Narasi Perjuangan - Naufan Hazimi
- FKUI 2022
- Aug 14, 2022
- 8 min read
Updated: Aug 15, 2022
Nama saya Naufan Hazimi, biasa dipanggil Naufan, lahir di Tegal pada tanggal 4 September 2004 .Saya anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Asmar Efendi dan Ibu Sairuroh. Saya sangat bersyukur dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang sederhana dan sangat menyayangi diri saya. Selain itu keluarga saya juga sangat menjunjung tinggi nilai-nilai religius, sederhana, dan disiplin dalam segala hal. Asal sekolah saya MAN 1 Tegal terletak di daerah Babakan sebuah desa di kecamatan Lebaksiu, sekolah dengan basis pondok pesantren. Selama ini saya dikenal sebagai anak yang cukup cerdas, ulet, mudah bergaul, dan religius. Penilaian tersebut dilakukan oleh orang-orang yang ada di sekitar saya seperti orang tua saya, kakak dan adik saya, sahabat, guru, pak kyai, dan lainnya. Meskipun orang-orang tersebut menilai saya seperti itu, namun sebenarnya saya sama sekali tidak merasa bahwa diri saya seperti orang-orang bilang pintar, aktif, apalagi religius. Lebih tepatnya saya sendiri mengupayakan agar diri saya bisa seperti itu dan semoga klaim tersebut tidak berpengaruh apa-apa pada diri saya.
Alhamdulillah tahun ini saya diterima Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia jurusan pendidikan dokter kelas reguler lewat jalur seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN). Sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya dan keluarga bisa masuk perguruan tinggi nomor satu di Indonesia ini Universitas Indonesia. Sebuah universitas yang sangat-sangat diminati oleh banyak siswa dan siswi di penjuru tanah air ini. Universitas yang dikenal menciptakan orang-orang besar yang berintelektual tinggi. Apalagi diterima di FKUI, salah satu atau bahkan fakultas kedokteran paling unggul di Indonesia yang banyak mencetak dokter-dokter muda yang unggul, kompeten, disiplin, intelektual. Di ASEAN sendiri, FKUI berhasil menempati peringkat kelima, setelah fakultas kedokteran dari National University of Singapore (NUS), Nanyang Technological University (NTU), Mahidol University dari Thailand dan Universiti Malaya (UM) Malaysia. FKUI menduduki peringkat yang sama dengan Chulalongkorn University dari Thailand sebuah prestasi yang sangat hebat bukan? Maka dari itu saya sangat bersyukur sekali kepada Allah SWT. yang telah memberikan anugrah tersebut kepada saya.
Terlepas dari itu semua, menjadi seorang dokter merupakan sebuah cita-cita kebanyakan orang. Bagi sebagian besar manusia, dokter adalah suatu profesi yang mempunyai nilai lebih tersendiri. Selain itu, menjadi seorang dokter juga dapat memberikan manfaat yang sangat banyak bagi manusia yang lainnya. Seperti diterangkan dalam sebuah dalil yang mengatakan khoirunnas anfauhum lin-nas (Sebaik-baik manusia adalah yang berguna untuk orang lain). Mengingat manusia harus berguna bagi orang lain, maka salah satu cara yang bisa saya lakukan diantaranya adalah menjadi seorang dokter. Sebab, dokter merupakan suatu tugas yang bersifat kemanusiaan. Memang, untuk menjadi seorang dokter tidaklah mudah. Dibutuhkan persiapan luar-dalam, baik pengetahuan maupun finansial apalagi saya dilahirkan dari keluarga yang biasa saja. Dan untuk kuliah di fakultas kedokteran sendiri membutuhkan biaya yang lumayan besar. Bahkan, jika dibandingkan dengan fakultas-fakultas lain, kedokteran selalu berada dalam peringkat 3 besar sebagai fakultas termahal. Lalu, apakah dengan biaya kuliah yang lumayan mahal tersebut, cita-cita mulia saya harus terkubur begitu saja? Sangat disayangkan sekali apabila cita-cita saya menjadi dokter tersebut harus hilang dan hanya menjadi sebuah mimpi saja. Padahal pandangan tersebut sangatlah salah. Tidak semua fakultas kedokteran harus bayar mahal, ada juga yang gratis seperti program beasiswa, keluarga tidak mampu, dll. Untuk mencapai menjadi seorang dokter perlu melewati perjuangan yang sangat berat. Ini tidak seperti halnya lulus sebuah ujian atau naik ke kelas selanjutnya karena untuk mencapainya sendiri saya harus berkompetisi dengan sekitar 3000-5000 peminat dari penjuru nusantara dan hanya total 180 siswa ( Tidak termasuk Kelas Internasional ).
