top of page

Narasi Perjuangan - Fransisca Felicia Chrisanthy

  • Writer: FKUI 2022
    FKUI 2022
  • Aug 14, 2022
  • 9 min read

Perjuangan Dibalik Jaket Kuning


Nelson Mandela pernah berkata, “It always seems impossible until it’s done.” Sejak kecil saya memiliki mimpi. Mimpi yang terlihat mustahil untuk dicapai. Sebuah visi yang misinya sulit, dilengkapi berbagai tantangan dan hambatan tersendiri. Keraguan yang dipegang orang-orang di sekitar saya sempat menggoyahkan saya, namun dukungan mereka juga lah yang berhasil mendorong saya untuk sampai di titik ini. Titik dimana saya selangkah lebih dekat untuk menggapai mimpi tersebut.


Perkenalkan, saya Fransisca Felicia Chrisanthy atau biasa dipanggil Felice. Saya berasal dari SMA Santa Laurensia Alam Sutera, dan setelah berbulan-bulan belajar dengan penuh tekad dan iman, saya akhirnya berhasil diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia program S1 Reguler lewat jalur SIMAK reguler.


Saya melihat Universitas Indonesia sebagai universitas yang sangat eksklusif. Tak terhingga banyaknya lulusan Universitas Indonesia yang saat ini telah menjadi pribadi-pribadi yang sangat sukses dan memiliki dampak besar dalam kemajuan bangsa Indonesia. Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi di tempat ini. Hanya anak-anak bangsa terbaik yang bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, fakultas dan universitas terfavorit di Indonesia. Mengetahui hal tersebut, saya berusaha semaksimal mungkin untuk dapat diterima di Universitas Indonesia karena saya menyadari betapa ketat persaingannya untuk dapat diterima.


Keyakinan saya untuk bisa menjadi dokter lah yang terus memotivasi saya untuk berani berjuang. Orang tua saya selalu meyakinkan saya bahwa saya mampu dan layak diterima di Universitas terbaik di Indonesia. Teman-teman dan seluruh kerabat saya juga tek pernah lelah membantu saya untuk dapat belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dari sini lah saya menyadari betapa membanggakan dan ketatnya persaingan untuk dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Kisah perjuangan saya pun dimulai sejak menduduki bangku SD saat saya menyadari bahwa minat dan bakat saya berada dalam bidang IPA, khususnya biologi. Sayangnya, saya baru menyadari panggilan saya sebagai seorang dokter pada akhir tingkat SMP. Padahal sejak SD, saya seringkali asal mengatakan bahwa saya ingin menjadi dokter jika ditanya mengenai cita-cita dan mimpi. Walaupun demikian, sejak SD saya sudah memiliki ketertarikan yang lebih terhadap pelajaran sains. Selain unggul dalam bidang akademik, saya juga gemar menari. Dulu saya hanya melakukannya untuk bersenang-senang, namun sekarang saya menyadari bahwa kegiatan ini telah membantu meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan saya untuk bekerja sama dengan kelompok.


Memasuki jenjang SMP, saya mulai mendalami apa yang menjadi minat saya. Dengan bertambahnya mata pelajaran yang ada beserta kesempatan untuk mendalami minat bakat, saya pun semakin sadar bahwa saya tidak pernah bosan mempelajari ilmu biologi, terutama jika berhubungan dengan sistem manusia. Dalam bidang ini rasa ingin tahu saya terus meningkat dan kemauan saya untuk membaca juga meningkat bersamanya.


