangkan dan membagi waktu untuk mempersiapkan rangkaian ujian sekolah, menyiapkan dokumen pendaftaran perguruan tinggi, dan menjalani ujian tingkat di sekolah musik. Pada awal semester, saya diberi tahu bahwa sekolah saya hanya memperbolehkan para siswa untuk mendaftar universitas lewat 1 jalur undangan saja. Sebetulnya, saya masuk dalam kelompok siswa eligible untuk pendaftaran SNMPTN dan berada pada ranking 4 di sekolah, tetapi karena saya dan kedua orang tua saya sudah membulatkan pilihan untuk mendaftar di program Kelas Khusus Internasional, saya memutuskan untuk memilih mendaftar ke FKUI lewat jalur Talent Scouting. Selanjutnya, saya menulis esai motivasi sebagai dokumen yang disertakan dalam pendaftaran Talent Scouting. Setelah mengumpulkan dokumen-dokumen pendaftaran, saya merasa lebih lega sekaligus was-was menunggu hari pengumuman.


Sekitar satu minggu sebelum pengumuman Talent Scouting, saya mendapatkan sebuah e-mail undangan untuk mengikuti tes MMPI dan wawancara sebagai kelanjutan seleksi. Pada saat itu, saya baru saja menyelesaikan rangkaian ujian sekolah dan sedang mempersiapkan penilaian akhir tahun yang akan dilaksanakan satu minggu setelah wawancara. Maka dari itu, saya mencoba untuk memaksimalkan sedikit waktu yang saya miliki agar dapat efektif bagi saya untuk memberikan usaha yang maksimal pada tahap akhir dari seleksi ini. Dalam waktu yang singkat, saya berlatih wawancara bersama dengan orang tua saya dan menonton video-video tata cara wawancara yang baik dari internet. Setelah wawancara selesai, saya merasa puas dan sangat bersyukur karena saya dapat menjalani wawancara dengan lancar dan mendapatkan reaksi positif dari beberapa dosen penguji.


Selama menunggu pengumuman Talent Scouting, saya merasa sangat tidak tenang, terlebih karena saya melihat teman-teman saya yang mendapatkan tampilan merah dan ucapan semangat pada pengumuman SNMPTN. Satu hari setelah pengumuman SNMPTN, saya mempersiapkan jadwal belajar yang lebih intens untuk persiapan ujian masuk perguruan tinggi karena saya merasa sedikit kurang percaya diri akan diterima melalui jalur undangan. Hari Jumat tanggal 1 April 2022 merupakan hari pengumuman Talent Scouting. Saya pergi bertemu dengan mama saya di kantornya untuk membuka hasilnya bersama-sama. Ketika website pendaftaran dapat dibuka, saya sangat kaget dan terharu karena melihat tulisan “Congratulations, you have been accepted as a prospective new student at Universitas Indonesia”. Di titik inilah saya merasa bahwa setiap perjuangan yang sudah saya lakukan selama ini berbuah hasil yang sungguh manis.


Perjalanan saya untuk menjadi dokter baru saja dimulai. Ketika saya dinyatakan menjadi salah satu mahasiswa FKUI angkatan 2022, secara tidak langsung saya juga menyatakan komitmen saya untuk terus belajar dan berkembang bukan hanya untuk diri saya sendiri, tetapi untuk melayani orang lain. Sebelumnya, saya selalu memiliki persepsi bahwa saya belajar untuk kemajuan diri saya sendiri. Sekarang, saya sudah mengubah persepsi ini menjadi saya belajar untuk memberikan dampak baik bagi orang-orang di sekitar saya. Komitmen ini juga saya coba wujudkan secara nyata selama jeda antar sekolah dan kuliah, yaitu dengan menjadi volunteer di Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI). Selama hampir 4 bulan, saya datang secara berkala ke YKAKI untuk menjadi teman sekaligus pengajar bagi pasien kanker yang tinggal di sana. Melihat pasien kanker di YKAKI yang masih sangat belia membuat saya bersyukur bahwa saya dapat menjalankan kehidupan saya selama ini dengan anugerah kesehatan yang ternyata sangat mahal nilainya. Meskipun saya menjadi relawan untuk mengajar, justru saya belajar lebih banyak dari teman-teman yang ada di YKAKI.


Komitmen perubahan lain yang ingin saya lakukan pada diri saya adalah untuk lebih berani dalam menyatakan opini dan ide yang saya miliki. Dulu, saya seringkali tidak mengutarakan opini yang saya miliki karena rasa takut terhadap pandangan dan kritik dari orang lain. Sekarang, saya belajar untuk mengambil kritik sebagai hal yang dapat saya gunakan untuk perbaikan dan peningkatan diri, bukan sebagai penyebab rasa takut saya untuk beropini. Kedepannya, saya bertekad untuk keluar dari zona nyaman saya dengan bersikap lebih berani dan proaktif.