Berbagai macam rintangan telah saya lewati seperti kesusahan dalam belajar, mengorbankan waktu tidur, jarang bersosialisasi, pola makan yang tidak teratur, dll. Namun bagi saya semuanya itu seperti kita memanjat pohon, dia yang memanjat pohon tinggi, berhak mendapatkan buahnya. Arti dari kata-kata bijak tersebut yaitu siapa yang berusaha berhak untuk meraih kesuksesan. Hal ini digambarkan seperti memanjat sebuah pohon tinggi, dan mereka yang mampu memanjat pohon tersebut, maka berhak atas buahnya. Jika mereka takut atau ragu memanjatnya sampai kapanpun mereka tidak akan mendapatkan buahnya, kecuali buah tersebut jatuh dari pohon tersebut seperti warisan dari orang tuanya yang diberikan kepada mereka. Saya selalu ingat ucapan bung Karno "Gantungkan cita-citamu setinggi langit!! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh pada bintang-bintang yang berkelipan." Setiap orang pasti memiliki mimpi atau cita-cita yang tinggi, maka gantungkan mimpi atau cita-citamu itu setinggi langit. Usahakan cita-cita dan mimpimu tidak hanya sesuatu yang mudah dicapai saja, melainkan bahwa cita-cita dan mimpimu menjadi hal yang luar biasa, yang belum pernah atau jarang dipikirkan orang lain. Hal ini akan terlihat susah untuk kita mencapainya, tetapi kamu harus mencobanya dan berusaha semaksimal mungkin. Sekalipun kamu gagal, kamu tidak gagal pada sesuatu yang biasa-biasa saja atau sesuatu yang semua orang pasti bisa gapai. Tetapi kamu akan gagal atau jatuh pada bintang-bintang yang berkelipan.
Menjadi seorang dokter memang sudah saya impikan semenjak saya kecil. Waktu itu saya sekolah di MIN 1 Tegal, salah satu sekolah dasar yang ada didaerah tempat tinggal saya. Saya selalu berusaha keras agar saya selalu dapat ranking satu, dan alhamdulillah saya sering mendapatkan ranking satu dari saya kelas satu sampai kelas enam. Karena masa kecil saya masih belum ada permainan modern seperti zaman sekarang, jadinya saya dulu sangat fokus ke sekolah dan main permainan tradisional yang malah menambah wawasan. Walaupun terlahir dari keluarga yang sederhana saya selalu bermimpi suatu saat saya jadi orang hebat agar saya dapat mengangkat derajat dan martabat orang tua saya. Alhamdulillah pada saat ujian nasional saya mendapatkan nilai 100 mapel matematika, suatu kebanggaan bagi saya dan keluarga serta guru-guru pengajar. Setelah tamat sekolah dasar saya melanjutkan pendidikan saya disebuah pesantren terkenal di daerah Tegal bernama Mahadut Tholabah dan mengenyam pendidikan formal di MTs N 1 Tegal, sebuah sekolah setara smp favorit yang terletak di kabupaten Tegal. Selain belajar mengaji di pondok pesantren saya juga rajin belajar pelajaran di sekolah formal. Saya selalu bersikeras agar saya dapat menjadi peringkat 1 dikelas ataupun pararel sekolah, alhamdulillah keinginan tersebut dapat saya gapai dengan semangat belajar pantang menyerah. Selain itu saya juga mengikuti kegiatan intra sekolah seperti menjadi anggota OSIS mengikuti ekstra kurikuler dan olimpiade sains. Pada saat itu saya dipilih oleh guru IPA saya untuk mengikuti olimpiade biologi. Lambat laun saya pun mulai menyukai mapel tersebut. Sejak saat itu cita-cita dan keinginan saya menjadi dokter semakin kuat.