Saat menduduki kelas 8, saya sempat melakukan live in di Magelang. Saat itu saya berkesempatan untuk tinggal bersama sebuah keluarga di desa tersebut. Di saat ini saya banyak menemukan perbedaan yang drastis antara kebersihan dan fasilitas kesehatan yang dimiliki mereka dengan kami yang tinggal di kota. Di saat yang sama juga, saya sempat melakukan riset untuk menulis laporan live in saat saya menemukan berita yang menceritakan Dr. Lie Dharmawan dan Rumah Sakit Apungnya. Berita yang inspiratif tersebut mendorong saya untuk mencari tahu lebih dalam mengenai kisah beliau hingga bisa mendirikan organisasi DoctorShare dan Rumah Sakit Apung yang telah membantu banyak sekali orang di seluruh pelosok Indonesia. Kisah beliau sungguh meyakinkan saya untuk mau ikut mengabdi agar bisa membantu lebih banyak orang di negara kita. Saya pun berbicara dengan orangtua saya mengenai keinginan saya ini. Dengan bangga mereka mendukung saya dan mendorong saya untuk mengejar mimpi saya. Mereka juga mengingatkan kepada saya bahwa menjadi dokter tidak hanya mengandalkan kemampuan akademik, namun perlu disertai juga kemampuan untuk bekerja sama dalam kelompok, memimpin, dan bersosialisasi dengan orang banyak.


Pesan mereka selalu terbayang di pikiran saya yang waktu itu masih takut untuk memasuki lingkungan baru. Karena itu, saya mulai keluar dari zona nyaman saya dan bergabung dalam OSIS. Saat pertama kali bergabung, saya segera ditawarkan untuk mencalonkan diri sebagai salah satu kandidat wakil ketua OSIS. Pastinya ada rasa khawatir, namun saya mencoba untuk memberanikan diri dan mengambil kesempatan tersebut. Siapa sangka, pengalaman ini membuka saya kepada berbagai kesempatan lainnya.


Tak cukup sampai organisasi di sekolah, saya juga memberanikan diri untuk bergabung dalam tim debat World Scholars Cup. Proses untuk mempersiapkan diri menuju kompetisi sangatlah sulit dan melelahkan, namun saya dan teman-teman berhasil untuk saling mendukung hingga kami bisa berlomba dalam skala internasional di Melbourne, Australia. Mungkin tidak secara langsung berhubungan dengan dunia kedokteran secara akademis, namun saya merasakan banyak perubahan positif dari pengalaman ini. Kemampuan saya untuk memimpin dan mengatur waktu semakin meningkat dan saya juga menjadi fasih dalam public speaking.


Bagi saya, tiga tahun di jenjang SMP terasa sangat singkat, padat, dan tentunya bermakna. Tidak terasa saya sudah memasuki tingkat SMA. Sebagai angkatan yang terdampak pandemi, SMA secara luring sangat singkat bagi saya. Walaupun demikian, kisah SMA saya tetap indah dan berkesan. Pada jenjang ini saya diajarkan cara untuk meneliti dan menulis research paper. Awalnya memang terasa sulit dan memakan waktu, namun sekarang saya merasa bersyukur sudah diajarkan hal tersebut sejak dulu karena saat ini sudah terbiasa dan tidak lagi kesulitan. Saya juga sempat menggunakan karya ilmiah saya untuk mengikuti lomba. Walaupun hanya mencapai final, saya senang karena bisa menghabiskan waktu di laboratorium dan belajar lebih dalam mengenai metode penelitian dalam situasi pandemi.


Keinginan saya untuk mengejar panggilan saya sebagai dokter semakin kokoh saat saya duduk di bangku SMA. Karena itu, saya sempat mengikuti perlombaan public poster NMGBC UI 2020. Saat itu saya dan tim membahas tentang Superior Canal Dehiscence Syndrome (​SCDS) dimana saya belajar sangat banyak mengenai anatomi dan fisiologi telinga serta cara merawatnya. Walaupun tidak lolos ke babak selanjutnya, saya tidak menyerah dan kembali mengikuti NMGBC di tahun berikutnya, namun kali ini saya mendaftarkan diri untuk berlomba di biology competition. Pada saat ini lah saya mulai belajar lebih dalam mengenai silabus awal mahasiswa kedokteran. Sungguh banyak dan tak terhingga bahannya. Rasanya seperti tiada habisnya, namun saya menikmati setiap langkah dari perjalanannya. Saat itu saya berhasil lolos hingga babak semifinal. Tidak cukup sampai sini, saya terus mengasah kemampuan saya dalam bidang biologi dengan mengikuti Lomba Cepat Tepat Biologi PSN 2021. Sayangnya, saya belum juga bisa memenangkannya. Kegagalan yang selalu saya jumpai tidak pernah membuat saya marah atau kesal. Saya bangga bisa mengikuti banyak sekali perlombaan, bertemu teman-teman hebat lainnya, dan belajar banyak dari kekalahan tersebut.