Selama menempuh pendidikan di FKUI, saya berharap agar saya dapat terus menjaga komitmen yang telah saya buat dan terus mengingat alasan utama saya untuk menjadi dokter. Tentunya, hal ini dapat saya capai dengan usaha yang gigih dalam menimba ilmu serta tidak memiliki rasa cepat puas. Sebagai bagian dari angkatan FKUI 2022, Brilian, saya ingin menghidupi visi yang kami miliki sebagai angkatan, yaitu dengan menjadi mahasiswa yang unggul, tangguh, dan terus bersatu baik pada masa suka maupun duka. Saya juga berharap dan berdoa untuk angkatan Brilian agar kelak dapat lulus dan menjadi dokter-dokter hebat yang membawa dampak positif pada dunia kesehatan di Indonesia.


Selama pendidikan preklinik, saya berencana untuk menggali ilmu dasar kedokteran dengan baik untuk mempersiapkan diri pada waktu saya akan bertemu pasien secara langsung. Saya juga berharap agar saya dapat menjadi mahasiswa yang aktif baik dalam angkatan maupun pada tingkat fakultas, universitas, atau di luar kampus. Tidak lupa, saya juga berencana untuk terlibat dalam proyek-proyek pelayanan masyarakat.


Menjadi mahasiswa FKUI Kelas Khusus Internasional juga memberikan saya kesempatan untuk belajar di luar negeri selama 2 semester. Maka dari itu, saya juga berencana untuk memanfaatkan 3 tahun masa preklinik saya untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum melakukan studi di universitas mitra. Pada saat melaksanakan studi di luar negeri, saya berencana untuk menggali ilmu sebaik mungkin agar dapat saya aplikasikan ketika kembali ke Indonesia. Hingga saat ini, saya tertarik untuk mengambil studi mengenai riset sebagai fokus pendidikan ketika melangsungkan studi di luar negeri.


Selama masa pendidikan klinik atau coass, saya berencana untuk menerapkan semua pendidikan dasar yang sebelumnya telah saya dapatkan. Saya juga ingin mencari pengalaman sebanyak-banyaknya sehingga saya dapat menentukan spesialisasi yang saya minati pasca lulus pendidikan dokter umum.


Setelah lulus menjadi dokter, saya berharap dapat memberikan dampak baik bagi kesehatan Indonesia dengan mengabdi untuk masyarakat terutama kepada mereka yang belum bisa mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai. Dalam beberapa tahun ke depan, saya berharap agar akses kesehatan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) mendapatkan perhatian yang sama dengan di kota-kota besar. Saya juga berencana untuk melakukan pengabdian di daerah-daerah terpencil, dimulai dari saat masa internship. Sebagai bentuk dari pengembangan diri, saya juga ingin terus belajar dan mengambil program spesialis. Sampai saat ini, saya memiliki ketertarikan untuk mengambil spesialisasi bedah.


Terakhir, untuk semua teman-teman yang sedang berjuang untuk menjadi bagian dari FKUI, saya ingin mengucapkan semangat yang sebesar-besarnya. Salah satu kutipan dari William Osler adalah “the practice of medicine is an art, not a trade; a calling, not a business; a calling in which your heart will be exercised equally with your head.” 2 Satu kalimat ini selalu menjadi pengingat saya bahwa kualifikasi utama untuk menjadi seorang dokter bukanlah kepintaran, melainkan kesungguhan untuk melayani sesama. Oleh sebab itu, selain mengejar ilmu untuk mencapai ke universitas yang terbaik, ingatlah juga untuk meyakini diri sendiri akan komitmen seumur hidup yang akan kalian ambil. Jangan lupa pula untuk menikmati masa-masa SMA kalian, terutama karena sekarang kita semua sudah tidak selalu dipisahkan oleh layar kaca. Akhir kata, saya ingin mengucapkan selamat berjuang dan terus berdoa, kelak Tuhan akan melancarkan setiap usaha kalian untuk masuk ke kampus tercinta.


Referensi

  1. Ophinni Y, Hasibuan AS, Widhani A, Maria S, Koesnoe S, Yunihastuti E, et al. COVID-19 vaccines: current status and implication for use in Indonesia. Acta Med Indones. 2020 Oct;52(4):388-412.

  2. Huth EJ, Murray TJ. Medicine in quotations: views of health and disease through the ages [Internet]. 2nd ed. Philadelphia: American College of Physicians; 2000. [cited 2022 Aug 7]. Available from: https://www.google.co.id/books/edition/Medicine_in_Quotations/3cM8jVGr4qEC?hl=en&gbpv=0

 
 
 

Recent Posts

See All

Comments


Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page