Setelah lulus dari jenjang MTs saya melanjutkan pendidikan saya di MAN 1 Tegal dan masih di pondok pesantren, tetapi saya pindah pesantren di pesantren tahfidzul Qur'an. Belajar pun agak kurang fokus dikarenakan beban pikiran saya bertambah, disekolah saya belajar pelajaran sekolah di sisi lain saya juga menghafal Al-Qur'an di pesantren dan menjaga hafalan tersebut. Di sekolah alhamdulillah saya masuk jurusan MIPA, saya berusaha agar nilai raport saya bisa naik dari setiap semester. Awal-awal semester satu saya sangat semangat belajar dan mendapatkan peringkat satu. Namun pada saat semester dua wabah covid-19 mulai menyebar di Indonesia, pembelajaranpun berubah yang asalnya tatap muka menjadi daring. Pembelajaran daring, mampu menyadarkan kita mengenai potensi luar biasa internet yang belum dimanfaatkan sepenuhnya dalam berbagai bidang, termasuk bidang Pendidikan ini. Tanpa adanya batas ruang atau waktu, kegiatan pembelajaran bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Terlebih lagi, di era dimana belum ada kepastian yang jelas sebenarnya kapan pandemi ini akan berakhir, sehingga pembelajaran daring adalah kebutuhan yang harus dipenuhi dan ditaati oleh seluruh masyarakat Indonesia. Namun, biasanya dibalik setiap sisi positif suatu hal, pasti ada ada sisi negatifnya, atau setidaknya kemungkinan buruk bisa saja terjadi. Seperti menggunakan gadget untuk bermain game, sibuk bermain medsos sampai lupa kegunaan gadget tersebut sebagai alat belajar daring. Semangat belajarpun mulai menurun, banyak materi-materi yang tertinggal dan agak kurang faham karena tidak bisa bertatapan langsung dengan pengajar. Walaupun begitu saya tetap berusaha agar saya tidak ketinggalan materi yang diberi oleh pengajar. Saya selalu ingat akan cita-cita saya menjadi dokter yang tidak semudah dibayangkan saja. Tahun demi tahun berjalan, saya sudah kelas dua belas dan mulai bingung dan cemas akan masa depan saya sendiri. Apakah saya bisa jadi dokter apa tidak, itulah perasaan yang menghantui saya terus menerus. Dengan adanya perasaan tersebut semangat belajarpun kian hari kian meningkat. Saya berusaha semaksimal mungkin agar saya bisa masuk eligible. Alhamdulillah usaha tersebut membuahkan hasil saya terpilih menjadi siswa eligible, dan mencoba mendaftar SNMPTN. Saya pun masih ragu apakah dengan nilai saya yang pas-pasan bisa masuk fakultas kedokteran. Atas nasehat dari guru bk saya pun mantep untuk masuk fk, dan memilih FKUNSOED sebagai pilihan pertama dan FKUIN Malang sebagai pilihan kedua. Waktu itu saya tidak berharap masuk ui karena sadar diri nilai saya mungkin belum masuk kriteria SNMPTN UI apalagi belum ada alumni MA saya yang masuk FKUI. Hari-hari saya selalu berdo’a agar saya bisa diterima lewat SNMPTN, mau pilihan satu atau dua yang diterima yang jelas saya sangat senang sekali. Hari pengumanpun tiba, dan saya tidak diterima satupun di kedua pilihan tersebut. Saya yakin dibalik semua ini Allah SWT. telah merencanakan yang terbaik bagi saya, masih ada kesempatan lagi yaitu SBMPTN. Belajarpun mulai saya tekuni lagi, mulai dari belajar materi sampai soal-soal UTBK. Tekad saya satu membanggakan kedua orang tua saya, bagaiamana cara agar saya bisa masuk fakultas kedokteran. Akhirnya pendaftaran SBMPTN di buka, kali ini saya tidak ragu, saya harus masuk fk, dan saya memilih FKUI sebagai pilihan pertama dan FKUNSOED sebagai pilihan kedua. Saya yakin bisa masuk diantara kedua pilihan tersebut. Hari tes UTBK tiba, dengan ditemani oleh bapak saya, saya berangkat menuju tempat tes UTBK. Alhamdulillah soal UTBK yang saya kerjakan tidak terlalu sulit, soal-soal yang saya pelajari sebelumnya keluar semua. Hari- hari setelah tes saya hanya bisa berdo’a kepada Allah SWT. agar saya bisa diterima di fakultas kedokteran. Pengumuman UTBK telah keluar, saya sangat optimis diterima fk minimal pilihan kedua. Jantungpun berdetak kencang, tanpa disangka alhamdulillah saya diterima di fakultas kedoteran Universitas Indonesia pilihan pertama, seketika saya sujud syukur kepada Allah SWT. rasanya seperti mimipi, suasana pun jadi haru dan Bahagia. Akhirnya pengorbananku selama ini tidak sia-sia.