Unggul dalam bidang akademis saja tetap tidak cukup. Maka dari itu, saya juga terus aktif dalam mengikuti OSIS sebagai wakil ketua. Kinerja saya yang cukup baik juga menarik perhatian para guru sehingga saya terpilih menjadi ketua acara Larfa in Vitro 2022, acara yang berisi berbagai perlombaan, seminar, dan workshop mengenai bidang IPA dan seni. Karena acara ini bertepatan dengan ujian sekolah yang sudah dekat dan pengumuman bahwa saya tidak lolos jalur SNMPTN, saya sempat mengalami stres dan kelelahan. Saya juga sempat mengalami hilangnya motivasi untuk berjuang karena sudah mencapai batas maksimal kemampuan saya di saat itu. Meskipun demikian, saya sadar bahwa usaha saya selama ini tidak bisa saya buang begitu saja akibat jatuh di akhir. Maka secara perlahan saya terus mendorong diri sendiri untuk melakukan yang terbaik dalam menyelesaikan studi saya di SMA dan mempersiapkan diri untuk SBMPTN nantinya. Akhirnya, seluruh keringat dan air mata saya pun terbayar dan saya berhasil lulus sebagai lulusan terbaik.


Saatnya pun tiba bagi saya untuk fokus mempersiapkan kuliah. Dulu, tidak pernah terpikirkan oleh saya bahwa saya akan memasuki perguruan tinggi negeri. Berbagai desas-desus sudah saya dengar mengenai ketatnya persaingan dan tingginya tingkat kesulitan untuk bisa diterima di PTN, apa lagi di Universitas Indonesia. Tidak sedikit orang di sekitar saya yang sempat menasehati saya untuk memilih PTN lain agar lebih besar peluang saya untuk diterima, namun saya tahu bahwa saya tidak bisa melepas universitas impian saya begitu saja. Orangtua saya juga tidak lelah mendukung saya dalam perjalanan ini. Saya menyadari bahwa kesempatan ini tidak datang dua kali dan saya akan menyesal jika tidak menggunakan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, saya terus berjuang dan belajar dengan tekun untuk dapat bergabung dalam ikatan keluarga mahasiswa Universitas Indonesia.


Rasa lelah dan ingin menyerah pastinya sempat mendatangi saya, terutama saat saya gagal untuk diterima di Universitas Indonesia setelah berusaha lewat dua jalur berbeda, yaitu SNMPTN dan SBMPTN. Saya sempat ingin putus asa dan melanjutkan studi di universitas lain saja, namun saya tahu di lubuk hati yang terdalam bahwa saya harus terus maju. Di hari terakhir pendaftaran SIMAK pun akhirnya saya mendaftarkan diri. Ujian saya lakukan dengan penuh iman dan sesuai kemampuan saya. Hari pengumuman akhirnya tiba juga. Besar keinginan saya untuk dapat diterima di FKUI walaupun saya benar-benar tidak berharap banyak. Puji Tuhan, seluruh doa terkabulkan dan perjuangan saya terbayar juga. Akhirnya, saya dinyatakan sebagai calon mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Program Studi Pendidikan Dokter. Rasa syukur dan tidak percaya terus membanjiri saya dan keluarga. Berkali-kali saya melakukan refresh halaman pengumuman untuk memastikan bahwa saya benar-benar diterima.


Rasa bangga tersebut terus ada bersama saya hingga detik ini. Walaupun demikian, saya sadar bahwa ini baru merupakan langkah awal dari perjalanan panjang yang harus saya tempuh untuk menjadi dokter. Banyak sekali yang telah saya pelajari dari perjuangan saya untuk dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Petualangan emosional yang dahsyat saya lewati. Saya merasakan rasa lelah yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Di sisi lain, saya belajar banyak juga. Saya telah menjadi pribadi yang lebih tangguh dan peduli dengan teman-teman saya. Sebelum diterima, saya berkomitmen untuk melakukan yang terbaik dan saya berhasil menemukan kemampuan lebih yang saya miliki secara tidak sadar.


Selama berkuliah di FKUI, saya berkomitmen kepada diri sendiri untuk terus berkembang dan belajar. Saya ingin berubah untuk menjadi lebih berani dan proaktif, lebih disiplin dan tidak menunda pekerjaan, lebih mudah bergaul dengan orang lain, dan menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Saya juga berkomitmen untuk berubah menjadi pribadi yang tidak takut keluar dari zona nyaman dan lebih banyak melakukan hal yang menakutkan diri saya agar bisa terus belajar dan mengembangkan diri. Saat sudah menjadi dokter nanti, saya ingin menjadi orang yang lebih rendah hati. Oleh karena itu, ingin lebih meningkatkan rasa kepedulian saya terhadap teman, keluarga, dan masyarakat. Khususnya orang-orang yang membutuhkan saya nantinya.


Memang belum lama saya bergabung dalam keluarga fakultas kedokteran angkatan 2022, namun saya sudah merasa sangat nyaman dan bahagia bersama teman-teman yang lain karena kebaikan hati dan tingginya kepedulian mereka terhadap sesama. Saya harap saya bisa menjadi bagian besar dari angkatan 2022 agar bisa membantu menyatukan angkatan kami. Saya juga berharap untuk dapat mengenal setiap calon dokter FKUI angkatan 2022 lainnya yang akan melewati seluruh lika-liku perjuangan ini bersama saya.


Sebagai angkatan transisi, dari hidup normal ke masa pandemic masa adaptasi dengan kehidupan new normal, saya juga berharap bahwa FKUI angkatan 2022 bisa menjadi angkatan yang BRILLIANT, seperti nama yang kami pilih untuk menggambarkan angkatan kami. Unggul dalam akademia, unggul dalam kehidupan, dan pastinya unggul dalam membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan kami. Saya yakin dan percaya bahwa angkatan ini bisa lulus bersama-sama tanpa adanya yang tertinggal atau tumbang, dan bahwa kami bisa selalu solid dan bersatu walaupun dilewati hambatan yang bisa saja memecahkan kami. Semoga rasa saling peduli dan merangkul yang saat ini sudah terbangun tetap terus terjaga sampai kami lulus, bahkan hingga kami praktik nantinya.


Perjalanan kami tidak akan mudah. Setelah melewati pendidikan selama kurang lebih 4 tahun, kami masih harus melewati tahapan preklinik. Saya sadar bahwa pada tahap ini lah angkatan kami mulai akan berpisah jarak. Tahapan ini merupakan langkah tangga berikutnya menuju mimpi saya. Saya yakin bahwa akan ada banyak rintangan yang saya lewati, namun saya ingin kami seangkatan untuk dapat melewatinya dengan sebaik-baiknya agar bisa dijadikan sebagai pedoman untuk praktik nantinya. Saya juga berencana untuk menjalani tahapan preklini dengan sebagik-baiknya agar dapat membantu saya untuk secara yakin memilih spesialis yang ingin saya dalami nantinya. Saya ingin belajar banyak dari para dokter yang akan mendampingi saya dalam tahapan ini dan membuat banyak koneksi serta hubungan baik dengan seluruh staf rumah sakit beserta pasien. Untuk mencapai hal tersebut, saya akan belajar terus dengan tekun untuk mendalami kasus-kasus dalam pasien yang saya temukan nantinya. Saya juga akan selalu memperhatikan dokter yang sedang membimbing saya agar tidak terlewat hal-hal penting yang harus saya ketahui. Selain itu, saya akan terus berusaha untuk menjadi proaktif dan selalu ceria agar bisa bergaul dengan seluruh orang yang terlibat nantinya. Dengan demikian, saya berharap tahapan preklinik bisa berjalan dengan lancar.