Saya sangat bersyukur sekali bisa bergabung dengan keluarga Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia. Keraguan demi keraguanpun hilang seketika, saya berusaha agar sifat tersebut tidak lagi ada pada diri saya stelah saya masuk FKUI. Saya yakin orang yang biasa saja bisa jadi orang luar biasa jika mau berusaha. Maka dari itu saya memiliki komitmen yang tinggi ingin memberikan kontribusi yang terbaik terhadap FKUI baik dari bidang akademisnya maupun non akademis, saya juga ingin mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih luas dan lebih baik dari sebelumnya melalui pembelajaran atau training yang diadakan FKUI.
Dengan adanya komitmen tersebut saya berharap pada diri saya sendiri agar selalu gemar dan rajin menambah wawasan, bisa menghilangkan rasa malas dengan selalu bersemengat dalam segala hal, dimudahkan kuliahnya lancar sampai lulus, selalu mendapatkan nilai yang bagus, bisa bergaul dan beradaptasi dengan teman-teman FKUI, dan saling tolong menolong satu sama lain. Saya juga berharap agar angkatan FKUI 2022 ini bisa saling merangkul temanya satu sama lain, tidak memikirkan pribadi saja , menghasilkan Angkatan yan cerdas dan berprestasi, dan saya berharap bisa menjadi bagian dari mereka yang terbaik demi membawa manfaat dan perubahan nyata yang sesuai dengan kemampuan saya di masa mendatang.
Berbagai rencana jangka pendek saya selama preklinikpun sudah saya persiapkan diantaranya bisa beradaptasi dengan linkungan yang baru, mempunyai disiplin dan integritas tinggi, bisa mendapatkan nilai yang maksimal dengan kemampuan saya pribadi, bisa lulus tepat waktu dan mendapatkan gelar summa cum laude. Rencana tersebut dapat saya capai dengan cara mengubah cara belajar saya yang biasanya santai-santai dan belajar ketika ada ulangan atau tugas saja, saya harus bisa mengatur waktu belajar dan mengerjakan tugas secepat dan sebaik mungkin, dan bisa menjaga pola hidup saya yang seimbang mengingat pembelajaran di FKUI tidak semudah yang dibayangkan.
Rencana jangka panjang selama klinik atau jadi dokter saya berkeinginan melanjutkan Pendidikan dokter saya ke spesialis anak, dan dikenal oleh banyak orang sebagai dokter yang ramah tamah, berprestasi, terpercaya, dan baik hati. Saya berkeinginan menjadi dokter yang tidak memikirkan uang saja melainkan dokter yang memperdulikan masyarakat, saya ingin menjadi teladan bagi para dokter, dan aktif dalam organisasi Kesehatan. Rencana tersebut dapat terwujud dengan adanya kesadaran dalam diri saya akan pentingnya menjaga kesehatan bagi masyarakat dengan cara mendedikasikan hidup saya untuk mengabdi di masyarakat.
Menurut saya kesehatan sangatlah penting dan bermanfaat bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan dapat menjadikan kita menjadi seseorang lebih bersyukur dan menghargai hidup. Harapan saya nantinya masyarakat Indonesia mampu memiliki kesadaran diri yang lebih tinggi akan pentingnya Kesehatan bagi mereka, karena derajat Kesehatan merupakan salah satu ukuran kemajuan suatu bangsa. Saya juga berharap agar mutu tenaga kesehatan di Indonesia tidak kalah dengan mutu tenaga kesehatan yang ada di negara maju.
Pesan saya untuk adik-adik yang ingin masuk FKUI bermimpilah kalian setinggi mungkin dan jika kamu jatuh maka kamu akan jatuh pada bintang-bintang yang berkelipan. Belajarlah yang tekun, jangan pandang masuk FKUI itu hal yang mudah. Janganlah kalian berpikir akan biaya pendidikan yang mahal, karena banyak orang yang dulunya biasa saja sekarang menjadi orang yang luar biasa karena mereka bersungguh-sungguh dalam belajar. Jadikanlah kegagalan sebagai semangat baru dalam berusaha, karena kesalahan yang paling besar bukanlah kegagalan, tetapi berhenti dan menyerah sebelum merasakan keberhasilan.
Comments