Seluruh rangkaian pendidikan yang saya lewati tidak akan terbuang sia-sia. Saya berkomitmen untuk tidak pernah melupakan alasan utama saya ingin menjadi dokter saat sudah terwujud nantinya. Saya berharap bisa menjadi seperti Dr. Lie Dharmawan yang mampu membuat dampak yang luar biasa besar bagi kemajuan pemerataan kesehatan di Indonesia. Untuk melakukan ini, saya akan berencana untuk mengikuti organisasi yang melakukan berbagai pengabdian di daerah kecil maupun di panti asuhan mulai dari sekarang ini. Hal ini saya lakukan agar rasa peduli saya dapat terus meningkat kepada orang-orang yang sekiranya kurang beruntung. Tak lupa, pastinya saya juga akan menjadi seorang dokter yang bisa diandalkan semua pasien dimanapun dan kapan pun. Saya yakin bahwa untuk mencapai hal ini tidak hanya dibutuhkan kemampuan akademik, namun juga kemampuan untuk bersosialisasi. Karena itu, saya akan mewujudkannya dengan membiasakan diri untuk mengikuti berbagai organisasi atau kegiatan berkelompok lainnya.


Sebagai calon dokter juga, saya ingin memastikan bahwa saya berperan dalam memajukan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, saya berharap bahwa pemerataan fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia dapat terwujud. Dengan demikian, masyarakat yang tinggal di tempat terpencil sekalipun bisa memperoleh kesempatan berobat yang sama dengan mereka yang tinggal di perkotaan. Saya juga berharap teknologi pengobatan di Indonesia bisa mengejar perkembangan yang ada di luar sana dengan menjadi bagian dari para dokter yang akan menjadi penemu berbagai ilmu baru nantinya. Selain itu, saya berharap bahwa para dokter di Indonesia dapat memiliki partisipasi yang lebih besar dalam menginovasi obat-obatan, vaksin, dan terapi baru yang nantinya dapat diaplikasikan di seluruh dunia. Dengan ini, saya berharap masyarakat Indonesia dapat lebih terinspirasi dan terdorong untuk mau mempelajari pentingnya menjaga kesehatan diri sendiri dan komunitas demi Indonesia yang lebih baik.


Saya bangga menjadi calon dokter Indonesia dan saya yakin bahwa masih banyak pemuda lain yang juga siap mengabdi dan meneruskan pelayanan ini. Oleh karena itu, saya ingin semua anak muda dan adik kelas untuk mengetahui bahwa mimpi kita sangatlah tinggi, namun tidak mustahil untuk dicapai. Bagi adik-adik yang akan menempuh perjuangan untuk bergabung dalam keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ingatlah bahwa Richard Branson pernah mengatakan “If your dreams don’t scare you, they are too small.” Janganlah khawatir jika orang-orang di sekitarmu meragukanmu, tapi jangan pernah meragukan dirimu sendiri. Jangan lupa untuk selalu berdoa dan belajar dengan tekun, karena usaha sungguh tidak akan menghianati hasil. Ingatlah selalu untuk menemukan keseimbangan dalam belajar dan bersenang-senang. Jangan sampai juga kamu melewati masa mudamu dan menyesal nantinya. Berbicaralah dengan orangtua dan teman-temanmu jika mengalami kesulitan atau berada dalam keresahan. It always seems impossible until it’s done. Lakukanlah yang terbaik dan jangan menyerah. Perjalanannya tidak mudah, dan datangnya rasa lelah itu wajar, namun ingatlah bahwa hasilnya akan sangat membanggakan dan kamu akan menjadi satu langkah lebih dekat menuju mimpimu.



 
 
 

Recent Posts

See All

Comments


Find Us On!

  • Instagram
  • Twitter
  • Youtube

© 2022 FKUI Brilian

bottom of page